Pengusaha Tak Yakin Era Industri 4.0 Bakal Gerus Tenaga Kerja

Jika melihat pengalaman implementasi industri 4.0 maupun penggunaan teknologi robotik dalam industri tidak mengurangi tenaga kerja.

oleh Liputan6.com diperbarui 05 Apr 2018, 14:53 WIB
Diterbitkan 05 Apr 2018, 14:53 WIB
Banyaknya pabrik yang mempekerjakan perempuan menciptakan fenomena baru, Pamong Praja. (Foto: Liputan6.com/Dinhubkominfo PBG/Muhamad Ridlo)
Banyaknya pabrik yang mempekerjakan perempuan menciptakan fenomena baru, Pamong Praja. (Foto: Liputan6.com/Dinhubkominfo PBG/Muhamad Ridlo)

Liputan6.com, Jakarta Ketua Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI) Adhi S Lukman mengatakan peralihan menuju industri 4.0 tidak akan menggerus tenaga kerja yang sudah ada.

"Saya tidak yakin akan mereduksi tenaga kerja. Secara spesifik iya jumlah tenaga kerja tentu akan tergeser, tapi secara total industri tidak akan," ungkapnya ketika ditemui, di JCC, Jakarta, Kamis (4/4/2018).

Sebab, kata dia, jika melihat pengalaman implementasi industri 4.0 maupun penggunaan teknologi robotik dalam industri tidak mengurangi tenaga kerja.

"Terbukti banyak pabrik yang menerapkan 4.0 atau 3.0 yang robotic automation, itu tidak mengurangi tenaga kerja," jelas Adhi.

Meskipun begitu ia mengakui, jika terjadi penambahan kapasitas industri, maka jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan akan semakin berkurang.

"Memang dengan penambahan kapasitas itu tidak 100 persen jumlah tenaga kerja sama seperti yang lalu. Kalau katakan dulu kapasitas 100 pekerja 10, sekarang kapasitas 100 pekerja yang dibutuhkan 3 sampai 5 orang," tandas dia.

Reporter: Wilfridus Setu Umbu

Sumber: Merdeka.com

Jokowi: Saya Tidak Percaya Robot Bakal Gantikan Manusia

20151021-Presiden Jokowi
Presiden Jokowi. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyatakan masuknya era revolusi industri ke-4 atau Industry 4.0 harus dilihat sebagai peluang, bukan ancaman. Hal tersebut menyusul adanya laporan dari lembaga riset dunia, McKinsey Global Institute.

Menurut Jokowi, revolusi industri 4.0 justru akan melahirkan jauh lebih banyak lapangan kerja baru daripada jumlah lapangan kerja yang hilang.

Sebab, pemerintah telah mencanangkan adanya 10 juta pembukaan lapangan baru di 2030, seiring dengan masuknya Indonesia dalam era revolusi industri 4.0 tersebut.

"Saya percaya bahwa revolusi industri 4.0 akan melahirkan jauh lebih banyak lapangan kerja baru daripada jumlah lapangan kerja yang tadi disampaikan oleh McKinsey akan hilang. Artinya apa? Apakah revolusi industri ini sebuah peluang besar? Jawaban saya, iya.‎ Kalau kita mempersiapkan, merencanakan, dan bisa mengantisipasi ini. Apakan revolusi 4.0 ini sebuah ancaman? Menurut saya jawabannya, iya dan tidak. Bisa iya bisa tidak, tergantung kita," dia Jokowi di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Rabu (4/4/2018).

Dia menjelaskan, pada 2015 riset Mckinsey Global Institute mengatakan dampak dari revolusi industri 4.0 akan 3.000 kali lebih dahsyat dari revolusi industri pertama di abad 19.

"Bayangkan, dampaknya akan 3.000 kali lebih dahsyat dari revolusi industri pertama di abad ke-19. McKinsey mengatakan kecepatan perubahannya akan 10 kali lebih cepat dan dampaknya akan 300 kali lebih luas. bayangkan ini. jadi 10 dikali 300 artinya 3.000 kali lipat dampaknya. Saya percaya itu," jelas Jokowi. 

Kemudian, lanjut dia, dua tahun kemudian, McKinsey Global Institute juga mengeluarkan analisa lanjutan.

Dalam riset tersebut, McKinsey memprediksi memprediksi bahwa revolusi industri 4.0 akan menghilangkan 800 juta lapangan kerja di seluruh dunia mulai dari sekarang hingga 2030.

"Artinya apa? Ya maksudnya McKinsey 800 juta pekerja di seluruh dunia akan kehilangan pekerjaannya karena diambil alih oleh robot dan mesin dalam 12 tahun ke depan. Nah kalau yang ini saya enggak percaya, enggak percaya. Kalau yang pesimis saya enggak percaya atau paling enggak rada enggak percaya," kata dia.

 Tonton Video Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya