2019, Menko Darmin Yakin Target Pertumbuhan Ekonomi RI Tercapai

Target pertumbuhan ekonomi Indonesia ditetapkan sebesar 5,3 persen dalam RAPBN 2019.

oleh Merdeka.com diperbarui 05 Des 2018, 19:23 WIB
Diterbitkan 05 Des 2018, 19:23 WIB
2018, Menko Perekonomian Patok Pertumbuhan Ekonomi Harus 5,4 Persen
Pemandangan gedung bertingkat di Jakarta, Sabtu (28/4). Pertumbuhan ekonomi Indonesia, menurut Darmin Nasution, masih kecil lantaran belum ada orientasi ekspor dari industri dalam negeri. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Target pertumbuhan ekonomi Indonesia ditetapkan sebesar 5,3 persen dalam RAPBN 2019. Sedikit lebih tinggi dibanding pertumbuan ekonomi yang diperkirakan hanya kisaran 5,1 persen pada 2018.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution optimistis, target pertumbuhan ekonomi tersebut dapat dicapai setelah angka pertumbuhan ekonomi 2018 meleset dari target awal.

"Pertumbuhan ekonomi kita tahun depan ditarget 5,3 persen, sedikit di atas tahun ini. Mungkin tahun ini kita inginnya 5,2 persen, tapi rasanya sedikit di bawah,” kata Darmin saat dijumpai di Grand Sahid Jaya, Jakarta, Rabu (5/12/2018).

Target 5,3 persen dipandang bukan sesuatu yang berat untuk pertumbuhan ekonomi tahun depan. Ada beberapa hal yang menjadi faktor pendorong optimisme tersebut. Salah satunya adalah Amerika Serikat yang diprediksi tidak lagi melakukan perbaikan atau normalisasi ekonomi di negaranya. "Tahun depan (5,3 persen) bukan sesuatu yang berat untuk dicapai," dia menambahkan.

Berakhirnya normalisasi ekonomi di AS diperkirakan tidak membuat Presiden AS Donald Trump banyak berulah lagi. Diyakini tidak akan ada kebijakan ekonomi ekstrem di negara Paman Sam tersebut.

"Kebijakan moneter AS tidak banyak berubah. AS 2007-2008 yang krisis, dia untuk selamatkan ekonomi nya cetak dolar banyak-banyak. Sekarang setelah dia normal harus tarik dolar itu, kalau tidak, akan susah jangka panjang itu normalisasi kebijakan moneter AS,” ujar dia.

Selain itu, dia memperkirakan perang dagang tidak akan berdampak besar pada 2019. Karena antara AS dan China tidak akan ada yang keluar sebagai pemenang.

"Ekonomi tahun depan saya lihat tidak ada yang ekstrem. Dugaan saya Trump sama Xi Jinping (presiden China) tidak ada yang menang perang dagang,” ujarnya.

Kendati demikian, Darmin menekankan kemungkinan terjadi hal-hal di luar prediksi masih cukup besar. Oleh karena itu, tercapainya target pertumbuhan ekonomi tidak bisa lepas dari strategi yang diambil oleh pemerintah.

"2019 bagaimana tergantung kita bikin strategi apa," ujar dia.

 

Reporter: Yayu Agustini Rahayu

Sumber: Merdeka.com

 

Pengusaha Perkirakan Ekonomi Indonesia Tumbuh 5,2 Persen pada 2019

Ilustrasi Pertumbuhan Ekonomi dunia
Ilustrasi Pertumbuhan Ekonomi dunia (Liputan6.com/Andri Wiranuari)

Sebelumnya, Asosiasi pengusaha Indonesia (Apindo) memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2019 hanya akan mencapai angka 5,2 persen. Angka ini lebih rendah dibandingkan proyeksi yang ditargetkan pemerintah pada Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2019 yang dipatok 5,3 persen.

"Kami meyakini tahun depan pertumbuhan ekonomi masih di sekitar 5,2 persen, konservatif dari pemerintah yang menargetkan 5,3 persen. Kami melihat bahwa banyak faktor yang akan membuat pertumbuhan Indonesia tertekan," kata Ketua Umum Apindo, Hariyadi Sukamdani, di kantornya, Jakarta, Rabu 5 Desember 2018.

Hariyadi mengatakan, asumsi pertumbuhan ekonomi Indonesia tersebut mempertimbangkan kondisi situasi global yang masih akan terus bergejolak. Terutama, dampak perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China masih berdampak sehingha mempengaruhi laju pertumbuhan ekonomi secara global.

"AS dan china mereka baru genjatan senjata, 90 hari ke depan tidak ada kenaikan dan tidak tahu seperti apa kondisinya. AS juga mulai memperhitungkan dengan Jepang. Ini kita pandang cukup pengaruh besar kepada pertumbuhan kita," jelasnya.

Hariyadi mengatakan, dari sisi domestik dinamika politik akan sangat memengaruhi kondisi perekonomian Indonesia  di tahun depan. Sebab, secara otomatis bongkar pasang di pemerintahan pun akan terjadi.

"Kita tidak mengetahui komposisi pemerintahan baru seperti apa. Kurun waktu 10 bulan pemerintah akan menjalankan kabinet. Kemudian April efektivitas kinerja kabinet masih belum tahu persis seperti apa? selama masa pemilu itu juga pengaruhi penilaian kami belum optimal untuk capai target itu," ujar Haryadi.

 

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya