Intip Senjata Prabowo dalam Debat Kedua Pilpres 2019

Berbeda dengan sebelumnya, pada debat kali ini hanya dijalani oleh calon presiden saja yaitu Joko Widodo sebagai petahana dan Prabowo Subianto.

oleh Arthur GideonPebrianto Eko Wicaksono diperbarui 17 Feb 2019, 16:00 WIB
Diterbitkan 17 Feb 2019, 16:00 WIB
Letnan Jenderal (Purn) Prabowo Subianto Djojohadikusumo. (Liputan6.com/Johan Tallo)
Letnan Jenderal (Purn) Prabowo Subianto Djojohadikusumo. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Komisi Pemilihan Umum (KPU) menggelar debat kedua Pilpres 2019 di Hotel Sultan Jakarta pada Minggu (17/2/2019) malam ini. Tema dalam debat ini adalah energi, pangan, infrastruktur, sumber daya alam, dan lingkungan hidup.

Berbeda dengan sebelumnya, pada debat kali ini hanya dijalani oleh calon presiden saja yaitu Joko Widodo sebagai petahana dan Prabowo Subianto.

Direktur Debat dan Materi Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi, Sudirman Said mengungkapkan, capres Prabowo Subianto akan membawa catatan statistik di debat capres pada Minggu 17 Februari 2019 besok . Catatan yang dibawa itu terkait dengan impor.

"Ya statistik detail, siapa tahu diperlukan ya. Itu perlulah. Misalnya pertumbuhan ekonomi, kemudian data data impor beras, impor BBM. Itu barangkali data data yang siapapun bisa mendapatkan," kata Sudirman pada Sabtu 16 Februari 2019.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), impor bahan pangan di Indonesia memang cukup dinamis.

Contohnya beras. Angka impor beras pada 2018 menjadi yang paling tinggi. Pada 2015 total impor beras sebanyak 861,60 ribu ton dengan nilai USD 351,60 juta. Pada 2016 sebanyak 1,28 juta ton dengan nilai USD 531,84 juta. Pada 2017 sebanyak 305,27 ribu ton dengan nilai USD 143,64 juta.

Sedangkan sepanjang 2018, Indonesia telah melakukan impor beras sebanyak 2,25 juta ton dengan nilai USD 1,03 miliar.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Argumentasi Cerdas Capres Dalam Debat Dinilai Bisa Menangkan Hati Pemilih

Peluk Hangat Jokowi - Prabowo Akhiri Debat Perdana Pilpres 2019
Capres dan cawapres nomor urut 01 Joko Widodo atau Jokowi-Ma'ruf Amin bersalaman dengan capres dan cawapres nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno usai debat perdana Pilpres 2019 di Hotel Bidakara, Jakarta, Kamis (17/1). (Liputan6.com/Faizal Fanani)

 Debat capres 17 April 2019 dinilai akan menjadi momen lebih menarik ketimbang ajang yang pertama. Ini lantaran dalam debat kedua ini tak ada kisi-kisi pertanyaan serta tata panggung yang berbeda.

Tak adanya bocoran dalam debat capres mengenai energi, pangan, sumber daya alam dan lingkungan hidup, serta infrastruktur, menjadikan peluang untuk memunculkan siapa calon presiden yang akan lebih menguasai tema dan panggung debat.

"Tema-tema tersebut dipandang sangat dikuasai oleh Calon Presiden Joko Widodo, sangat wajar karena selama Presiden selama ini Jokowi fokus pembangunan terkit isu-isu tersebut terutama infrastruktur dan sumber daya Alam. Namun bukan berarti tidak terdapat kekurangan atau masalah," kata Pakar Komunikasi Politik Umaimah Wahid, Jakarta, Kamis (14/2/2019).

Dalam pembangunan infrastuktur di era Jokowi, beberapa masalah krusial dimanfaatkan Prabowo untuk mempertanyakan secara cerdas. Misal terkait pembangunan infrastruktur yang mahal, menumpuk hutang yang menimbulkan persoalan baru dalam siklus ekonomi.

"Terkait tema energi, keberhasilan pembelian Freeport dapat menjadi amunisi dan kebanggaan bagi petahana," ujar dia.

Namun selain itu, juga menjadi yang melemahkan jika capres 02 mempertanyaan secara kritis terkait pembiayaan dan kerugian yang dialami BUMN. Termasuk kenaikan harga yang terjadi beberapa kali.

"BUMN yang mengalami kerugian juga menarik diperdebatkan dan dapat menjadi nilai plus atau minus bagi kedua capres," ujar Umaimah.

Capres diharapkan punya perhatian serius mengenai lingkungan hidup dan memiliki rencana kebijakan tepat, termasuk membangun kesadaran masyarakat untuk memelihara lingkungan hidup.

"Keberanian bersikap menjadi sangat penting, termasuk keberanian memberikan keadilan dan melindungi tanah-tanah adat, hutan, sampai, kemacetan dan gaya hidup modern," kata dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya