Pindah Kerja ke Daerah Ini Dapat Duit Rp 140 Juta

Daerah ini punya sistem kesehatan yang terjangkau, bahkan gratis. Pindah kerja di sana pun akan dibayar.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 15 Jan 2019, 07:20 WIB
Diterbitkan 15 Jan 2019, 07:20 WIB
Ilustrasi Bekerja
Ilustrasi bekerja (dok. Pixabay.com/Putu Elmira)

Liputan6.com, Montpelier - Ada satu daerah yang menarik minat tenaga kerja baru lewat iming-iming uang. Daerahnya pun terkenal indah dan memiliki sistem pemerintahan yang baik, yaitu Vermont di Amerika Serikat (AS).

Dilaporkan dari The Ladders, para pegawai yang mau kerja dari Vermont akan diberi duit uang USD 10.000 atau Rp 140 juta (USD 1 = Rp 14.067). Kata kuncinya adalah "bekerja dari Vermont", sebab pegawai harus memiliki pekerjaan terlebih dahulu.

Kemudian, pegawai itu pindah ke Vermont dan melaksanakan kerja secara remote (jarak jauh). Nama program ini adalah Remote Worker Grant Program dan disetujui oleh legislator Vermont.

Menurut aturan resmi, pekerja itu harus menjadi warga full-time di Vermont setelah 1 Januari 2019. Uang tersebut akan diberikan sebagai reimbursement biaya kepindahan si pegawai ke negara bagian tersebut dengan perhitungan USD 5.000 (Rp 70 juta) per tahun dan pegawai bisa memperbarui pendanaan mereka di tahun 2020.

Yang terpenting adalah pegawai tidak boleh sampai salah mengisi formulir yang diberikan agar tidak menghambat aplikasi mereka. Sebab, mereka yang ingin kerja di Vermont lewat program ini  harus cepat melamar, karena terbatasnya ketersediaan dana, yaitu hanya USD 500 ribu (Rp 7 miliar).

Negara bagian Vermont di timur laut AS terkenal akan daerahnya yang hijau, dan terpatri keindahan pohon-pohon mapple. Yang paling menarik dari Vermont adalah sistem kesehatan yang terjangkau, bahkan gratis.

Pegawai Rugi Besar Jika Istirahat Sambil Kerja

Ilustrasi IT
Ilustrasi pekerja sebagai ahli perangkat lunak

Apakah kamu tipe pegawai yang kerja sambil istirahat? Menurut penelitian, ternyata itu justru bisa merugikan pegawai.

Dilansir dari The Bulletin, sebuah penelitian di Belgia menunjukkan pegawai yang istirahat sambil kerja bisa merugikan diri mereka secara finansial. Kerja saat istirahat pun sama saja seperti kerja gratis. 

Akibatnya, pegawai di Belgia rugi 1.000 euro atau Rp 16 juta (1 euro = Rp 16.093) tiap bulannya bila akibat tak memakai waktu istirahat sepenuhnya. Pegawai di sana ternyata hanya istirahat selama setengah waktu yang tersedia.

Berdasarkan survei StepStone, rata-rata dari 5.000 pegawai hanya berisitrahat selama 22 menit. Rata-rata jam istirahat yang disediakan perusahaan Belgia adalah 40 menit. Banyak dari mereka juga makan di meja kerja.

Sayang, ada pegawai yang menganggap merasakan tekanan dari atasan agar tidak beristirahat secara full. 28 persen responden di Wallonia mengungkapkan hal itu, dan 13 persen responsen Vlaanderen merasakan hal yang sama.

Lebih lanjut, 15 persen responden hanya makan siang secara singkat agar bisa pulang lebih awal. 10 persen mengaku karena terlalu sibuk, dan 15 persen lain mengaku istirahat siang tidaklah penting.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya