Selain Konsumsi, Investasi juga Penting Topang Ekonomi RI

China jadi contoh yang cetak investasi luar biasa sehingga berdampak ke pertumbuhan ekonomi.

oleh Merdeka.com diperbarui 23 Agu 2018, 14:49 WIB
Diterbitkan 23 Agu 2018, 14:49 WIB
Indonesia Development Forum (IDF) 2018
Menteri PPN / Kepala Bappenas, Bambang Brodjonegoro memberikan sambutan pada Indonesia Development Forum (IDF) 2018 di Jakarta, Selasa (10/7). IDF 2018 mengusung tema sejalan dengan agenda Nawa Cita Presiden Jokowi. (Liputan6.com/HO/Bappenas)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro menegaskan upaya mengerek pertumbuhan ekonomi mesti didukung oleh strategi jitu, terutama di bidang investasi.

Keadaan ekonomi global yang penuh dengan gejolak dan tantangan harus memotivasi Indonesia untuk membuat strategi pembangunan ekonominya sendiri.

"Kita tidak bisa hanya berharap, berdoa semoga tidak ada gangguan global. Semoga permintaan ekspor kita meningkat. Doa itu penting, tapi strategi, effort tidak kalah penting," ujar dia di Hotel Sari Pan Pasific, Jakarta, Kamis (23/8/2018).

Pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang meningkat di kuartal II 2018, menurut dia tidak bisa dijadikan penyokong utama pertumbuhan ekonomi nasional.

"Ketika BPS bilang pertumbuhan konsumsi di atas 5 persen kita semua lega. Satu karena kita menganggap daya beli masyarakat sudah pulih, kedua karena memberi dampak ke pertumbuhan ekonomi total," kata dia.

Dia mengatakan, bila menilik negara berkembang lainnya, seperti China, investasi yang tumbuh baik akan memberikan dampak signifikan pada pertumbuhan ekonomi.

"Sebenarnya jawabannya di investasi. Sebenarnya sudah agak membaik di triwulan III tahun lalu 7 persen. Data terakhir kembali lagi di kisaran 5 persen," ujar dia. 

"China rata-rata di atas 10 tahun berturut-turut tumbuh dua digit. Apa ini karena orang China gila-gilaan konsumsi, enggak juga. Yang gila-gilaan satu ekspor. Kedua investasi mereka luar biasa. Ini pentingnya kita membuat strategi investasi," imbuhnya.

Meskipun demikian, untuk menyusun strategi investasi yang moncer diperlukan dukungan data yang baik. Pemerintah tidak salah dalam mengambil kebijakan.

"Pertanyaannya kalau kita semua diminta menyusun strategi,  kita harus punya data yang lengkap. Dari investasi yang ada sekarang kita tidak tahu berapa persisnya yang dikontribusikan Pemerintah," ujar dia.

"Misalnya kita punya investasi besar, tapi yang besar itu ditopang Pemerintah. Tapi kita juga ingin tahu sektor swasta kita kuat enggak. Kita juga bisa lihat perusahaan-perusahaan kita rajin enggak melakukan investasi," tambah dia.

Oleh karena itu, dia mengharapkan upaya pengumpulan data investasi yang tengah disiapkan BPS dan kementerian dan lembaga dapat terus berlanjut dan memberikan kontribusi positif pada upaya peningkatan investasi.

"Dan harus didukung data lengkap. Sekali salah pasti hancur, strategi," kata dia.

 

Reporter: Wilfridus Setu Embu

Sumber: Merdeka.com

 

* Update Terkini Asian Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Pesta Olahraga Terbesar Asia di Sini

 

 

Alasan Pertumbuhan Ekonomi RI Dipatok 5,3 Persen pada 2019

Investasi Meningkat, Ekonomi Indonesia Kuartal 1 Tumbuh 5,06 Persen
Pekerja menyelesaikan pembangunan gedung bertingkat di Jakarta, Senin (7/5). Badan Pusat Statistik (BPS) melansir pertumbuhan ekonomi kuartal 1 2018 mencapai 5,06%.(Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Sebelumnya, Pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,3 persen di tahun 2019. Angka ini lebih kecil dibandingkan target pemerintah pada Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2018 sebesar 5,4 persen.

Staf Khusus Presiden, Ahmad Erani Yustika memperkirakan, pertumbuhan ekonomi sampai akhir tahun ini berada dikisaran 5,2 persen. Oleh karenanya, dia memandang pertumbuhan ekonomi di 2019 sebesar 5,3 persen dinilai sangat realistis walaupun ada penurunan sebesar 1 persen pada APBN 2018.

Ahmad menjelaskan, kenapa pemerintah tidak ingin menaikan target pertumbuhan ekonomi di 2019. Sebab, dirinya menilai secara kondisi ekonomi global sampai pertengahan tahun 2019, Indonesia akan mengalami beberapa tantangan berat terhadap tekanan eksternal.

"Ekonomi global sampai pertengahan tahun depan bahkan bisa sampai akhir tahun 2019 masih akan ada tantangan tantangan yang berat terutama dari Amerika Serikat. The Fed masih akan terus meningkatkan suku bunga minimal sampai pertengahan tahun depan. Oleh karenanya rintangan dari ekonomi eksternal itu lumayan terjal," jelasnya dalam diskusi Menakar Politik Anggaran RAPBN 2019, di Jakarta, Minggu 19 Agustus 2018.

"Belum lagi ada beberapa negara seperti Turki, ada Argentina yang yang mengalami masalah kondisi ekonominya," tambah dia.

Ahmad mengatakan, dari sisi domestik sebetulnya pemerintah sudah melakukan hal yang cukup baik dengan melihat ukuran situasi ekonomi saat ini. Terbukti dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih tinggi dari pada pertumbuhan ekonomi negara-negara Asia.

"Pertumbuhan ekonomi itu jauh lebih tinggi dari pada rata-rata pertumbuhan ekonomi negara negara asia. Lebih tinggi dibandingkan Singapura, Malaysia, dan Thailand. Itu mencenangkan," imbuhnya.

Oleh karena itu, dia pun optimis pertumbuhan ekonomi yang ditargetkan pada 2019 sebesar 5,3 persen dapat terealisasikan. "Satu kita optimis bahwa tahun depan lebih bagus dari tahun ini. Itu terlihat jelas. Karna asumsi pertumbuhan ekonomi lebih tinggi, optimisme nampak di situ. Namun ini optimisme yang terukur bukan optimisme yang kemudian jatuh kepada obsesi yang berlebihan," sebutnya.

"Dengan cara ini pemerintah ingin asumsinya itu kredibel. Pasar melihat asumsi ini realistis dengan segala macem dari eksternal dan internal. Itu latar belakang kenapa pertumbuhan ekonomi tahun depan 5,3 sampai 5,4 persen lebih kepada optimisme betul betul," pungkas Ahmad.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya