Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia April 2018 mengalami defisit sebesar USD 1,63 miliar. Hal ini dipicu oleh defisit sektor migas USD 1,13 miliar dan nonmigas sebesar USD 0,50 miliar.
Kepala BPS, Suhariyanto menjelaskan defisit ini terjadi di luar ekspetasi. Sebab neraca perdagangan pada Maret 2018 sempat mengalami surplus USD 1,09 miliar. Dia menuturkan defisit ini karena ada peningkatan impor yang sangat tinggi.Â
"Saya kira ini yang perlu jadikan perhatian defisit dari migas dan juga non migas," ujar dia di Kantor BPS, Jakarta, Selasa (15/5/2018).
Advertisement
Baca Juga
Suhariyanto mengatakan, impor nonmigas April 2018 mencapai USD 13,77 miliar atau naik 12,68 persen dibanding Maret 2018. Sementara jika dibanding April 2017 meningkat 36,69 persen.
"Impor migas April 2018 mencapai USD 2,32 miliar atau naik 40,89 persen dibanding Maret 2018, dan naik 40,89 persen dibanding April 2017,"Â tutur dia.
Sementara, nilai ekspor Indonesia April 2018 mencapai USD 14,47 miliar atau turun 7,19 persen dibanding ekspor Maret 2018 yakni sebesar USD 15,58 miliar. Jika dibandingkan April 2017 juga meningkat 9,01 persen.
Ekspor nonmigas April 2018 mencapai USD 13,28 miliar, turun 6,8 persen dibanding Maret 2018 yakni sebesar USD 14,25 miliar. Demikian juga dibanding ekspor nonmigas April 2017 naik 8,55 persen.
"Secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia Januari-April 2018 mencapai USD 58,74 miliar atau meningkat 8,77 persen dibanding periode yang sama tahun 2017, sedangkan ekspor nonmigas mencapai USD 53,30 miliar atau meningkat 9,27 persen," ujar Suhariyanto.
Â
Reporter: Dwi Aditya Putra
Sumber: Merdeka.com
Â
Diprediksi Surplus USD 591 Juta
Sebelumnya, Neraca perdagangan April 2018 diperkirakan mengalami surplus sekitar USD 591 juta. Faktor utama pendorong surplus karena adanya peningkatan laju ekspor di bulan keempat ini.
"Neraca perdagangan April ini diproyeksikan sekitar USD 591 juta," kata Ekonom PT Bank Permata Tbk, Josua Pardede dalam ulasannya kepada Liputan6.com, Jakarta, Selasa 15 Mei 2018.
Dia memperkirakan, laju ekspor di April 2018 sekitar 11,6 persen (year on year/yoy), sementara laju impor sekitar 19,1 persen (yoy).
Menurut Josua, kinerja ekspor pada April inj ditopang oleh peningkatan volume ekspor. Ditunjukkan dengan adanya kenaikan Baltic dry index.
"Serta adanya peningkatan aktivitas manufaktur beberapa mitra dagang utama Indonesia antara lain Amerika Serikat, Jepang, dan India," terangnya.
Namun demikian dari sisi harga, sambungnya, beberapa komoditas ekspor Indonesia seperti batu bara, CPO, dan karet alam cenderung turun secara rata-rata sepanjang bulan laporan.
Sementara itu, Josua menambahkan, permintaan impor masih relatif tinggi ditopang oleh peningkatan aktivitas manufaktur domestik, yang terindikasi dari PMI manufaktur domestik.
"Masih kuatnya impor juga dikonfirmasi oleh kenaikan penjualan semen yang merefleksikan masih solidnya impor bahan baku dan barang modal. Selain itu, impor barang konsumsi juga diperkirakan meningkat jelang Ramdan dan Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai impor Indonesia April 2018 mencapai USD 16,09 miliar atau naik 11,28 persen dibanding Maret 2018. Jika dibandingkan April 2017, impor juga meningkat 34,68 persen.
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Â
Advertisement