Liputan6.com, Jakarta - Presiden Federasi Serikat Pekerja Pertamina Bersatu (FSPPB) Arie Gumilar mengaku khawatir dengan adanya pergantian direksi PT Pertamina (Persero) dalam waktu singkat. Elia Massa Manik yang baru duduk di kursi Direktur Utama Pertamina selama 13 bulan telah dicopot.
Menurut Arie, perombakan yang terlalu singkat tak akan membuat kemajuan di dalam tubuh perusahaan pelat merah ini. Apalagi, Pertamina dituntut untuk bisa mengalahkan kinerja Petronas, Malaysia.
"Kami dituntut pemerintah mengalahkan Petronas Malaysia. Namun, jika terus seperti ini, kemajuan perusahaan untuk mengejar ketertinggalan pasti akan terganggu," ujar Arie dikutip dari keterangan tertulis, Kamis (26/4/2018).
Advertisement
Saat ditunjuk menjadi bos Pertamina, katanya, Elia Massa membawa kebijakan jangka pendek dan jangka panjang yang dijabarkan ke seluruh pekerja perseroan. Namun, kebijakan ini tak ada artinya saat Elia Massa digantikan Nicke Widyawati.
"Tetapi, dari sisi operasional, pekerja terus bekerja memenuhi target perusahaan, tak ada gangguan dari sisi operasional atas perombakan direksi ini," katanya.
Arie menambahkan jabatan direktur utama Pertamina sangat strategis. Untuk itu, dia berharap, jabatan ini tidak lagi ditungganggi kepentingan-kepentingan yang merugikan perusahaan.
Syarat Kepentingan Politis
Ekonom Indef Bhima Yudhistira mengatakan pencopotan direksi Pertamina sarat kepentingan politis. Hal ini akibat dari gencarnya pemerintah untuk membentuk holding migas antara Pertamina dan PGN.
Bhima menegaskan direksi Pertamina sekarang ingin fokus untuk eksplorasi minyak mentah dan kurangi defisit Neraca migas tahun 2017 yang mencapai US$ 8,5 miliar (data BPS).
Sedangkan, jumlah wilayah kerja eksplorasi secara nasional dalam periode 2014-2017 terus mengalami penurunan sebesar 68 WK.
"Jika kondisi ini tidak berubah, lifting minyak pada tahun 2025 akan turun menjadi 505 ribu barel per hari dari kondisi saat ini 775 ribu barel per hari. Kinerja eksplorasi yang terus memburuk jadi alasan pencopotan direksi," Kata Bhima.
"Pencopotan ini justru memperlancar holding migas. Direksi yang baru dipaksa patuh ke Kementerian BUMN tanpa syarat. Disitu sisi politiknya," Bhima mengakhiri.
Advertisement
5 Direksi Diberhentikan
Untuk diketahui, Hasil Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) Pertamina pada 20 April 2018 memutuskan perombakan direksi pada perusahaan ini. RUPSLB memutuskan pemberhentian dengan hormat Direktur Utama Elia Massa Manik.
Selanjutnya Nicke Widyawati ditunjuk sebagai Plt Direktur Utama, menggantikan Elia Massa Manik.
Deputi Bidang Pertambangan, Industri Strategis Kementerian BUMN, Fajar Harry Sampurno mengatakan ini sudah menjadi keputusan Menteri BUMN Rini M Soemarno.
"Ibu menteri telah buat keputusan yaitu pemberhentian Direksi Pertamina dan pengangkatan direksi," kata dia saat konferensi pers di Jakarta, Jumat (20/4/2018).
Sebanyak 5 direksi diberhentikan dalam hasil RUPS ini. Mereka adalah Direktur Utama, Direktur Pengolahan, Direktur Mega Proyek, Direktur Aset, dan juga Direktur Pemasaran Korporat.
"Dan untuk sementara Plt Dirut sekaligus Direktur SDM adalah ibu Nicke," jelas dia.
Berikut susunan direksi yang dicopot:
1. Direktur Utama: Elia massa manik,
2. Direktur Pemasaran Korporat: Much Iskandar
3. Direktur Pengolahan: Toharso
4. Direktur Manajemen Aset: Dwi W Daryoto
5. Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia: Ardhy N. Mokobombang
Berikut susunan direksi baru Pertamina:
1. Plt Direktur Utama sekaligus Direktur SDM: Nicke Widyawati
2. Direktur Pengolahan: Budi Santoso Syarif
3. Direktur Keuangan: Arief Budiman
4. Direktur Pemasaran Korporasi: Basuki Trikora Putra
5. Direktur Pemasaran Retail: Masud Hamid
6. Direktur Manajemen aset: M Haryo Junianto
7. Direktur MPP: Heru Setiawan
8. Direktur infrastruktur: Gandhi Sriwidjojo.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini: