Pengenaan Tarif Bagasi Pesawat Bakal Sumbang Inflasi

Angkutan udara sepanjang Januari 2019 menyumbang inflasi sebesar 0,02 persen

oleh Liputan6.com diperbarui 01 Feb 2019, 11:46 WIB
Diterbitkan 01 Feb 2019, 11:46 WIB
Banner Infografis Bagasi Pesawat Berbayar Maskapai Tarif Rendah
Banner Infografis Bagasi Pesawat Berbayar Maskapai Tarif Rendah. (Foto: AFP)

Liputan6.com, Jakarta Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kecuk Suhariyanto mengatakan pengenaan tarif bagasi angkutan udara akan menyumbang inflasi. Meski demikian, pihaknya belum dapat memastikan besaran pengaruh yang diberikan.

"Harga bagasi naik, harga tiket akan berpengaruh, berapa pengaruhnya belum tahu," ujar Suhariyanto saat memberikan keterangan pers di Kantornya, Jakarta, Jumat (1/2/2019).

Dia mengatakan, perhitungan pengenaan bagasi akan diteliti dampaknya terhadap harga tiket per maskapai. Sebab, tidak semua maskapai mengenakan biaya tambahan untuk bagasi.

"Yang menerapkan bagasi hanya tertentu saja. Total penerbangan Indonesia berapa, harga tiket tentu berpengaruh," jelas dia.

Suhariyanto melanjutkan, angkutan udara sepanjang Januari 2019 menyumbang inflasi sebesar 0,02 persen. Ke depan, angkutan udara diprediksi masih akan menyumbang inflasi karena adanya pengenaan bagasi.

"Pada Januari tidak biasa, angkutan udara penyumbang inflasi masih 0,02 persen. Bagasi ini akan menaikkan, seberapa besar belum bisa menebak. Share untuk bagasi ini," jelasnya.

Sebelumnya, Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi, mengaku akan mengkaji penentuan tarif batas atas bagasi maskapai penerbangan. Hal ini dilakukan seiring maraknya maskapai memberlakukan tarif bagasi pesawatbelakangan ini.

"Formulasinya seperti apa nanti kita akan tentukan. Harus harmonisasi termasuk dengan pelaku-pelaku juga," ujarnya di Gedung Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Jakarta, Kamis (31/1).

Dia menjelaskan, Kementerian Perhubungan akan menerbitkan Peraturan Menteri (PM) yang mengatur perihal bagasi pesawat. Itu termasuk didalamnya terkait persoalan tarif batas atas bagasi pesawat.

"Angkutan barang yang di airline kita akan membuat PM-nya, 3 minggu akan kita selesaikan. Itu adalah pembatasan-pembatasan yang mengakomodir memikirkan masyarakat itu tidak berat," jelasnya.

"Tapi hari ini Citilink sudah menunda baru akan mengenakan setelah PM ini jadi. Yang lain memberikan tarif yang favorable yang lebih bijaksana terutama yang terlanjur mengenakan," tandasnya.

 

Reporter: Anggun P Situmorang

Sumber: Merdeka.com

Tiket Pesawat, Ikan Segar dan Beras Sumbang Inflasi Januari 2019

Ilustrasi tiket pesawat
Ilustrasi tiket pesawat (Liputan6.com/Andri Wiranuari)

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi Januari 2019 sebesar 0,32 persen. Angka tersebut salah satunya disumbang kenaikan tarif angkutan udara yang memberi andil sebesar 0,02 persen.

"Agak tidak biasa adalah bahwa bulan Januari tarif angkutan udara masih menyumbang inflasi sebesar 0,02 persen," ujar Kepala BPS Suhariyanto di Kantor BPS, Jakarta, Jumat (1/2/2019).

Suhariyanto mengatakan, sumbangsih inflasi oleh kenaikan tarif angkutan udara ini berbeda dengan tahun lalu. Tahun lalu, pada Januari 2018 angkutan udara justru menyumbang deflasi.

"Kalau kita lihat Januari tahun lalu angkutan udara menyumbang deflasi karena di Desember naik Januari mulai turun. Kemarin kita lihat awal Januari harga tiket masih mahal sekarang mulai turun," jelasnya.

Meskipun demikian, secara keseluruhan transportasi awal 2019 mengalami deflasi 0,16 persen. Hal ini disumbang oleh penurunan harga bensin seperti pertamax, pertalite dan pertamax turbo serta penurunan tiket kereta api.

"Transportasi mengalami deflasi 0,16 persen sehingga andilnya ke inflasi 0,04 persen. Komoditas yang memberi andil ke inflasi adalah bensin 0,24 persen harga bensin pertamax, pertalite dan pertamax turbo mengalami oenurunan sehingga andilnya 0,04 persen," jelasnya.

Suhariyanto melanjutkan, beberapa komponen lain yang menyumbang inflasi pada Januari adalah komoditas pangan yaitu ikan segar dan beras. Ikan segar menyumbang inflasi 0,06 persen dan beras menyumbang 0,04 persen.

"Ada beberapa komoditas yang memberikan sumbangan kepada inflasi. Yang pertama adalah ikan segar, ikan segar memberi sumbangsih paling tinggi sebesar 0,06 persen. Yang kedua harga beras, andilnya 0,04 persen," jelasnya.

"Sebetulnya kenaikan harga beras biasa saja stabil hanya terjadi.di beberapa kota. Agak berbeda dengan kondisi Januari 2018, posisi Januari itu harga beras tinggi sehingga kontribusi ke inflasi andilnya 0,24 persen. Jadi 0,04 persen saat ini menurut saya oke," tandasnya.

 Reporter: Anggun P. Situmorang

Sumber: Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya