Jurus Pemerintah Cegah Migrasi Petani ke Profesi Lain

Dampak dari modernisasi pertanian akan dirasakan dalam kurun beberapa tahun ke depan.

oleh Septian Deny diperbarui 20 Nov 2018, 13:00 WIB
Diterbitkan 20 Nov 2018, 13:00 WIB
Petani.
Petani memanen padi varietas Ciherang di areal persawahan Desa Ciwaru, Sukabumi. (Merdeka.com/Arie Basuki)

Liputan6.com, Jakarta Kementerian Pertanian (Kementan) berharap berbagai program perbaikan infrastruktur dan penyediaan sarana usaha tani melalui mekanisasi pertanian mampu menekan tingkat migrasi petani ke profesi lain.

Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementan, Kuntoro Boga Andri memproyeksikan, dampak dari modernisasi pertanian akan dirasakan dalam kurun beberapa tahun ke depan.

“Investasi dalam pembangunan infrastruktur dan modernisasi pertanian akan memiliki dampak multiplier dalam 5 sampai dengan 10 tahun ke depan,” ujar dia dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa (20/11/2018).

Dia‎ menjelaskan, untuk program pengembangan prasarana dan sarana pertanian, hingga tahun 2018, Kementan telah merehabilitasi jaringan irigasi tersier dalam rangka mengoptimalkan irigasi pada lahan seluas 3,47 juta hektar (ha), dengan capaian terbesar pada 2015 seluas 2,45 juta ha.

Selama Oktober 2014-April 2018 pembangunan embung/dam parit/long storage telah mencapai 2.758 unit. Kemudian, selama pada periode yabg sama perluasan dan optimalisasi lahan sawah mencapai 1,16 juta hektare.

“Modernisasi pertanian melalui mekanisasi merupakan solusi efisien menggantikan pola usaha tani manual. Mekanisasi juga sebagai solusi mengatasi berkurangnya tenaga kerja pertanian karena bermigrasi ke sektor industri dan jasa,” ungkap dia.

 

 

Presiden Jokowi meninjau lokasi program Padat Karya Tunai irigasi kecil di Sumbawa. (Foto: Kementerian PUPR)
Presiden Jokowi meninjau lokasi program Padat Karya Tunai irigasi kecil di Sumbawa. (Foto: Kementerian PUPR)

Terkait mekanisasi pertanian, sejak Oktober 2014 hingga April 2018, Kementan telah menyalurkan bantuan alat mesin pertanian (alsintan) sebanyak 370.378 unit.

Ini meliputi Rice Transplanter, Combine Harvester, Dryer, Power Thresher, Corn Sheller dan Rice Milling Unit (RMU), traktor, dan pompa air.

Mekanisasi pertanian dapat menghemat biaya produksi sekitar 30 persen, dan menurunkan susut panen 10 persen. Mekanisasi menghemat biaya olah tanah, biaya tanam dan panen dari pola manual Rp 7,3 juta per hektare menjadi Rp 5,1 juta per hektare.

“Pada umumnya mengolah tanah secara manual memerlukan 20 orang hari kerja per ha dan biaya Rp 2,5 juta per ha, jika menggunakan traktor, satu orang mampu menyelesaikan 3 ha per hari dengan biaya Rp 1,8 juta per hektare,” tandas dia.

 

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya