Daging Ayam dan Telur Jadi Penyumbang Inflasi Mei 2018

Penyumbang inflasi salah satu yang tertinggi adalah di bahan makanan yang menyumbang 0,21 persen.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 04 Jun 2018, 12:00 WIB
Diterbitkan 04 Jun 2018, 12:00 WIB
Inflasi
Pembeli membeli daging ayam di pasar, Jakarta, Jumat (6/10). Dari data BPS inflasi pada September 2017 sebesar 0,13 persen. Angka tersebut mengalami kenaikan signifikan karena sebelumnya di Agustus 2017 deflasi 0,07 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) telah mengumumkan angka inflasi Mei 2018 sebesar 0,21 persen. Inflasi ini diklaim lebih rendah jika dibandingkan bulan Ramadan dalam dua tahun sebelumnya.

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, penyumbang inflasi salah satu yang tertinggi adalah di bahan makanan yang menyumbang 0,21 persen. Dari bahan makanan ini, yanng paling dominan adalah dari daging ayam dan telur ayam.

"Komoditas yang dominan memberikan inflasi yaitu daging ayam ras, kenaikan daging ayam ras menyebabkan inflasi dan andilnya sebesar 0,07 persen, kemudian telur ayam ras terjadi kenaikan harga sejak minggu kedua Mei andilnya 0,06 persen," kata dia di kantornya, Senin (4/6/2018).

Selain dua bahan pangan itu, penyumbang inflasi lainnya juga dari ikan segar sebesar 0,03 persen dan bawang merah 0,02 persen.

Di sisi lain, yang mengalami penurunan harga dan memberikan andil kepada deflasi yaitu cabai merah dengan andil kepada deflasi 0,08 persen, bawang putih 0,05 persen.

"Harga beras juga demikian pada Mei sudah mengalami penurunan sehingga beras memberikan andil sebesar 0,04 perse, dan cabai rawit yang menunjukkan penurunan andilnya 0,03 persen," jelasnya.

Untuk kalompok makanan jadi, Suhariyanto menambahkan, inflasi 0,31 persen dan memiliki andil 0,05 persen. Ada beberapa komoditas yang menyebabkan kenaikan yaitu mie kemasan dan rokok kretek filter dengan andil 0,01 persen.

Sedangkan kelompok perumahan, air listrik gas dan bahan bakar inflasinya 0,19 persen andilnya 0,05 persen. "Yang dominan memberikan sumbangan kepada inflasi itu tarif kontrak rumah dan adanya kenaikan untuk upah asisten rumah tangga terjadi kenaikan di 22 kota dari 82 kota yang diobservasi BPS," ujar Suhariyanto.

Kelompok sandang, pada Mei 2018 mencatat inflasinya 0,33 persen dengan andil sebesar 0,02 persen. Kelompok ini, paling dominan itu kenaikan baju muslim wanita.

"Ibu-ibu sudah menyiapkan baju lebaran sejak dini. Untuk kesehatan dan pendidikan tidak ada masalah. Tapi untuk transportasi catatannya, dengan inflasi 0,18 persen dan andil 0,03 perse disana yang menyebabkan kenaikan adalah kenaikan tarif angkutan udara. Kita tau setiap jelang puasa dan Lebaran, jadi bulan Juni yang perlu diantisipasi adalah kenaikan tarif angkutan udara dan antarkota," tutup dia.

Inflasi Mei 2018

Inflasi
Pembeli membeli daging di pasar, Jakarta, Jumat (6/10). Dari data BPS inflasi pada September 2017 sebesar 0,13 persen. Angka tersebut mengalami kenaikan signifikan karena sebelumnya di Agustus 2017 deflasi 0,07 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Untuk diketahui, BPS melaporkan, tingkat inflasi pada Mei 2018 sebesar 0,21 persen. Angka ini lebih tinggi dibandingkan inflasi April 2018 yang sebesar 0,1 persen.

Untuk inflasi tahun kalender sebesar 1,3 persen. Sedangkan inflasi tahun ke tahun (year on year) sebesar 3,23 persen. "Perkembangan harga komoditas pada Mei menunjukkan adanya peningkatan," jelas Kepala BPS, Suhariyanto, Senin (6/4/2018).

Dari 82 kota yang dihitung Indeks Harga Konsumen (IHK), terdapat 65 kota yang mengalami inflasi dan terdapat 17 kota mengalami deflasi. "Inflasi tertinggi terjadi di Tual dan terendah terjadi di Purwokerto dan tangerang," tambah dia.

Ia melanjutkan, pada inflasi pada Ramadan 2018 ini jika dibandingkan dengan Ramadan 2017 yang tercatat 0,39 persen dan Ramadan 2016 yang sebesar 0,66 persen maka untuk tahun ini jauh lebih rendah. 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya