Jurus PLN Menjahit Pulau Lewat Kabel Laut

Pasokan listrik lewat kabel laut juga diyakini bisa menekan biaya produksi listrik di pulau-pulau sekitar Batam, Bintan dan Dabo.

oleh Nurseffi Dwi Wahyuni diperbarui 30 Mei 2018, 11:05 WIB
Diterbitkan 30 Mei 2018, 11:05 WIB
PLN melistriki desa di Kabupaten Natuna (Dok Foto: Liputan6.com/Nurseffi Dwi Wahyuni)
PLN melistriki desa di Kabupaten Natuna (Dok Foto: Liputan6.com/Nurseffi Dwi Wahyuni)

Liputan6.com, Natuna - PT PLN (Persero) berencana membangun kabel laut 20 kV untuk melistriki pulau-pulau sekitar Batam, Bintan dan Dabo. Langkah ini dilakukan seiring dengan semakin kuatnya pasokan listrik di wilayah tersebut.

Pasokan listrik lewat kabel laut juga diyakini bisa menekan biaya produksi listrik di pulau-pulau sekitar Batam, Bintan dan Dabo.

"PLN mengharapkan dukungan secara penuh dari pemerintah daerah sehingga proyek menjahit pulau tersebut bisa selesai tepat waktu, " kata Direktur Regional Sumatera PLN Wiluyo Kusdwiharto di Natuna, seperti dikutip Rabu (30/5/2018).

Untuk mendukung rencana tersebut, lanjut Wiluyo, PLN bakal memperkuat listrik Bintan dengan membangun pembangkit baru dengan kapasitas 30 megawatt (MW).

Proyek pembangkit berbahan gas tersebut akan digarap oleh kontraktor listrik swasta (IPP) dengan total investasi Rp 1,1 triliun.

"Satu pembangkit ditaruh di pulau besar. Pulau kecil di sebelahnya ditarik pakai kabel laut. Itu jauh lebih murah dan efisien daripada kita gunakan genset untuk listriki pulau tersebut," papar dia.

Wiluyo menambahkan, saat ini daya mampu sistem mencapai 211 megawatt (MW) dengan beban puncak 75 MW. Didukung dengan sistem interkoneksi Batam-Bintan dan jaringan tegangan tinggi 150 kV yang membentang hingga Kijang, cadangan listrik yang tersedia di Bintan sebanyak 136 MW.

"Ini juga sangat cukup untuk mendukung apapun program pemerintah daerah dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan mendorong pariwisata," terangnya.

Dialiri Listrik PLN, Warga Natuna Senang Kini Bisa Nonton TV

Karyawan PT PLN (Persero) bergotong-rotong mengangkat tiang yang akan digunakan untuk penyangga kabel listrik di Natuna, Kepulauan Riau. (Foto: Humas PLN)
Karyawan PT PLN (Persero) bergotong-rotong mengangkat tiang yang akan digunakan untuk penyangga kabel listrik di Natuna, Kepulauan Riau. (Foto: Humas PLN)

Listrik merupakan kebutuhan dasar yang mendukung aktivitas warga sehari-hari. Bagi warga perkotaan, listrik begitu mudah diraih karena tersedia di mana-mana. Namun hal ini berbeda bagi warga pulau terpencil, terluar dan terdepan (3T). Bagi mereka, listrik adalah barang langka dan mewah.

Untuk memenuhi kebutuhan listrik warga di pulau terluar, PT PLN (Persero) telah melistriki 13 desa di Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau pada Selasa, 29 Mei 2018. Ke-13 desa yang berhasil dilistriki PLN, yaitu Desa Pulau, Tiga Tanjung Kumbik Utara, Setumuk, Selading, Sabang Mawang Barat, Tanjung Batang, Kadur, Tanjung Pala, Meliah, Terayak, Meliah Selatan, Subi Besar, dan Subi Timur.

Yanti, warga Desa Sabang Mawang, Pulau Tiga, Kabupaten Natuna. Ia mengaku senang karena kini desanya sudah dilistriki PT PLN (Persero). Hal pertama yang dilakukannya saat ada listrik, yaitu menonton televisi.

"Ingin nonton TV, soalnya di sini enggak ada hiburan. Paling enggak kalau ada listrik, kita bisa berkegiatan lain, anak-anak bisa nonton tv karena selama ini kan mainnya ke laut bahaya juga," tutur Yanti saat ditemui Selasa, 29 Mei 2018.

Dengan masuk listrik PLN, lanjutnya, Wanita berusia 25 tahun ini berencana menjual minuman dingin untuk menambah penghasilan.

Hal serupa dirasakan Saparudin. Menurutnya, kehadiran listrik juga bisa membantu aktivitas belajar anak-anak di rumah.

"Alhamdulillah bisa kita nikmatin buat anak-anak kita belajar, untuk nonton tv, untuk latihan komputer," jelasnya.

Wanzaimah (42), warga Desa Tanjung Kumbik mengaku masuknya listrik PLN bisa membuat dirinya lebih berhemat.

Sebelumnya, masyarakat setempat menggunakan listrik dari Perusahaan Daerah (Perusda) di mana mereka harus membayar Rp 150 ribu- Rp 400 ribu per bulan untuk listrik yang belum menyala 24 jam.

“Alhamdulilah sangat senang sekali. Siang hari kita bisa bikin apa saja untuk membantu keluarga. Kalau malam enggak capek lagi menjahit pakai kaki,” ujar Wanzaimah yang berprofesi sebagai penjahit.

Tonton Video ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya