BI: Penyesuaian Harga BBM Nonsubsidi Tak Pengaruhi Inflasi

Gubernur BI Agus Martowardojo menuturkan, inflasi mencapai 0,12 persen hingga minggu kedua April 2018.

oleh Septian Deny diperbarui 13 Apr 2018, 19:23 WIB
Diterbitkan 13 Apr 2018, 19:23 WIB
20150722-Pertalite Siap Meluncur-Jakarta
Suasana pengisian BBM di salah satu SPBU di Jakarta, Rabu (22/7/2015). PT Pertamina (Persero) akan menjual produk bensin baru yakni Pertalite RON 90 pertama kali pada Jumat (24/7). (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Batam - Bank Indonesia (BI) menyatakan, penyesuaian harga bahan bakar minyak nonsubsidi (BBM) tidak akan berdampak besar terhadap inflasi tahunan. Pada 2018, inflasi diperkirakan masih akan berada pada kisaran 3,5 persen plus minus 1 persen.

Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan, dalam tiga tahun terakhir, inflasi Indonesia selalu berada di bawah 4 persen. Pada 2015, inflasi di kisaran 3,3 persen, kemudian 3,2 persen pada 2016 dan 3,6 persen pada 2017.

"Kita ikuti sampai Maret itu inflasi 0,2 persen, secara year on year 3,4 persen. Ketika kita melakukan survei pada minggu ke-2 April, itu diperkirakan inflasi 0,12 persen atau year on year 3,44 persen," ujar dia Batam, Kepulauan Riau, Jumat (13/4/2018).

Sementara terkait dengan penyesuaian harga BBM nonsubsidi, dia menilai hal tersebut tidak akan berpengaruh besar terhadap inflasi. Terlebih pemerintah juga telah menjamin untuk BBM dan listrik bersubsidi tidak akan mengalami kenaikan.

"Apakah penyesuaian harga BBM nonsubsidi akan berdampak pada inflasi? BI sudah mengkaji. Pemerintah telah mengeluarkan statement BBM dan listrik subsidi tidak ada penyesuaian. Dan untuk nonsubsidi nanti kita ikuti apakah akan disesuaikan atau tidak,”  ujar dia.

Tetapi secara umum kita melihat core inflation dan volatile food itu dalam kondisi yang baik, kurang lebih di bawah 4 persen dan di bawah 5 persen. Kalau untuk administered prices itu ada sedikit di atas 5, mungkin 5,11 persen," kata Agus.

Oleh sebab itu, lanjut Agus, dirinya optimistis inflasi akan tetap terjaga di kisaran 3,5 persen pada 2018. Asalkan harga bahan kebutuhan pokok masyarakat tetap terjaga.

‎"Jadi kalau seandainya ada penyesuaian BBM yang tidak disubsidi, kita meyakini itu tetap membuat target kita ada di 3,5 persen. Dan dalam banyak hal karena volatile food akan terjaga,” kata Agus.

Ia menambahkan, dalam rapat koordinasi di kuartal I mencanangkan volatile food akan berada di kisaran 4 persen-5 persen. Jadi kalau ada kenaikan administered price secara umum akan tetap di 3,5 persen.

 

 

BPS: Efek Kenaikan Harga BBM Masih Berimbas pada Inflasi April

Pertamina Beri Diskon Khusus Pemudik
Pemotor mengisi BBM di SPBU Pertamina, Jakarta, Kamis (15/6). Mulai tanggal 18 Juni-24 Juli, harga Pertamax menjadi Rp.8000 8000 yang berlaku di SPBU bertanda khusus yang tersebar di jalur mudik. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat angka inflasi di Maret 2018 di level 0,20 persen. Salah satu elemen yang menjadi pendorong angka inflasi adalah kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) nonsubsidi khususnya Pertamax dan Pertamax Turbo pada Februari 2018.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto mengatakan, BPS memperkirakan harga BBM masih akan menjadi pendorong angka inflasi pada April ini. Mengingat, PT Pertamina telah menaikkan harga Pertalite sebesar Rp 200 per liter di 24 Maret 2018.

"Ada kenaikan Pertalite Rp 200 per liter di 24 Maret 2018. Jadi yang dominan memberikan andil adalah kenaikan bensin. Naiknya harga Pertalite, bisa dipastikan pada bulan April masih berikan andil terhadap inflasi," ujar Suhariyanto di Kantornya, Jakarta, Senin 2 April 2018.

Lebih lanjut, Suhariyanto menjelaskan pada Maret 2018, pada kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan, komoditas yang memberi andil dominan adalah kenaikan bensin dengan bobot sebesar 3,39 persen. Namun demikian, komponen tersebut hanya memberi andil kepada inflasi sebesar 0,04 persen.

"Dari komponen transportasi, komunikasi dan jasa keuangan, andil dominan adalah kenaikan bensin. Di akhir Februari ada kenaikan Pertamax Rp 300 per liter dan Pertamax Turbo sebesar Rp 500 per liter pada Februari 2018 yang masih ada dampak terhadap Maret," jelasnya.

 

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya