Liputan6.com, Jakarta - Bencana tsunami Selat Sunda yang terjadi pada Sabtu 22 Desember 2018 berdampak besar pada bisnis perhotelan di wilayah pesisir barat Banten. Akibat kejadian ini, tingkat okupansi hotel anjlok, bahkan pada malam tahun baru.
Ketua Harian Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Banten, Ashok Kumar mengatakan, pada tahun baru ini, okupansi hotel hanya mencapai 10 persen. Bahkan ada hotel yang tidak memiliki tamu sama sekali.
"Ini anjlok. Paling 10 persen, bahkan ada yang 0 persen. Kalau normal, bisa 100 persen," ujar dia saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, Selasa (1/1/2019).
Advertisement
Baca Juga
Ashok mengungkapkan, padahal sebelum terjadi tsunami Selat Sunda, rata-rata okupansi hotel untuk tahun baru bisa mencapai 90 persen. Hal ini lantaran masyarakat telah memesan kamar hotel sejak jauh-jauh hari.
"Kemarin sudah sampai 90 persen. Tapi ada yang mundur, ada yang minta pindah tanggal, ada yang minta uang kembali. Kita enggak bisa berbuat apa-apa," kata dia.
Oleh sebab itu, Ashok berharap kejadian bencana seperti ini tidak kembali terjadi. Dia juga meminta masyarakat tidak perlu khawatir untuk kembali berlibur di wilayah pantai barat Banten.
"Ini pengaruhnya sangat-sangat signifikan," tandas dia.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Hotel di Anyer Ini Tetap Gelar Pesta Malam Tahun Baru
Sebelumnya, Hotel Marbella Anyer, Kabupaten Serang, Banten, tetap menggelar acara malam pergantian tahun. Meski BMKG sudah memperingatkan tiap orang untuk menjauhi pantai radius 500 meter sampai satu kilometer.
"Malam tahun baru kita normal yah, mungkin ada pembatasan aja, tapi kita harus tetap jalan. Itu untuk membuktikan kita sudah mulai bangkit. Karena memang tamu juga banyak," kata Ririt Wiriyanto, General Manager (GM) Hotel Marbella Anyer, Jumat (28/12/2018).
BACA JUGA
Meski ada perayaan pergantian malam tahun dengan tingkat okupansi 175 kamar, acaranya tidak digelar diluar ruangan, melainkan di dalam ballroom di lantai 3, dengan ketinggian 12 meter.
Selain itu, pihaknya mengaku kalau hotelnya aman dari terjangan gelombang tinggi, karena memiliki tembok pembatas setinggi empat meter.
"Kita bukannya takabur dan kita dataran tinggi terhadap laut. Terus kita gedung nya juga kokoh," terangnya.
Di tengah Gunung Anak Krakatau (GAK) yang naik status menjadi Level III atau Siaga, ketua PHRI Banten, Ahmad Sari Alam, berharap pengelola hotel mematuhi imbauan dari BMKG, PVMBG, dan pemerintah.
Ditambah, Gubernur Banten, Wahidin Halim (WH) juga telah mengeluarkan surat keputusan tanggap darurat bencana Provinsi Banten, nomor 366/Kep.350-Huk/2018, yang berlaku sejak 27 Desember 2018 sampai 2 Januari 2019.
"Beliau sebagai pimpinan di daerah, BMKG juga sebagai institusi yang mengawasi Anak Krakatau, tsunami dan sebagainya, kita harus ngikutin. Karena kita juga enggak mau terkena musibah," kata Sari Alam, Jumat (28/12/2018).
Dia memprediksi, perayaaan malam pergantian tahun akan sepi dari wisatawan. Selain masih berduka, masyarakat juga khawatir dengan bencana alam yang sewaktu-waktu bisa saja datang.
Sari Alam juga mengatakani okupansi di wilayah pesisir Banten, khususnya kawasan Anyer, bisa berkurang sampai 90 persen dibandingkan tahun lalu. Lantaran, akan banyak pengunjung yang membatalkan rencananya.
"Banyak yang cancel, tapi saya enggak tahu apakah dikembalikan lagi atau tidak, karena kan managemen masing-masing," ujar Sari Alam menambahkan.
Â
Advertisement