Meski Menguat, Rupiah Masih Berkutat di 14.000 per Dolar AS

Sejak pagi hingga siang hari ini, Rupiah bergerak di kisaran 14.057 per dolar AS hingga 14.083 per dolar AS.

oleh Arthur Gideon diperbarui 17 Mei 2018, 11:00 WIB
Diterbitkan 17 Mei 2018, 11:00 WIB
Rupiah Tembus 13.820 per Dolar AS
Teller menghitung mata uang dolar di penukaran uang di Jakarta, Jumat (20/4). Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pagi ini melemah ke posisi di Rp 13.820. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat pada perdagangan Kamis ini. Namun, penguatan tersebut tak besar sehingga rupiah masih berkutat di angka 14.000 per dolar AS.

Mengutip Bloomberg, kamis (17/5/2018), rupiah dibuka di angka 14.075 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 14.097 per dolar AS.

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 14.057 per dolar AS hingga 14.083 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah telah melemah 4 persen.

Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 14.074 per dolar AS, menguat tipis jika dibandingkan dengan patokan sehari sebelumnya yang ada di angka 14.094 per dolar AS.

Meskipun mengalami penguatan, rupiah tak mampu kembali ke bawah 14.000 per dolar AS. Dolar AS memang masih perkasa di Asia dan juga terhadap mata uang negara berkembang.

Pemicu dolar AS masih tetap perkasa ini karena ketidakpastian politik di Italia sehingga mendorong pelemahan euro sehingga banyak investor mencari dolar AS.

"Situasi di Italia cukup mengkhawatirkan bagi nilai tukar," jelas Yukio Ishizuki, analis mata uang Daiwa Securities, Tokyo, Jepang.

Kembali Perkasa di Akhir 2018

Rupiah Tembus 13.820 per Dolar AS
Teller menghitung mata uang dolar di penukaran uang di Jakarta, Jumat (20/4). Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) mengalami pelemahan. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Chief Executive Officer Standard Chartered Bank Indonesia, Rino Donosepoetro, menjelaskan bahwa saat ini pasar keuangan tengah bergejolak dikarenakan kebijakan Bank Sentral Amerika Serikat atau the Federal Reserve (the Fed) yang terus melakukan normalisasi kebijakan moneter dengan menaikkan suku bunga.

Imbas dari aksi tersebut, rupiah mengalami tekanan karena beberapa dana asing pulang ke asal.

"Market memang agak hot saat ini. Tapi pandangan kami rupiah akan membaik di akhir tahun. Jadi ini tidak akan berlanjut terus seperti ini. Saat ini merupakan efek temporary," kata Rino pada 14 Mei 2018.

Pelemahan nilai tukar memang menjadi menjadi isu global. Pelemahan tersebut tidak hanya dialami oleh Indonesia saja, tetapi juga negara berkembang lain di kawasan Asia maupun Eropa.

Rino menjelaskan, meski rupiah saat ini tertekan, ia tetap yakin bahwa hal tersebut tidak akan menyebabkan kekacauan, sebab kondisi fundamental ekonomi Indonesia secara keseluruhan membaik.

Selain itu, dia juga mengaku percaya Bank Indonesia bisa mengatasi kondisi saat ini. "BI juga sudah menyatakan policy-policy kemarin ini kan yang kira-kira memang sudah sangat tepat sehingga kita percaya akhir tahun akan kuat," ujarnya.

Selain itu, ekspor juga diprediksi akan terus membaik sehingga bisa menjaga kestabilan rupiah.

"Ekspor akan meningkat terus, fiskal policy dan kebijakan moneter yang diambil pemerintah sudah sangat tepat Di defisit neraca perdagangan juga dengan intervensi yang dilakukan dari kebijakan moneter Bank Indonesia sudah sangat tepat." jelas dia. 

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya