Liputan6.com, New York - Harga minyak mentah dunia naik usai turun tajam pada minggu ini, seiring penurunan stok bahan bakar di Amerika Serikat (AS) dan kemungkinan penurunan dalam output dari OPEC.
Melansir laman Reuters, Jumat (16/11/2018), harga minyak mentah berjangka Brent naik 50 sen menjadi USD 66,62 per barel. Sementara minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS naik 21 sen menjadi USD 56,46 per barel.
Advertisement
Baca Juga
Sebelumnya pada Selasa, harga minyak AS mencatat kerugian tercuramnya dalam sehari selama lebih dari tiga tahun. Ini dipicu kekhawatiran tentang melemahnya permintaan global dan kelebihan pasokan yang sedang berlangsung.
Adapun data Administrasi Informasi Energi AS (EIA) menunjukkan persediaan minyak mentah AS melonjak 10,3 juta barel pekan lalu. Ini merupakan kenaikan mingguan terbesar sejak Februari 2017.
Analis dalam jajak pendapat Reuters telah memperkirakan peningkatan mencapai 3,2 juta barel. Namun stok bensin turun 1,4 juta barel, sementara stok distilat turun 3,6 juta barel, mengacu data EIA.
"Pasokan minyak mentah yang lebih besar dari perkiraan "mengejutkan," penurunan pasokan produk olahan membantu harga naik," kata Phil Flynn, Analis Price Futures Group di Chicago.
Di sisi lain, Organisasi Negara Pengekspor Minyak, yang dipimpin Arab Saudi, sedang mempertimbangkan pemotongan hingga 1,4 juta barel per hari (bpd) pada tahun depan. Ini untuk menghindari membanjirnya persediaan global yang mendorong harga minyak jatuh.
"Bisa jadi bahwa pengurangan produksi oleh OPEC menjadi lebih mungkin," jelas Analis komoditas Commerzbank, Carsten Fritsch.
Prediksi
Sebelumnya sebuah sumber dari mengatakan jika negara ini ingin tetap keluar dari rencana pengurangan produksi minyak sesuai perjanjian dengan OPEC.
Sementara Kepala perusahaan minyak negara Libya NOC melalui sebuah pernyataan menilai jika OPEC dan produsen non-OPEC harus bekerja sama untuk menjaga stabilitas pasar minyak.
IEA dan OPEC pada minggu ini memperingatkan adanya surplus yang cukup besar setidaknya di paruh pertama tahun 2019.
Harga minyak telah kehilangan sekitar seperempat dari nilainya hanya dalam enam minggu, tertekan perlambatan ekonomi global dan melonjaknya produksi minyak mentah yang dipimpin AS.
Produksi minyak mentah AS naik menjadi 11,7 juta bph, rekor tertinggi, menurut data EIA pada Kamis.
"Penyuling dan konsumen Asia yang kami ajak bicara menyebutkan kekhawatiran awal dari perlambatan permintaan," kata Mike Corley, Presiden Mercatus Energy Advisors.
Advertisement