Liputan6.com, Jakarta Bank Indonesia (BI) diprediksi akan kembali menaikkan suku bunga acuan mencapai 6,5 persen pada tahun depan.
"Karena awalnya diprediksi The Fed akan naikkan tiga kali, tapi tahun ini jadi empat kali, lalu US treasury dulunya paling tinggi 2 persen sekarang sudah 3 persen," kata Kepala Ekonom Bank Mandiri, Anton Gunawan, di Plaza Mandiri, Jakarta, Kamis (30/8/2018).
Diketahui, Bank Indonesia (BI) menaikkan 7-day Reverse Repo Rate atau suku bunga acuan sebesar 25 basis point (bps) menjadi 5,50 persen. Bank Indonesia juga menaikkan suku bunga Deposit Facility sebesar 25 bps menjadi 4,75 persen dan Lending Facility sebesar 25 bps menjadi 6,25 persen.
Advertisement
Kenaikan ini merupakan yang keempat kalinya dalam tahun ini setelah sebelumnya BI menahan suku bunga acuan pada Juli. Sebelumnya, BI sudah menaikkan suku bunga acuan pada Mei sebanyak dua kali dan Juni dengan total kenaikan 100 bps.
"Kembali ke BI 7 Days, itu kita melihat itu ke 5,75 persen tahun ini, dan tahun depan ke 6,5 persen. Yang berarti tahun ini masih ada sekali lagi," ujar Anton.
Sebelumnya, Coorporate Secretary Bank BNI, Ryan Kiryanto mengungkapkan Bank Indonesia hampir dipastikan menaikkan kembali suku bunga acuan sebab bank sentral Amerika Serikat atau The Fed akan kembali menaikan suku bunga acuannya pada September.
"BI hampir pasti menaikkan sekali lagi suku bunga acuannya minimal satu kali ke 5,75 persen. Karena The Fed sudah dipastikan naik 3-4 kali," kata Ryan dalam sebuah acara diskusi di kawasan Kalibata, Jakarta, Selasa (28/8/2018).
Ryan mengungkapkan, bank sentral di negara lain pun melakukan hal yang sama guna melindungi stabilitas mata uang mereka. "Sementara negara lain sudah menaikkan suku bunganya, tujuannya agar menjaga mata uangnya terhadap dolar AS," ujarnya.
Reporter: Yayu Agustini Rahayu
Sumber: Merdeka.com
* Update Terkini Jadwal Asian Games 2018, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Asian Games 2018 dengan lihat di Sini
BI Sediakan Jamu Manis dan Pahit Guna Jaga Pertumbuhan Ekonomi
Bank Indonesia (BI) berjanji akan terus menjaga momentum pertumbuhan ekonomi Indonesia. Salah satu caranya dengan menyiapkan jamu pahit dan manis sebagai bentuk bauran kebijakan.
Gubernur BI, Perry Warjiyo, menjelaskan, jamu pahit yang disediakan bank sentral yaitu kenaikan suku bunga. Ini tidak dapat dihindari untuk merespons ekonomi global.
"Namun, jamu manisnya sudah banyak kita keluarkan, misalnya mendorong kredit dengan relaksasi LTV atau down payment (DP) kredit uang muka perumahan, baik pembeli pertama maupun investasi. Pembelian inden kita bolehkan, dan untuk peminat investasi kita bolehkan hingga 5 akad kredit. Tapi kebijakan ini kita jaga agar tetap prudent," kata Perry di Bali, Kamis (30/8/2018).
Baca Juga
Jamu manis lainnya yang disiapkan BI, yaitu itermediasi makroprudensial. Dengan perbankan dalam membiayai pembangunan tak terbatas melalui kredit saja, tapi bisa cara lain seperti membeli obligasi korporasi kualitas bagus.
"Untuk pendanaan juga tak terbatas tabungan dan deposito saja, tapi bisa cara lain dengan menerbitkan Medium Term Notes (MTN) atau surat utang jangka menengah," kata dia.
Selanjutnya, jamu manis lainnya yaitu pendalaman pasar keuangan agar biaya pembangunan biaya infrastruktur ekonomi tak hanya mengandalkan kredit.
"Kita keluarkan kebijakan agar pembangunan bisa dibiayai penerbitan reksadana pendapatan tetap. Dan juga jamu manis lainnya pengembangan keuangan dan ekonomi syariah," ujar dia.
Reporter: Idris Rusadi Putra
Sumber: Merdeka.com
Advertisement