Liputan6.com, Jakarta - Direktur Utama PT Jasa Marga (Persero) Tbk Desi Arryani menargetkan, Jalan Tol Layang Jakarta-Cikampek II atau Tol Jakarta-Cikampek (Japek) II Elevated dapat beroperasi secara fungsional pada saat mudik Lebaran Idul Fitri 2019.
Dia mengatakan, pengerjaan proyek Japek Elevated ini terus pihaknya percepat untuk mengurai kemacetan di ruas Tol Jakarta-Cikampek eksisting yang kerap dilanda kemacetan panjang.
"Mudik lebaran tahun depan, Tol Jakarta Cikampek Elevated ini dioperasikan fungsional. Kami memandang tol ini penting untuk mengurai kemacetan, makanya pengerjaan dipercepat," tegasnya di Km 25 Tol Jakarta-Cikampek, Kamis (29/11/2018).
Advertisement
Baca Juga
Untuk progres pengerjaan, Desi menambahkan, Tol Layang Japek ini kini telah menyentuh angka 58,5 persen.
Adapun ke depan, Desi melanjutkan, Jasa Marga telah berkoordinasi dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) untuk membuat bukaan pintu tol di tengah ruas Tol Japek II Elevated yang terhubung dengan jalan raya di bawahnya.
Desi menyatakan, Gerbang Tol tersebut kini tengah didesain oleh pihak Kementerian PUPR, dan ditargetkan bisa mulai beroperasi pada 2020 mendatang.
"Masih proses dengan Kementerian PUPR. Sedang proses desain, kan tidak hanya konstruksinya. Jumlah trafik dan lain-lainnya kan semua harus dihitung, posisi paling pas di mana. Ini masih dalam proses desain," pungkas Desi.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Tol Cikampek Macet Parah, Bisnis Logistik Rugi Rp 100 Miliar per Hari
Sebelumnya, kemacetan yang terjadi di ruas tol Jakarta-Cikampek merugikan pelaku usaha logistik. Selain membuat biaya logistik meningkat, kemacetan ini juga menurunkan produktivitas pengiriman barang.
Ketua Asosiasi Logistik Indonesia (ALI), Zaldy Ilham Masita mengatakan, selama ini ruas tol Jakarta-Cikampek merupakan jalur utama logistik barang di Pulau Jawa, bahkan di Indonesia. Hal ini membuat jalur tersebut mempengaruhi cepat atau lambatnya pengiriman barang dari produsen ke konsumen.
"Dampaknya sangat parah. Kegiatan logistik banyak terganggu karena tol Cikampek adalah jalur utama logistik Indonesia, bukan hanya Jakarta atau Jawa Barat saja," ujar dia saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, Rabu (21/11/2018).Â
BACA JUGA
Akibat kemacetan yang parah, para pengusaha logistik bahkan sampai menolak jika ada pesanan antar barang yang harus melewati ruas tol tersebut.
"Rata-rata perusahaan truk langsung menolak kalau mendapat order yang lewat tol Cikampek. Mereka hanya melayani hanya konsumen yang sudah reguler saja," ungkap dia.
Zaldy memperkirakan, kerugian sektor usaha logistik akibat dari kemacetan tersebut mencapai Rp 100 miliar per hari. Kerugian ini bisa meningkat saat pada momen tertentu sehingga terjadi peningkatan barang yang harus dikirim melalui ruas tol ini.Â
"Perkiraan saya kerugiannya sampai Rp 100 miliar per hari untuk biaya logistik, termasuk biaya inventory," tandas dia.
Â
Advertisement