Harga Minyak Indonesia Naik USD 4,76 per Barel

Penyebab kenaikan harga minyak Indonesia karena perkembangan harga rata-rata minyak mentah utama di pasar internasional juga mengalami kenaikan.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 08 Mar 2019, 09:45 WIB
Diterbitkan 08 Mar 2019, 09:45 WIB
lustrasi tambang migas
Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menetapkan rata-rata harga minyak Indonesia atau Indonesian Crude Price (ICP) Februari 2019 mencapai USD 61,31 per barel. Angka tersebut naik USD 4,76 per barel dibanding bulan sebelumnya yang tercatat USD 56,55 per barel.

Sedangkan ICP SLC pada Februari 2019 mencapai USD 62,42 per barel, naik sebesar sebesar USD 4,96 per barel dari USD 57,46 per barel pada Januari 2019.

Dikutip dari situs resmi Ditjen Migas Kementerian ESDM, Jumat (8/3/2019), Tim Harga Minyak Indonesia menyebutkan, penyebab kenaikan harga minyak Indonesia karena perkembangan harga rata-rata minyak mentah utama di pasar internasional pada Februari 2019 dibandingkan Januari 2019 juga mengalami kenaikan. 

- Dated Brent naik sebesar USD 4,57 per barel dari USD 59,46 per barel menjadi USD 64,03 per barel.

- WTI (Nymex) naik sebesar USD 3,43 per barel dari USD 51,55 per barel menjadi USD 54,98 per barel.

- Basket OPEC naik sebesar USD 5,01 per barel dari USD 58,74 per barel menjadi USD 63,75 per barel.

- Brent (ICE) naik sebesar USD 4,19 per barel dari USD 60,24 per barel menjadi USD 64,43 per barel.

Kenaikan harga minyak mentah utama di pasar internasional diakibatkan oleh beberapa faktor, yaitu respons positif pasar atas kondisi pasokan minyak mentah tingkat kepatuhan yang tinggi negara-negara OPEC dan beberapa negara Non-OPEC dalam mengimplementasikan pengurangan produksi minyak mentah.

Pernyataan Arab Saudi terkait rencana pengurangan produksi minyak mentah menjadi sebesar 9,8 juta bph di bulan Maret 2019 juga mendorong kenaikan harga minyak mentah dunia. 

Produksi minyak mentah dari Lapangan Safaniyah di Arab Saudi, lapangan minyak mentah offshore terbesar di dunia dengan kapasitas produksi lebih dari 1 juta barel per hari, mengalami penurunan produksi akibat terpotongnya main power cable.

Selain itu, respons positif pasar atas potensi berakhirnya perang dagang antara Amerika Serikat dan China setelah kedua negara melakukan pertemuan kembali.

Sedangkan untuk kawasan Asia Pasifik, peningkatan harga minyak mentah juga dipengaruhi oleh meningkatnya permintaan produk minyak mentah dari India. serta nerlanjutnya kebijakan stimulus ekonomi di China untuk mendorong pertumbuhan ekonomi negara tersebut.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Harga Minyak Hari Ini

Ilustrasi tambang migas
Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)

Harga minyak mentah dunia naik tipis didukung pengurangan pasokan yang dipimpin OPEC dan sanksi AS terhadap eksportir Venezuela dan Iran. Namun, kenaikan ini masih dibatasi oleh jatuhnya pasar saham dan kekhawatiran baru tentang pertumbuhan permintaan minyak.

Melansir laman Reuters, Jumat (8/3/2019), harga minyak mentah berjangka Brent naik 26 sen, atau 0,4 persen, menjadi USD 66,25 per barel. Sementara harga Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS naik 45 sen, atau 0,8 persen, menjadi USD 56,67 per barel.

BACA JUGAHarga Minyak Bervariasi Usai Persediaan AS MelonjakBlok Migas El Sharara Kembali Beroperasi, Harga Minyak MendatarAS-China Segera Berdamai, Harga Minyak Melompat"Gambaran besarnya adalah fundamental jangka pendek sangat kuat. Masih ada sedikit kekhawatiran tentang persediaan," kata Phil Flynn, Analis Price Futures Group di Chicago.

Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya seperti Rusia, pada tahun ini memutuskan untuk memangkas produksi dan memperketat pasar minyak, yang telah mendorong harga minyak mentah dunia.

Sanksi AS terhadap industri minyak anggota OPEC Iran dan Venezuela juga dikatakan berdampak pada harga minyak di masa depan.

Perusahaan minyak milik negara Venezuela PDVSA minggu ini mengumumkan keadaan darurat maritim. Ini dengan alasan negara kesulitan mengakses tanker dan personel untuk mengekspor minyaknya karena sanksi AS.

Ketika Amerika Serikat menerapkan kembali sanksi terhadap Iran pada bulan November, Washington memberikan keringanan kepada delapan pembeli minyak Iran. Pengabaian memungkinkan mereka untuk membeli minyak mentah dalam jumlah terbatas selama 180 hari.

Washington telah menekan negara-negara di dunia, untuk secara bertahap mengurangi impor minyaknya dari Iran menjadi nol. Tetapi para importir tetap dalam pembicaraan mengenai kemungkinan perpanjangan.

India ingin terus membeli minyak Iran pada level saat ini sekitar 300.000 barel per hari (bpd), karena negosiasinya dengan Washington tentang perpanjangan sanksi.

Tanda-tanda permintaan yang kuat untuk produk olahan dari data Administrasi Informasi Energi AS pada hari Rabu juga membuat harga minyak naik.

Meski naik, harga tetap tertekan kekhawatiran seputar ekonomi Eropa yang mendorong Wall Street lebih rendah dan memicu kekhawatiran tentang permintaan minyak global.

Untuk menstimulasi ekonomi zona euro yang sedang kesulitan, Bank Sentral Eropa mendorong kenaikan suku bunga pasca-krisis pertama ke tahun berikutnya. Bank Sentral juga menawarkan stimulus kepada bank.

Adapun pasokan minyak tetap dalam kondisi berlimpah berkat lonjakan produksi AS. Produksi minyak mentah AS mencapai rekor 12,1 juta barel per hari minggu lalu.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya