Liputan6.com, Jakarta Harga minyak mentah dunia jatuh setelah data pemerintah AS menunjukkan pembentukan cadangan minyak mentah tak terduga.
Melansir laman Reuters, harga minyak mentah AS tercatat turun US$ 1,20 ke posisi US$ 72,94 per barel, lebih rendah dari harga tertinggi dalam 3-1/2 tahun yang berhasil dicapai pada Selasa sebesar lebih dari US$ 75.
Baca Juga
Sementara harga minyak mentah berjangka Brent turun 85 sen menjadi US$ 77,39 per barel.
Advertisement
Stok minyak mentah AS tercatat naik 1,3 juta barel pada pekan lalu, menurut data Administrasi Informasi Energi AS. Analis mengharapkan hasil imbang 3,5 juta barel.
"Karena ini memasuki musim liburan, Anda mengharapkan minyak mentah untuk keluar dari kilang saat ini. Sebab itulah mengapa kami mencari hasil imbang," kata Gene McGillian, Wakil Presiden Riset Pasar di Tradition Energy di Stamford, Connecticut.
Adapun stok di Cushing, Oklahoma, titik pengiriman untuk minyak mentah AS, turun ke level terendah sejak Desember 2014.
Pengiriman ke Cushing turun setelah adanya pemadaman di fasilitas Syncrude berkapasitas 360.000 per hari di Alberta, yang diperkirakan akan berlangsung hingga Juli.
"Dengan penarikan terus-menerus di Cushing, kami mendekati situasi di mana Anda bisa melihat jika kami segera kekurangan pasokan," kata Kilduff.
Harga minyak sempat diguncang komentar terbaru dari Presiden Donald Trump. Pada hari Rabu, ia menuduh Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak menaikkan harga bahan bakar.
OPEC, bersama dengan sekelompok produsen non-OPEC yang dipimpin Rusia, mengurangi output pada tahun 2017 untuk menopang pasar.
Bulan lalu, kelompok ini sepakat untuk mengangkat produksi sekitar 1 juta bpd untuk mengimbangi kerugian dari Venezuela dan Iran.
Sanksi Iran
Harga minyak pun telah meningkat sebagai akibat dari rencana Washington untuk menerapkan kembali sanksi terhadap Iran, produsen nomor 3 OPEC, kata para analis.
Pada hari Rabu, seorang komandan Pengawal Revolusi Iran mengatakan Tehran mungkin memblokir pengiriman minyak melalui Selat Hormuz.
"Akibat blokade selat, di mana sekitar 30 persen dari semua perjalanan minyak lewat laut, akan memiliki, konsekuensi dramatis untuk pasokan minyak global dan berdampak pada harga yang hampir tidak mungkin untuk dimasukkan ke dalam angka," kata Commerzbank dalam sebuah catatan.
Sementara Angkatan Laut AS menyatakan siap untuk memastikan kebebasan pelayaran dan perdagangan yang bebas, menurut juru bicara Komando Pusat militer AS.
Di sisi lain, pada hari Kamis, The Wall Street Journal melaporkan jika rencana go public Saudi Aramco yang dikelola negara telah terhenti.
"Itu dapat mengurangi tekanan pada Arab Saudi untuk menjaga harga minyak tetap tinggi," menurut John Kilduff, Mitra pada Hedge Fund energi Again Capital LLC di New York.
Arab Saudi ingin menjual saham di Aramco untuk mendatangkan investasi asing untuk mendiversifikasi ekonominya. Namun kekhawatiran tentang aturan hukum listing di London atau New York telah menghadirkan komplikasi.
Advertisement