Liputan6.com, New York - Potensi perang dagang yang dipicu Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mulai membuat cemas Kamar Dagang AS yang mewakili kepentingan tiga juta perusahaan. Mereka protes pada Trump karena cemas kebijakan tarif impor buatan Trump berisiko merugikan pengusaha AS.
Dilansir Reuters, Rabu (4/7/2018), Kamar Dagang AS menyebut kebijakan Trump menaikkan tarif berisiko menyebabkan perang dagang, dan akhirnya pengusaha AS malah terancam kena kebijakan balasan dari negara lain.
Advertisement
Baca Juga
"Pihak pemerintah mengancam mencederai kemajuan ekonomi yang telah susah-susah diraih. Kita harus mengupayakan perdagangan yang bebas dan adil, tapi caranya bukan begini," kata pernyataan Presiden Kamar Dagang AS, Tom Donohue.
Salah satu contohnya, barang ekspor Texas seharga miliaran dolar yang dikirim ke Meksiko dan China bisa menjadi korban pembalasan.
Untuk diketahui, Trump menaikkan tarif ke impor besi dan alumunium dari China, Uni Eropa, dan Kanada. Selama ini, Trump memandang negara-negara tersebut berbisnis secara tidak adil ke AS, sehingga menjadi dasar bagi Trump untuk membalas dengan tarif. Tindak saling menaikkan tarif ini yang dikhawatirkan memicu perang dagang.
Kamar Dagang AS sebetulnya adalah sekutu penting bagi Trump dan Partai Republik. Sebelumnya, mereka memuji langkah sang presiden untuk memotong pajak.
Meskipun ada kekhawatiran perang dagang, tetapi Sarah Sanders, juru bicara Gedung Putih, tetap percaya diri atas kebijakan dagang Donald Trump.
"Presiden fokus untuk membantu melindungi tenaga kerja dan industri Amerika dan menciptakan ranah persaingan yang adil," ucap Sanders.
Perusahaan Teknologi Juga Protes
Sebelumnya, asosiasi dagang yang mewakili perusahaan teknologi top menolak kebijakan Trump yang menjatuhkan sanksi berupa tarif karena dianggap tidak efektif. Demikian seperti dikutip dari Reuters.
Asosiasi bernama Information Technology Industry Council (Majelis Industri Teknologi Informasi, ITIC) mengirimkan surat ke Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin terkait hal ini.
"Oposisi kita terhadap tarif bersifat pragmatis. Tarif tidaklah berfungsi," tulis Dean Garfield selaku Presiden dan CEO ITIC.
"Ketimbang tarif, kami dengan kuat mendorong administrasi Trump agar membangun koalisi internasional yang dapat menantang Tiongkok di Organisasi Perdagangan Dunia dan seterusnya," lanjutnya.
Lebih lanjut, ITIC pada dasarnya setuju bahwa Tiongkok memiliki kebijakan dagang yang tidak adil, tetapi membangun koalisi akan lebih efektif untuk menuntut Tiongkok membangun hubungan dagang yang imbang, adil, dan resiprokal.
Grup ITIC terdiri dari perusahaan-perusahaan teknologi ternama seperti Apple, Adobe, Amazon, Facebook, Intel, Twitter, dan juga perusahaan teknologi luar AS seperti Lenovo, Samsung, dan Toshiba.
Advertisement