BBM Satu Harga Untungkan Sektor Logistik dan Transportasi Masyarakat

Pada awal November, Pemerintah bersama Pertamina baru saja meresmikan BBM Satu Harga di Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau.

oleh Liputan6.com diperbarui 19 Nov 2018, 17:47 WIB
Diterbitkan 19 Nov 2018, 17:47 WIB
Peresmian BBM Satu Harga di Pelalawan, Riau. Dok Pertamina
Peresmian BBM Satu Harga di Pelalawan, Riau. Dok Pertamina

Liputan6.com, Jakarta Program BBM Satu Harga yang dilaksanakan PT Pertamina (Persero) berdampak positif bagi perekonomian wilayah setempat, seperti di Papua dan Papua Barat. Dampak terasa pada sektor logistik dan membantu kelancaran transportasi warga.

Pengamat ekonomi Universitas Cendrawasih Ferdinand Risamasu menyatakan, Program BBM Satu Harga, berdampak baik pada usaha dan bisnis transportasi, terlebih, yang berada di wilayah pegunungan.

"Ongkos transportasi lebih murah secara proporsional. Sedangkan manfaat lain, adalah penurunan harga sebagian barang dan kebutuhan pokok," ujarnya seperti mengutip Antara, Senin (19/11/2018).

Dari berbagai manfaat program tersebut, Ferdinand menyebut bahwa peran Pertamina sangat besar, terlebih dalam mewujudkan program BBM Satu Harga.

BUMN tersebut juga harus menanggung biaya transportasi pada medan yang sangat sulit. Apalagi, transportasi di Papua dan Papua Barat tidak hanya di darat namun juga laut dan udara.

Dia mencontohkan titik BBM Satu Harga di Misool Utara Kabupaten Raja Ampat yang baru diresmikan pertengahan November 2018. Diperlukan waktu tempuh sekitar 17 jam dari Kota Sorong yang berjarak kurang lebih 207 km, dengan moda transportasi laut dan darat.

"Peran Pertamina sangat besar dalam mendistribusikan BBM. Jadi kita apresiasi peran Pertamina dalam mendukung suksesnya BBM Satu Harga," kata dia.

Namun demikian Ferdinand mengingatkan, agar pasokan terus dijaga supaya tidak terjadi kekosongan stok. Perlu intervensi pemerintah guna menjaga ketersediaan dan kestabilan stok serta harga BBM agar tidak dipermainkan oleh para pengusaha.

Hingga minggu kedua November 2018, Pertamina telah melakukan uji operasi 65 titik BBM Satu Harga dari 67 lokasi yang ditetapkan pemerintah di daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T) di seluruh Tanah Air.

Meski belum semua diresmikan pemerintah, namun lembaga penyalur di 65 titik sudah bisa melayani masyarakat.

Pada awal November, Pemerintah bersama Pertamina baru saja meresmikan BBM Satu Harga di Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau.

Sekitar dua pekan kemudian, titik BBM Satu Harga di Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat, tepatnya di Kampung Waigama Distrik Misool Utara, juga resmi beroperasi. 

BBM Satu Harga Bikin Panen Petani Bawang Naik 6 Kali Lipat

(Foto: PT Pertamina)
Octovianus Alexander Rajariwu saat membajak sawahnya di Desa Raekore, Sabu Barat, Sabu Raijua, Nusa Tenggara Timur (Foto: PT Pertamina)

Terik matahari tak menyurutkan aktivitas Octovianus Alexander Rajariwu (52 tahun) saat membajak sawahnya di Desa Raekore, Sabu Barat, Sabu Raijua, Nusa Tenggara Timur. Mesin traktor capung berwarna merah, lalu lalang dikendalikan pria yang akrab disapa Alex.

"Sekarang mesin ini bisa difungsikan maksimal, karena saya tidak kesulitan cari bahan bakar," kata dia, Minggu (18/11/2018).

Membajak lahan merupakan tahapan yang sangat penting untuk menyuburkan tanah. Lapisan tanah setelah masa panen, dibalik agar tanah menjadi gembur dan bisa ditanam kembali. Menyiapkan tanah sebelum masa tanam, akan berdampak pada hasil panen ke depannya.

Dulu, sebelum ada program BBM satu harga, para petani bawang di Desa Raekore, harus berpikir dua kali untuk membajak sawah. Selain harga BBM mahal, untuk mendapatkannya penuh perjuangan dengan jarak tempuh hingga 6 kilometer.

"Harga bensin kisaran Rp 100.000-200.000 per liter. Kami dijatah 1,5 liter seukuran botol air mineral. Sudah mahal, susah juga didapatnya kita tempuh dulu perjalanan bisa 5–6 km,” keluh Alex. 

Tentunya bahan bakar tersebut tidak cukup untuk menggerakkan mesin traktor secara maksimal. Karena agar maksimal penggunaannya, traktor harus diisi BBM penuh sekitar 3,5 liter.

Terpaksa, Alex dan petani lainnya patungan membeli BBM dengan harga mahal  ke pengecer, agar sedikit bisa membantu menggerakkan traktor.

Upaya mendapatkan BBM pun tak semulus yang dibayangkan. Ketersediaannya terbatas. Rata-rata hanya 8 drum. Bahkan pada  saat musim tanam dengan kebutuhan BBM yang sangat besar, tidak bisa mencukupi permintaan petani. 

"Tapi itu dulu. Karena sejak akhir Agustus lalu, BBM satu harga sudah masuk di wilayah kami. Harga Bensin  sudah sama dengan di Jawa, Rp 6.450 per liter. Jadi saya bisa gunakan traktor semaksimal mungkin. Pasokannya BBM-nya juga lancar," ujar dia.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya