Liputan6.com, Beijing - Meski membanggakan diri sebagai negeri komunis, nyatanya kapitalisme memberikan untung besar pada China. Ini dibuktikan lewat makin banyaknya miliarder di Negeri Tirai Bambu yang berasal dari kalangan swasta.
Menurut laporan UBS dan PwC tahun 2018, jumlah miliarder di Tiongkok meningkat drastis. Pada akhir 2017, ada 373 miliarder di China. 97 persen di antara mereka adalah entrepreneur.
"Lebih dari dua miliarder China dicetak tiap minggunya," tulis laporan UBS dan PwC.
Advertisement
Baca Juga
Namun, angka miliarder di China sangat volatile. Laporan UBS dan PwC mencatat, akhir tahun lalu ada 51 miliarder yang keluar dari daftar miliarder.
Lebih lanjut, kekayaan para miliarder China meningkat 39 persen menjadi USD 1,12 triliun atau Rp 16.316 triliun.
Sumber kesuksesan ini berkaitan dengan disrupsi ekonomi berkat inovasi. Faktor itu dijelaskan sebagai kekuatan besar dalam menyokong meroketnya harta miliarder China. Ambil contoh pasar digital yang amat besar di negara itu berkat adanya 770 juta pengguna internet, otomatis itu menjadi insentif bagi para entrepreneur China.
Orang-orang terkaya di China pun berasal dari sektor teknologi. Ada Jack Ma, pendiri Alibaba, lalu ada Ma Huateng yang merupakan bos Tencent. Berkat inovasi teknologi, perusahaan keduanya berekspansi di layanan logistik, finansial, gaming, perfilman, bahkan sastra.
Tahun 2006, hanya ada 16 miliarder di China. Sekarang, ada 373 orang, dan posisi China tepat berada di belakang AS yang memiliki 585 miliarder.
5 Negara yang Jadi Sarang Miliarder di 2018
Berikut 5 negara dengan miliarder terbanyak dan persentase peningkatannya sejak tahun kemarin:
1. Amerika Serikat: 585 miliarder (naik 4 persen)
2. Tiongkok: 373 miliarder (naik 5 persen)
3. Jerman: 123 miliarder (naik 5 persen)
4. India: 119 miliarder (19 persen)
5. Rusia: 101 miliarder (naik 5 persen)
Advertisement