Pertamina Bakal Pakai Teknologi Digital Salurkan BBM, Apa Beda dengan RFID?

PT Pertamina (Persero) berencana menerapkan sistem digital pada penyaluran Bahan Bakar Minyak (BBM).

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 21 Agu 2018, 14:04 WIB
Diterbitkan 21 Agu 2018, 14:04 WIB
Harga Pertamax Naik
Petugas mengisi Bahan Bakar Minyak (BBM) ke kendaraan konsumen di SPBU Abdul Muis, Jakarta, Senin (2/7). PT Pertamina (Persero) secara resmi menaikkan harga Pertamax Cs akibat terus meningkatnya harga minyak dunia. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - PT Pertamina (Persero) berencana menerapkan sistem digital pada penyaluran Bahan Bakar Minyak (BBM).

Sebelumnya perusahaan tersebut juga telah menggagas penggunaan teknologi digital dalam kegiatan serupa, dengan menggunakan  Radio Frequency Identification (RFID).

Lalu apa bedanya sistem digital yang akan diterapkan dengan RFID?

Vice President Retail Fuel Marketing PT Pertamina, Jumali ‎mengatakan, konsep penggunaan teknologi digital berupa RFID untuk membatasi konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi pada kendaraan. 

Alat pembatas tersebut berupa ring besi yang ditempel pada mulut tangki bahan bakar mobil dan nozzle, sehingga ketika konsumsi BBM bersubsidi sudah melebihi batas yang ditentukan maka nozzle tidak mengeluarkan BBM bersubsidi.

"Konsepnya berbeda dengan PT Inti yang memasang RFID, kalau RFID kita mempertemukan ring yang dipasnag di nozzle dan dimobil, jadi saling ketemu," kata Jumali, di Jakarta, Selasa (21/8/2018).

Jumali menambahkan, sistem teknologi digital baru yang akan dipasang, bertujuan untuk mencatat konsumsi BBM bersubsidi agar jauh lebih akurat.

Teknologi digital tersebut berupa sensor yang dipasang pada tangki pendam BBM di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) bersubsidi dan nozzel penyalur BBM ke tangki kendaraan.

"Ini tidak seperti RFID, kita pasang perangkat di dispanser untuk mencatat, sehingga dengan teknologi ini lebih visibel," tutur dia.

‎Jumali menuturkan, program RFID yang sempat digalakkan Pertamina, dengan tujuan untuk membatasi konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi saat ini telah dihentikan.

"Sudah tidak berlaku lagi (program RFID),‎" ujar dia.

 

 

* Update Terkini Asian Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Pesta Olahraga Terbesar Asia di Sini.

 

Pertamina Bakal Terapkan Sistem Digital Penyaluran BBM, Bagaimana Nasib RFID?

Harga Pertamax Naik
Petugas mengisi BBM ke kendaraan konsumen di SPBU Abdul Muis, Jakarta, Senin (2/7). PT Pertamina (Persero) menaikkan harga Pertamax, Pertamax Turbo dan Pertamina Dex mulai dari Rp500 hingga Rp900 per liter mulai 1 Juli 2018. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Sebelumnya, PT Pertamina (Persero) kembali merencanakan menggunakan sistem teknologi digital, pada proses penyaluran Bahan Bakar Minyak (BBM) yang sebelumnya akan menerapkan Radio Frequency Identification (RFID) pada kendaraan pada 2013.

Lalu bagaimana nasib program RFID?

Vice President Retail Fuel Marketing PT Pertamina, Jumali ‎mengatakan, program RFID yang sempat digalakan Pertamina bertujuan membatasi konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi saat ini telah dihentikan.

"Sudah tidak berlaku lagi (program RFID)," kata Jumali, di Jakarta‎, Selasa 14 Agustus 2018.

Jumali menuturkan, dalam penerapan teknologi digital dalam penyaluran BBM, Pertamina lebih fokus pada pencatatan jumlah BBM yang disalurkan.

Pertamina tidak lagi pada pembatasan konsumsi BBM bersubsidi seperti yang ditujukan pada pemasangan RFID.

"‎Lain cerita, yang utama. Yang di purpose sama Kementerian dan BPH Migas melalui sinergi BUMN," tutur dia.

Untuk diketahui, RFID merupakan alat pembatas konsumsi BBM subsidi berupa ring, yang ditempel pada mulut tangki kendaraan ‎dan kran penyaluran BBM di dispanser (nozzle).

Alat tersebut bekerja jika pengguna kendaraan membeli BBM subsidi lebih dari ketentuan, maka BBM bersubsidi dari dispanser di SPBU tidak mengalir.

Alat tersebut sudah sempat dipasang di kendaraan khususnya wilayah DKI Jakarta, pada periode 2013, karena konsumsi BBM bersubsidi pada waktu itu membengkak melebihi kuota yang ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN).

Namun, ketika kepemimpinan pemerintahan berganti dari Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menjadi Joko Widodo (Jokowi), program tersebut tidak jadi berjalan.

Lantaran, pemerintah menetapkan subsidi tetap pada solar dan melepas subsidi untuk premium, sehingga negara tidak dibebankan subsidi.

‎Sedangkan tujuan Pertamina menerapkan sistem teknologi digital kembali pada penyaluran BBM, bertujuan agar pencatatan BBM yang disalurkan lebih akurat.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya