Strategi Pemerintah Atasi Defisit Transaksi Berjalan

Data Bank Indonesia (BI) menunjukkan bahwa defisit transaksi berjalan pada kuartal II-2018 tercatat sebesar USD 8 miliar.

oleh Merdeka.com diperbarui 13 Agu 2018, 14:45 WIB
Diterbitkan 13 Agu 2018, 14:45 WIB
(Foto: Merdeka.com/Yayu Agustini Rahayu)
Menteri Keuangan Sri Mulyani (Foto:Merdeka.com/Yayu Agustini R)

Liputan6.com, Jakarta Defisit transaksi berjalan (Current Account Defisit/CAD) Indonesia saat ini sudah mencapai 3 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Data Bank Indonesia (BI) menunjukkan bahwa defisit transaksi berjalan pada kuartal II-2018 tercatat sebesar USD 8 miliar.

Angka tersebut meningkat dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu yang hanya sebesar 1,96 persen dan juga lebih besar dibandingkan dengan kuartal I-2018 yang hanya sebesar 2,2 persen dari PDB atau USD 5,5 miliar.

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menegaskan pemerintah akan mewaspadai defisit transaksi berjalan tersebut. "Di sisi policy respon, kalau persoalan growth kita cukup bagus, tapi CAD menjadi konsen," kata Sri Mulyani di Jakarta, Senin (13/8/2018).

Dia menjelaskan, pemerintah akan menyiapkan skenario untuk mengatasi kondisi tersebut dengan cara expenditure reducing (mengurangi belanja atau impor), dan meningkatkan ekspor.

Menurutnya, sebetulnya expenditure reducing policy bisa memperlambat pertumbuhan ekonomi. "Kalau expenditure reducing itu berpotensi melemahkan pertumbuhan ekonomi, tapi skenario itu harus kita siapkan, apabila situasi akan semakin dinamis dan bergerak," jelasnya.

Selain itu, saat ini pemerintah juga telah menerapkan expenditure switching policy atau pengalihan belanja barang yang biasa impor menjadi barang yang berasal dari dalam negeri. Salah satunya dengan adanya aturan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN). Sayangnya, penerapan TKDN saat ini belum terlalu optimal.

"Artinya kita bisa tetap mempertahankan dan menjaga momentum apabila yang disebut switching itu mempengaruhi expenditure kita dari yang tadinya barang impor menjadi barang dalam negeri bisa dilakukan cepat. Sementara itu kita tetap menjaga agar risiko terelaksasi karena faktor dari luar," sambungnya.

Dia mengungkapkan pemerintah juga akan terus melakukan pemantauan seluruh neraca yang ada baik itu APBN hingga neraca BUMN untuk mengidentifikasi sektor mana saja yang paling berisiko terkena dampak dinamika ekonomi global.

"Kemudian kita akan terus melakukan yang saya sebutkan tadi, secara waspada melihat berbagai macam neraca untuk mengindentifikasi apakah ada sektor yang dianggap rapuh atau yang mungkin terkena lebih besar dari dinamika global," dia menandaskan.

 

Reporter: Yayu Agustini Rahayu

Sumber: Merdeka.com

BI Yakin Defisit Transaksi Berjalan di Bawah 3 Persen hingga Akhir 2018

Tukar Uang Rusak di Bank Indonesia Gratis, Ini Syaratnya
Karyawan menghitung uang kertas rupiah yang rusak di tempat penukaran uang rusak di Gedung Bank Indonessia, Jakarta (4/4). Selain itu BI juga meminta masyarakat agar menukarkan uang yang sudah tidak layar edar. (Merdeka.com/Arie Basuki)

Direktur Eksekutif Kepala Departemen Bank Indonesia (BI), Yati Kurniati mengaku optimistis pertumbuhan defisit transaksi berjalan (Current Account Deficit/CAD) hingga akhir tahun 2018 berada di bawah 3 persen.

Itu dikatakan, mengingat pada kuartal II 2018 telah CAD telah mengalami kenaikan sebesar tiga persen atau setara dengan USD 8 miliar.

"Jadi memang di kuartal II dia selain ada kebutuhan-kebutuhan yang produktif juga ada faktor musiman. Kami kalau lihat kuartal I dan kuartal II 2,6 terhadap PDB ini masih kami pandang normal dan baik," ujar dia saat ditemui di Gedung BI, Jakarta, Jumat (10/8/2018).

Dengan demikian, Yati meyakini hingga semester II 2018 defisit CAD akan tetap berada di bawah 3 persen. Sebab, pemerintah kata dia, tidak tinggal diam dan terus melakukan upaya menjaga defisit transaksi berjalan sehingga tidak makin melebar.

"Untuk itu BI dengan pemerintah sudah aware dengan defisit tinggi sehingga koordinasi untuk menjaga CAD ini lebih terkendali termasuk juga meningkatkan sumber-sumber devisa yang sudah di depan mata seperti pariwisata yang kita kelola dengan baik sehingga tahun ini bisa menurunkan defisit dan akan surplus," ujar dia.

 

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya