Penjualan Daging Sapi Lesu, Pemerintah Diminta Turun Tangan

Harga yang ideal daging sapi adalah di bawah Rp 100 ribu agar masyarakat ekonomi menengah ke bawah bisa ikut menikmati.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 12 Nov 2018, 15:29 WIB
Diterbitkan 12 Nov 2018, 15:29 WIB
Pedagang Daging Musiman Menjamur
Pedagang memotong daging sapi dan kerbau yang dijual di Pasar Ciledug, Tangerang, Rabu (13/6). Dua hari menjelang Lebaran, pedagang daging musiman menjamur dengan menggelar dagangan di pinggir-pingir jalan. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Menjelang jam sembilan pagi, potongan daging sapi masih menggantung di stan para pedagang sapi di Pasar Grogol, Jakarta Barat. Jika menjelang siang daging belum laku, maka pedagang terpaksa menaruhnya di kulkas, dan harga jualnya bakal turun sehingga merugikan pedagang.

Basir (27), salah satu pedagang, menyebut penjualan daging sapi lesu karena harganya masih terlalu tinggi. Masyarakat ekonomi menengah ke bawah pun jadi harus menahan diri bila mau menyantap daging sapi.

"(Harga) belum terjangkau. Ini lakunya hanya langganan doang, kalau langganan sedang libur, ya hanya pada diam, pada tidur di pasar," ucapnya kepada Liputan6.com, Senin (12/11/2018) di Jakarta Barat.

Ia berpendapat bahwa harga yang ideal adalah di bawah Rp 100 ribu agar masyarakat ekonomi menengah ke bawah bisa ikut menikmati daging sapi tanpa perlu menunggu lebaran.

Para pedagang baru pun disebut kesulitan bertahan karena butuh langganan terlebih dahulu.Basir pun meminta pemerintah menurunkan harga sapi ketimbang memunculkan bulog.

"Bulog bukan solusi yang tepat. Solusinya gimana harga sapi bisa turun. Bukan nongolin Bulog. Bukannya enggak mendukung, cuman kan Bulog itu dagingnya impor, kecuali daging-dagingnya dari sini produk lokal," ucap Basir.

"Kalau laku pasti ketawa-tawa, kalau (daging) masih digantung di atas jam sembilan berarti enggak ada yang beli. Nanti kalau dikulkaskan harganya jatuh, sudah harga Bulog (Rp 90 ribu/kg)," lanjut Basir.

Pedagang lain, Jufran (27), turut menyebut harga Rp 120 ribu masih termasuk mahal. "Jadi orang-orang konsumsi daging kurang gara-garanya harga Rp 120 ribu tinggi. Idealnya, Rp 100 ribu, itu normal. Kalau 120 ribu orang mikir-mikir," jelasnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Harga Cabai Turun di Pasar Grogol

20161003-Pasar Tebet-Jakarta- Angga Yuniar
Pedagang merapikan barang dagangannya di Tebet, Jakarta, Senin (3/10). Secara umum, bahan makanan deflasi tapi ada kenaikan cabai merah sehingga peranannya mengalami inflasi. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Harga sayur mayur seperti cabai dan bawang terpantau stabil. Harga cabai rawit keriting yang sebelumnya melambung tinggi sampai ke kisaran Rp 40 ribu per kilogram (kg) kini sudah menurun.

"Rawit keriting Rp 28 ribu per kg, rawit merah Rp 28 ribu per kg. Ada tiga hari sudah turun," ujar Eman (35) ketika berbincang dengan Liputan6.com di Pasar Grogol, Jakarta Barat, Senin (12/11/2018).

Eman menyebut, harga cabai keriting hijau turun menjadi Rp 20 ribu dari harga pekan lalu Rp 30 ribu. Dan cabai hijau besar dibanderol Rp 16 ribu per kg. 

Komoditas yang tercatat naik adalah bawang merah yang mencapai Rp 28 ribu per kg. "Sebelumnya cuma Rp 22 ribu," jelas Eman.

Sementara itu, bawang putih biasa dan kating dijual masing-masing Rp 24 ribu dan Rp 28 ribu per kg.

Beralih ke sayuran, harga timun dihargai Rp 8.000, tomat Rp 10 ribu, dan kentang Rp 12 ribu. Hanya saja, wortel naik sedikit dari harga biasa Rp 10 ribu. "Sekarang wortel Rp 14 ribu, sudah 4 - 5 hari. Mungkin karena cuaca," jelas dia.

Neni (33), pedagang lainnya mengatakan hal serupa. "Yang naik bawang merah jadinya Rp 32 ribu, sebelumnya Rp 28 ribu. Bawang putih standar kating Rp 32 ribu, yang biasa Rp 28 ribu," tutur dia.

Sementara, cabai merah keriting di tempat Neni terpantau turun menjadi Rp 35 ribu dari Rp 40 ribu.

Cabai rawit merah seharga Rp 30 ribu juga turun dari harga minggu lalu yakni Rp 35 ribu. Cabai keriting hijau dijual kompak Rp 25 ribu, dan cabai merah besar Rp 35 ribu.

Untuk sayuran, Neni menjual tomat seharga Rp 12 ribu per kg, kentang Rp 13 ribu per kg, dan timun Rp 8.000 per kg.

Harga wortel pun dagangannya pun terpantau naik. "Wortel mahal, naik Rp 15 ribu, sebelumnya Rp 10 ribu, kayanya cuacanya. Jadi wortelnya pada busuk," dia menandaskan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya