Pushidrosal: Pipa Patah Pertamina Tergambar dalam Peta

ENC yang dibawa semua kapal di seluruh dunia yang berlayar di wilayah perairan Indonesia memang mengacu pada peta Pushidrosal.

oleh Liputan6.com diperbarui 22 Apr 2018, 17:00 WIB
Diterbitkan 22 Apr 2018, 17:00 WIB
Pantauan Udara Tumpahan Minyak di Pantai Balikpapan
Gambar dari udara tumpahan minyak di Pantai Kemala, Balikpapan, Kalimantan Timur, Senin (2/4). Pipa bawah laut Pertamina pecah akibat tersangkut jangkar kapal pengangkut batu bara. (AFP)

Liputan6.com, Jakarta Kepala Pusat Hidrografi dan Oseanografi TNI Angkatan Laut (Kapushidrosal) Laksamana Muda TNI Harjo Susmoro mengatakan, pipa yang patah milik Pertamina di Teluk Balikpapan sudah tergambar pada peta, baik electronic navigational chart (ENC) maupun peta kertas.

"Peta tersebut, sesuai ketentuan International Maritime Organization (IMO) yang berlaku sejak 2014, wajib dibawa setiap kapal besar yang berlayar. Ini mandatory. Tidak mungkin kapal berlayar tanpa peta, apalagi dengan kecepatan tinggi," kata dia, seperti mengutip Antara di Jakarta, Minggu (22/4/2018).

Begitu pula dengan kapal yang diduga melakukan lego jangkar di Teluk Balikpapan, menurut Harjo juga membawa ENC. ENC produksi Pushidrosal tersebut, diperoleh kapal itu melalui salah satu distributor dunia, yaitu C-Map.

"Saya buka ENC kapal itu ternyata masih bagus dan bisa berfungsi dengan baik. Dan setelah saya cek, ENC juga update. Saya lihat, semua data terbaru ada pada peta itu, termasuk keberadaan pipa, larangan-larangan lego jangkar, semua ada," jelasnya.

Harjo menyebutkan, ENC yang dibawa semua kapal di seluruh dunia yang berlayar di wilayah perairan Indonesia memang mengacu pada peta Pushidrosal. Bahkan peta British Admiralty Chart (BAC) pun memperoleh suplai data dari Pushidrosal.

Menurut dia, Pertamina merupakan korban pada peristiwa patahnya pipa di Teluk Balikpapan setelah Pushidrosal melakukan pencitraan dasar laut di lokasi, tak lama sesudah kejadian.

"Tidak mungkin pipa patah begitu saja. Kalau melihat hasil patahan pipa dan bekas garukan, pasti ada benda keras yang menyebabkan. Asumsi kami, benda keras itu adalah jangkar. Dengan demikian, Pertamina hanya sebagai korban, apalagi pipa yang patah itu telah dilaporkan dan sudah tergambar pada peta," kata Harjo.

Ia menambahkan, Pushidrosal ketika itu langsung menerjunkan Tim Survei Darurat untuk melakukan pencitraan. Tim tersebut terjun ke lapangan dengan mempergunakan tiga peralatan sekaligus, yaitu side scan sonar, multibeam echosounder, dan magnetometer.

Dari tampilan base surface, lanjut Harjo, satu pipa memang patah dan bergeser sejauh 117,34 meter.

Selain itu, juga ditemukan parit bekas garukan yang diduga bekas garukan jangkar dengan panjang 498,82 meter, lebar 1,6-2,5 meter, dan kedalaman 0,3-0,7 meter.

Terkait update peta, kata dia, pihaknya selalu melakukan penyesuaian data setiap minggu. Hal itu tidak hanya berlaku untuk peta perairan Teluk Balikpapan, namun juga seluruh peta di perairan Indonesia.

Penyesuaian data kekinian itu, menurut Harjo bisa berasal dari berbagai pihak. Selain berdasarkan survei Pushidrosal sendiri, data juga diperoleh dari berbagai informasi masyarakat. Misalnya dari pihak pelabuhan maupun kapten kapal ketika menemukan kondisi terbaru yang berbeda dari peta sebelumnya.

"Para pelaut wajib membuat hidrographic note jika menemukan perubahan di lapangan. Mereka harus melaporkan kepada Pushidrosal, sehingga kami pun melakukan update," ucap Harjo.

Kisah Kartini Pertamina Tangani Pipa Patah di Teluk Balikpapan

(Foto: PT Pertamina)
Mayapati, Senior Planner di fungsi Planning and Scheduling Refinery Unit 5 Balikpapan Jadi Koordinator Tim Pengangkatan Pipa yang patah di Balikpapan (Foto: PT Pertamina)

Kemeriahan Hari Kartini tidak hanya di sekolah-sekolah atau di kantor-kantor, melainkan juga di tengah laut. Hal itu yang dilakukan PT Pertamina (Persero).

Mayapati atau sering dipanggil Maya, perempuan berusia 38 tahun ini bekerja sebagai senior planner di fungsi Planning and Scheduling Refinery Unit 5 Balikpapan yang tugas kesehariannya adalah melaksanakan perawatan kilang. 

Saat kejadian patahnya pipa Pertamina di teluk Balikpapan, Maya dipercaya menjadi koordinator tim pengangkatan pipa yang patah untuk keperluan investigasi penyebab patahnya pipa yang diduga disebabkan faktor eksternal.

Selama hampir 24 tahun berkarya di perusahaan energi, kali ini Maya mendapat amanah baru yang di rasa cukup menantang. Maya harus mengkoordiniasi tim yang terdiri dari tim Divers, tim kapal Sea Haven2, tim Internal Pertamina seperti Marine dan HSE dan tim Manintenance, dan memastikan seluruh pengangkatan pipa berjalan lancar tanpa suatu halangan.

Tepat pada Hari Kartini adalah hari ke lima ia berada diatas kapal Sea Haven. Maya terkadang merasa waswas bila terjadi sesuatu mengingat posisi kapal yang cukup jauh dari darat, apalagi saat cuaca sedang buruk, namun semangat melaksanakan tugas ditambah tim yang solid membuat Maya bisa mengatasi itu semua.

Satu hal yang bisa diambil dari penugasan ini Maya banyak mendapat ilmu tentang bagaimana mengkoordinasi tim untuk menyelesaikan tugas walaupun tugas berat sekalipun.

"Kunci dari itu semua adalah kita sendiri harus yakin bahwa kita menguasai masalah yang terjadi, saat tim yakin dengan kemampuan kita dan percaya dan kita bisa mensinkronkan dengan semua yang terlibat dalam tugas," kata Maya seperti yang ditulis, Sabtu (21/4/2018).

Maya juga berpesan kepada Kartini Pertamina bersyukurlah karena diberi kesempatan untuk berkarya di perusahaan seperti Pertamina, berikan kemampuan yang terbaik, dan jangan lupa dengan peran utama sebagai istri dan Ibu dari anak anak.

"Saat ada kesempatan jangan pernah sia-siakan kesempatan waktu bersama keluarga jadilah pekerja wanita dan Ibu rumah tangga yang baik dan mampu menjadi teladan bagi anak anak kita, tegas ibu dari tiga orang anak yang memiliki motto hidup 'Hidup itu ibadah, ibadah dan ibadah'," kata dia.

Sea Heaven 2 adalah kapal yang digunakan untuk mengangkat pipa Pertamina yang patah 31 Maret 2018 lalu yang disebabkan kekuatan eksternal.

Patahnya pipa sempat menyebabkan tumpahnya minyak mentah Pertamina ke perairan Teluk Balikpapan. Sejak awal April 2018 secara visual Teluk Balikpapan sudah terlihat bersih kembali.  Namun demikian, Pertamina dan warga Balikpapan masih menunggu investigasi atas penyebab eksternal atas patahnya pipa tersebut untuk kepentingan hukum. Di samping itu warga Balikpapan juga menantikan hasil uji laboratorium atas kualitas air Teluk Balikpapan yang sedang dilakukan KLHK. 

Tonton Video Ini:

 

 

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya