Penyebab BAB Berdarah, Gejala, dan Penanganannya, Perlu Diketahui

Penyebab BAB darah bisa beragam, dari wasir hingga kanker usus. Kenali gejala, cara diagnosis, dan penanganan yang tepat untuk kondisi ini.

oleh Ayu Isti Prabandari Diperbarui 20 Mar 2025, 06:40 WIB
Diterbitkan 20 Mar 2025, 06:40 WIB
Ilustrasi BAB (iStock)
Ilustrasi BAB (iStock)... Selengkapnya
Daftar Isi

Definisi BAB Berdarah

Liputan6.com, Jakarta BAB berdarah atau hematochezia adalah kondisi ketika terdapat darah dalam tinja atau feses. Darah tersebut bisa terlihat langsung pada feses atau ketika membersihkan area anus setelah buang air besar. BAB berdarah biasanya terjadi akibat adanya perdarahan di saluran pencernaan atau kondisi tertentu seperti wasir atau radang usus.

Berdasarkan lokasi terjadinya perdarahan, BAB berdarah dapat dibedakan menjadi dua jenis:

  1. Hematochezia - Perdarahan pada saluran pencernaan bagian bawah seperti usus besar atau rektum. Darah yang keluar berwarna merah segar.
  2. Melena - Perdarahan pada saluran pencernaan bagian atas. Darah yang keluar berwarna hitam pekat karena sudah tercampur dengan enzim pencernaan.

Meski terlihat mengkhawatirkan, BAB berdarah tidak selalu menandakan masalah kesehatan yang serius. Namun, kondisi ini tetap perlu mendapat perhatian dan penanganan yang tepat karena bisa menjadi gejala dari penyakit yang lebih parah.

Promosi 1

Penyebab BAB Berdarah

Ada berbagai kondisi yang dapat menyebabkan seseorang mengalami BAB berdarah. Berikut ini adalah beberapa penyebab utama BAB berdarah:

1. Wasir (Hemoroid)

Wasir atau hemoroid merupakan penyebab paling umum dari BAB berdarah. Kondisi ini terjadi ketika pembuluh darah di sekitar anus atau rektum membengkak dan meradang. Pembengkakan ini membuat pembuluh darah lebih rentan pecah saat buang air besar, sehingga menimbulkan perdarahan.

Wasir dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:

  • Mengejan terlalu keras saat BAB
  • Konstipasi atau sembelit kronis
  • Duduk terlalu lama di toilet
  • Kurang konsumsi makanan berserat
  • Kehamilan
  • Obesitas

Perdarahan akibat wasir biasanya berupa darah segar berwarna merah terang yang terlihat di tisu toilet atau menetes ke dalam kloset. Selain perdarahan, wasir juga dapat menimbulkan gejala lain seperti rasa gatal, nyeri, atau benjolan di sekitar anus.

2. Fisura Ani

Fisura ani adalah robekan kecil pada lapisan anus yang dapat menyebabkan perdarahan saat buang air besar. Kondisi ini sering terjadi akibat mengejan terlalu keras saat konstipasi atau diare parah. Fisura ani biasanya menimbulkan rasa nyeri tajam saat BAB dan dapat disertai perdarahan ringan.

Beberapa faktor yang meningkatkan risiko terjadinya fisura ani antara lain:

  • Konstipasi kronis
  • Diare berkepanjangan
  • Melahirkan
  • Penyakit Crohn
  • Infeksi di sekitar anus

3. Penyakit Radang Usus

Penyakit radang usus atau inflammatory bowel disease (IBD) seperti kolitis ulseratif dan penyakit Crohn dapat menyebabkan peradangan kronis pada saluran pencernaan. Peradangan ini dapat mengakibatkan luka pada dinding usus yang berpotensi menimbulkan perdarahan.

Gejala IBD yang dapat menyertai BAB berdarah antara lain:

  • Diare persisten
  • Nyeri atau kram perut
  • Penurunan berat badan
  • Kelelahan
  • Demam

4. Divertikulitis

Divertikulitis adalah peradangan atau infeksi pada kantong-kantong kecil (divertikula) yang terbentuk di dinding usus besar. Kondisi ini dapat menyebabkan perdarahan jika pembuluh darah di sekitar divertikula pecah.

Gejala divertikulitis yang mungkin menyertai BAB berdarah meliputi:

  • Nyeri perut bagian bawah kiri
  • Demam
  • Mual dan muntah
  • Perubahan pola BAB

5. Polip Usus

Polip usus adalah pertumbuhan abnormal jaringan pada dinding usus besar. Meskipun sebagian besar polip bersifat jinak, beberapa di antaranya dapat berkembang menjadi kanker kolorektal. Polip yang besar atau mengalami iritasi dapat pecah dan menyebabkan perdarahan.

Polip usus seringkali tidak menimbulkan gejala, namun pada beberapa kasus dapat menyebabkan:

  • Perubahan pola BAB
  • Nyeri perut
  • Anemia akibat perdarahan kronis

6. Kanker Kolorektal

Kanker kolorektal atau kanker usus besar merupakan salah satu penyebab serius BAB berdarah. Tumor ganas yang tumbuh di usus besar atau rektum dapat mengikis pembuluh darah dan menyebabkan perdarahan.

Gejala kanker kolorektal yang perlu diwaspadai selain BAB berdarah antara lain:

  • Perubahan kebiasaan BAB (diare atau konstipasi berkepanjangan)
  • Nyeri perut atau kram yang persisten
  • Penurunan berat badan tanpa sebab jelas
  • Kelelahan ekstrem
  • Anemia

7. Infeksi Saluran Pencernaan

Beberapa jenis infeksi bakteri atau parasit pada saluran pencernaan dapat menyebabkan peradangan dan iritasi yang berujung pada BAB berdarah. Contoh infeksi yang dapat menimbulkan gejala ini antara lain:

  • Shigellosis
  • Salmonellosis
  • Infeksi E. coli
  • Amoebiasis

Infeksi saluran cerna biasanya juga disertai gejala lain seperti diare, demam, mual, dan nyeri perut.

Gejala BAB Berdarah

Gejala utama BAB berdarah adalah adanya darah yang terlihat pada feses atau tisu toilet setelah buang air besar. Namun, terdapat beberapa variasi gejala yang dapat muncul tergantung pada penyebab dan lokasi perdarahan:

1. Perdarahan Saluran Cerna Bagian Bawah (Hematochezia)

Gejala yang mungkin muncul:

  • Darah segar berwarna merah terang pada feses atau tisu toilet
  • Darah menetes dari anus setelah BAB
  • Feses berwarna merah atau merah muda
  • Rasa nyeri atau tidak nyaman di sekitar anus
  • Gatal di area anus
  • Benjolan di sekitar anus (pada kasus wasir)

2. Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas (Melena)

Gejala yang mungkin dialami:

  • Feses berwarna hitam seperti ter
  • Feses berbau sangat busuk
  • Muntah darah atau muntah berwarna seperti ampas kopi
  • Nyeri ulu hati
  • Mual dan muntah
  • Kehilangan nafsu makan

3. Gejala Umum yang Mungkin Menyertai

Selain gejala spesifik di atas, BAB berdarah juga dapat disertai gejala umum seperti:

  • Kelelahan atau lemas
  • Pusing atau kepala terasa ringan
  • Sesak napas
  • Pucat
  • Nyeri atau kram perut
  • Perubahan pola BAB (diare atau konstipasi)
  • Penurunan berat badan tanpa sebab jelas
  • Demam (pada kasus infeksi)

Penting untuk diingat bahwa gejala-gejala di atas dapat bervariasi tergantung pada penyebab utama BAB berdarah. Beberapa orang mungkin hanya mengalami perdarahan ringan tanpa gejala lain, sementara yang lain bisa mengalami gejala yang lebih parah.

Cara Diagnosis BAB Berdarah

Diagnosis BAB berdarah melibatkan beberapa tahapan pemeriksaan untuk menentukan penyebab dan tingkat keparahan kondisi. Berikut ini adalah langkah-langkah yang biasanya dilakukan dokter dalam mendiagnosis BAB berdarah:

1. Anamnesis (Wawancara Medis)

Langkah pertama dalam diagnosis adalah anamnesis atau wawancara medis. Dokter akan menanyakan beberapa hal penting seperti:

  • Kapan gejala pertama kali muncul
  • Frekuensi dan durasi BAB berdarah
  • Warna dan jumlah darah yang keluar
  • Gejala lain yang menyertai (nyeri, demam, penurunan berat badan, dll)
  • Riwayat kesehatan pasien dan keluarga
  • Pola makan dan gaya hidup
  • Penggunaan obat-obatan tertentu

2. Pemeriksaan Fisik

Setelah anamnesis, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik yang meliputi:

  • Pemeriksaan tanda-tanda vital (tekanan darah, denyut nadi, suhu tubuh)
  • Palpasi (perabaan) abdomen untuk mendeteksi nyeri atau benjolan
  • Pemeriksaan anus dan rektum (termasuk pemeriksaan digital rektal)
  • Pemeriksaan fisik umum untuk menilai tanda-tanda anemia atau dehidrasi

3. Pemeriksaan Laboratorium

Beberapa tes laboratorium yang mungkin direkomendasikan antara lain:

  • Pemeriksaan darah lengkap - untuk menilai kadar hemoglobin dan mendeteksi anemia
  • Tes feses - untuk mendeteksi adanya darah tersembunyi (occult blood) dan infeksi
  • Tes koagulasi - untuk memeriksa kemampuan pembekuan darah
  • Tes fungsi hati dan ginjal

4. Pemeriksaan Pencitraan

Untuk menilai kondisi saluran pencernaan secara lebih detail, dokter mungkin merekomendasikan pemeriksaan pencitraan seperti:

  • Kolonoskopi - pemeriksaan usus besar menggunakan kamera kecil yang dimasukkan melalui anus
  • Endoskopi atas - untuk memeriksa saluran pencernaan bagian atas (esofagus, lambung, dan duodenum)
  • CT scan atau MRI abdomen - untuk mendeteksi tumor, peradangan, atau kelainan struktural lainnya
  • Angiografi - untuk mendeteksi sumber perdarahan aktif pada pembuluh darah

5. Biopsi

Jika ditemukan area yang mencurigakan selama kolonoskopi atau endoskopi, dokter mungkin akan mengambil sampel jaringan (biopsi) untuk diperiksa lebih lanjut di laboratorium. Biopsi dapat membantu mendiagnosis kondisi seperti kanker, penyakit radang usus, atau infeksi tertentu.

6. Tes Tambahan

Tergantung pada hasil pemeriksaan awal, dokter mungkin merekomendasikan tes tambahan seperti:

  • Kapsul endoskopi - untuk memeriksa area usus halus yang sulit dijangkau dengan endoskopi konvensional
  • Tes genetik - jika dicurigai adanya faktor keturunan yang berperan
  • Tes alergi makanan - jika dicurigai BAB berdarah disebabkan oleh alergi atau intoleransi makanan tertentu

Proses diagnosis BAB berdarah dapat memakan waktu dan mungkin memerlukan beberapa kali kunjungan ke dokter. Penting untuk mengikuti semua rekomendasi pemeriksaan agar penyebab utama dapat diidentifikasi dengan tepat dan penanganan yang sesuai dapat diberikan.

Penanganan BAB Berdarah

Penanganan BAB berdarah sangat tergantung pada penyebab utamanya. Berikut ini adalah beberapa metode penanganan yang mungkin direkomendasikan oleh dokter:

1. Penanganan Konservatif

Untuk kasus ringan seperti wasir atau fisura ani, dokter mungkin merekomendasikan penanganan konservatif seperti:

  • Meningkatkan asupan serat dan cairan untuk melunakkan feses
  • Menggunakan pelunak feses atau suplemen serat
  • Menghindari mengejan saat BAB
  • Mandi duduk dengan air hangat untuk meredakan nyeri dan iritasi
  • Menggunakan krim atau salep topikal untuk mengurangi peradangan

2. Terapi Medikamentosa

Obat-obatan yang mungkin diresepkan tergantung pada penyebab BAB berdarah, antara lain:

  • Antibiotik - untuk mengobati infeksi bakteri
  • Obat anti-inflamasi - untuk mengurangi peradangan pada penyakit radang usus
  • Obat imunosupresan - untuk mengontrol sistem kekebalan tubuh pada kasus IBD
  • Obat antidiare atau laksatif - untuk mengatasi diare atau konstipasi
  • Obat penghambat pompa proton - untuk mengurangi produksi asam lambung pada kasus tukak lambung

3. Prosedur Minimal Invasif

Beberapa prosedur minimal invasif yang mungkin dilakukan untuk menangani BAB berdarah meliputi:

  • Ligasi pita karet - untuk mengobati wasir internal
  • Skleroterapi - penyuntikan zat kimia untuk mengerutkan pembuluh darah yang bermasalah
  • Koagulasi inframerah - menggunakan panas untuk menghentikan perdarahan pada wasir
  • Polipektomi - pengangkatan polip usus selama kolonoskopi

4. Pembedahan

Dalam kasus yang lebih serius atau tidak responsif terhadap penanganan konservatif, pembedahan mungkin diperlukan. Beberapa prosedur pembedahan yang mungkin dilakukan antara lain:

  • Hemoroidektomi - pengangkatan wasir yang parah
  • Sfingterotomi - prosedur untuk melebarkan otot sfingter anus pada kasus fisura ani kronis
  • Reseksi usus - pengangkatan bagian usus yang bermasalah pada kasus IBD atau kanker
  • Kolektomi - pengangkatan sebagian atau seluruh usus besar

5. Terapi Transfusi Darah

Pada kasus perdarahan berat yang menyebabkan anemia, transfusi darah mungkin diperlukan untuk mengganti darah yang hilang dan menstabilkan kondisi pasien.

6. Penanganan Penyebab Mendasar

Selain mengatasi gejala BAB berdarah, penting juga untuk menangani kondisi yang mendasarinya. Misalnya:

  • Pengobatan jangka panjang untuk penyakit radang usus
  • Kemoterapi atau radioterapi untuk kanker kolorektal
  • Manajemen diet untuk mengatasi alergi atau intoleransi makanan
  • Pengobatan infeksi H. pylori pada kasus tukak lambung

7. Perubahan Gaya Hidup

Dokter juga mungkin merekomendasikan perubahan gaya hidup untuk mencegah kekambuhan BAB berdarah, seperti:

  • Mengadopsi pola makan tinggi serat
  • Menjaga hidrasi yang cukup
  • Berolahraga secara teratur
  • Mengelola stres
  • Berhenti merokok dan membatasi konsumsi alkohol

Penting untuk diingat bahwa penanganan BAB berdarah harus disesuaikan dengan kondisi masing-masing individu. Selalu ikuti rekomendasi dokter dan laporkan jika ada perubahan gejala atau efek samping dari pengobatan yang diberikan.

ilustrasi bab
ilustrasi bab ©Ilustrasi dibuat AI... Selengkapnya

Cara Mencegah BAB Berdarah

Meskipun tidak semua kasus BAB berdarah dapat dicegah, ada beberapa langkah yang dapat Anda ambil untuk mengurangi risiko terjadinya kondisi ini:

1. Menjaga Pola Makan Sehat

  • Konsumsi makanan tinggi serat seperti buah-buahan, sayuran, dan biji-bijian utuh
  • Batasi konsumsi makanan olahan dan tinggi lemak
  • Kurangi asupan makanan pedas yang dapat mengiritasi saluran pencernaan
  • Hindari makanan yang memicu alergi atau intoleransi pada tubuh Anda

2. Menjaga Hidrasi

  • Minum air putih minimal 8 gelas per hari
  • Tingkatkan asupan cairan saat cuaca panas atau saat berolahraga
  • Batasi konsumsi minuman berkafein dan beralkohol yang dapat menyebabkan dehidrasi

3. Olahraga Teratur

  • Lakukan aktivitas fisik minimal 30 menit sehari, 5 kali seminggu
  • Pilih olahraga yang Anda sukai seperti jalan cepat, berenang, atau bersepeda
  • Olahraga dapat membantu melancarkan pencernaan dan mencegah konstipasi

4. Jaga Kebersihan dan Kesehatan Anus

  • Bersihkan area anus dengan lembut menggunakan air atau tisu basah setelah BAB
  • Hindari penggunaan sabun keras atau tisu toilet kasar yang dapat mengiritasi kulit
  • Jangan menahan keinginan untuk BAB terlalu lama

5. Hindari Mengejan Berlebihan

  • Jangan memaksakan diri saat BAB jika feses keras
  • Gunakan bangku kecil untuk menopang kaki saat di toilet, ini dapat membantu posisi BAB yang lebih alami
  • Jangan terlalu lama duduk di toilet

6. Kelola Stres

  • Praktikkan teknik relaksasi seperti meditasi atau yoga
  • Jaga keseimbangan antara pekerjaan dan waktu istirahat
  • Stres dapat mempengaruhi sistem pencernaan dan memperburuk kondisi seperti IBD

7. Berhenti Merokok

  • Merokok dapat meningkatkan risiko berbagai masalah pencernaan termasuk kanker kolorektal
  • Cari bantuan profesional jika kesulitan berhenti merokok

8. Batasi Konsumsi Alkohol

  • Konsumsi alkohol berlebihan dapat mengiritasi saluran pencernaan
  • Jika mengonsumsi alkohol, lakukan dengan bijak dan dalam jumlah terbatas

9. Kelola Kondisi Kesehatan yang Ada

  • Jika Anda memiliki kondisi seperti diabetes atau hipertensi, pastikan untuk mengelolanya dengan baik
  • Kondisi kesehatan kronis yang tidak terkontrol dapat meningkatkan risiko komplikasi pencernaan

10. Lakukan Pemeriksaan Rutin

  • Ikuti jadwal skrining kanker kolorektal sesuai rekomendasi dokter
  • Lakukan pemeriksaan kesehatan rutin untuk mendeteksi masalah pencernaan sejak dini

Dengan menerapkan langkah-langkah pencegahan di atas, Anda dapat mengurangi risiko terjadinya BAB berdarah dan menjaga kesehatan saluran pencernaan secara keseluruhan. Namun, jika Anda tetap mengalami gejala BAB berdarah meski telah menerapkan langkah-langkah pencegahan, segera konsultasikan dengan dokter untuk evaluasi lebih lanjut.

Kapan Harus ke Dokter?

Meskipun BAB berdarah tidak selalu menandakan kondisi serius, ada beberapa situasi di mana Anda harus segera mencari bantuan medis. Berikut adalah panduan kapan Anda perlu konsultasi dengan dokter:

1. Perdarahan Persisten atau Berulang

  • Jika Anda mengalami BAB berdarah lebih dari sekali atau dua kali
  • Perdarahan yang berlangsung lebih dari beberapa hari

2. Perdarahan dalam Jumlah Besar

  • Darah yang keluar dalam jumlah signifikan (lebih dari beberapa tetes)
  • Feses yang seluruhnya berwarna merah atau hitam pekat

3. Gejala Anemia

  • Merasa sangat lelah atau lemas
  • Pusing atau kepala terasa ringan
  • Kulit pucat
  • Detak jantung cepat atau tidak teratur

4. Nyeri Perut yang Parah

  • Nyeri perut yang intens atau terus-menerus
  • Nyeri yang disertai dengan kembung atau perut keras

5. Perubahan Pola BAB

  • Diare yang berlangsung lebih dari beberapa hari
  • Konstipasi yang parah atau berkepanjangan
  • Perubahan drastis dalam ukuran atau bentuk feses

6. Gejala Infeksi

  • Demam tinggi (di atas 38°C)
  • Menggigil
  • Mual dan muntah yang parah

7. Penurunan Berat Badan Tanpa Sebab

  • Kehilangan berat badan yang signifikan tanpa perubahan pola makan atau aktivitas

8. Riwayat Keluarga dengan Kanker Kolorektal

  • Jika Anda memiliki riwayat keluarga dengan kanker usus besar, BAB berdarah harus segera dievaluasi

9. Usia di Atas 40 Tahun

  • BAB berdarah pada usia di atas 40 tahun memerlukan evaluasi lebih lanjut karena risiko kanker kolorektal meningkat seiring bertambahnya usia

10. Gejala yang Mengganggu Kualitas Hidup

  • Jika BAB berdarah atau gejala yang menyertainya mengganggu aktivitas sehari-hari Anda

11. Penggunaan Obat Pengencer Darah

  • Jika Anda mengonsumsi obat pengencer darah seperti warfarin atau aspirin, BAB berdarah harus segera dievaluasi

12. Gejala Syok

Segera ke unit gawat darurat jika Anda mengalami gejala syok seperti:

  • Penurunan kesadaran
  • Kulit dingin dan berkeringat
  • Napas cepat dan dangkal
  • Tekanan darah sangat rendah

Penting untuk diingat bahwa BAB berdarah, meskipun sering kali tidak berbahaya, dapat menjadi tanda kondisi yang serius. Jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter jika Anda merasa khawatir atau mengalami gejala yang mengganggu. Diagnosis dan penanganan dini dapat mencegah komplikasi yang lebih serius dan meningkatkan prognosis jangka panjang.

Mitos dan Fakta Seputar BAB Berdarah

Terdapat banyak mitos dan kesalahpahaman seputar BAB berdarah yang beredar di masyarakat. Berikut ini adalah beberapa mitos umum beserta fakta yang sebenarnya:

Mitos 1: BAB Berdarah Selalu Menandakan Kanker

Fakta: Meskipun BAB berdarah bisa menjadi gejala kanker kolorektal, sebagian besar kasus disebabkan oleh kondisi yang lebih ringan seperti wasir atau fisura ani. Namun, penting untuk tetap melakukan pemeriksaan medis untuk memastikan penyebabnya.

Mitos 2: BAB Berdarah Hanya Terjadi pada Orang Tua

Fakta: BAB berdarah dapat terjadi pada semua kelompok usia, termasuk anak-anak dan remaja. Meskipun risiko beberapa kondisi seperti kanker kolorektal meningkat seiring bertambahnya usia, penyebab umum seperti wasir atau infeksi dapat terjadi pada usia berapa pun.

Mitos 3: Makanan Pedas Selalu Menyebabkan BAB Berdarah

Fakta: Meskipun makanan pedas dapat mengiritasi saluran pencernaan dan memperburuk kondisi seperti wasir, makanan pedas sendiri jarang menjadi penyebab langsung BAB berdarah. Namun, membatasi makanan pedas dapat membantu mengurangi gejala pada beberapa orang.

Mitos 4: BAB Berdarah Akan Sembuh Sendiri Tanpa Pengobatan

Fakta: Beberapa kasus BAB berdarah ringan memang dapat membaik dengan sendirinya, terutama jika disebabkan oleh kondisi seperti fisura ani kecil. Namun, banyak kasus memerlukan penanganan medis untuk mencegah komplikasi dan mengatasi penyebab utamanya.

Mitos 5: Semua Jenis BAB Berdarah Terlihat Jelas

Fakta: Tidak semua kasus BAB berdarah terlihat jelas dengan mata telanjang. Beberapa perdarahan mungkin hanya dapat dideteksi melalui tes laboratorium khusus yang disebut tes darah samar (occult blood test). Inilah mengapa skrining rutin penting, terutama untuk orang dengan risiko tinggi kanker kolorektal.

Mitos 6: Konsumsi Makanan Berwarna Merah Selalu Menyebabkan BAB Berwarna Merah

Fakta: Meskipun benar bahwa beberapa makanan seperti bit atau makanan dengan pewarna merah dapat menyebabkan feses berwarna kemerahan, ini berbeda dengan BAB berdarah. Perubahan warna akibat makanan biasanya tidak disertai gejala lain dan akan hilang setelah makanan tersebut dicerna sepenuhnya.

Mitos 7: BAB Berdarah Selalu Menyakitkan

Fakta: Tidak semua kasus BAB berdarah disertai rasa sakit. Beberapa kondisi seperti wasir internal atau polip usus mungkin menyebabkan perdarahan tanpa rasa sakit yang signifikan. Inilah mengapa penting untuk waspada terhadap tanda-tanda perdarahan, bahkan jika Anda tidak merasakan nyeri.

Mitos 8: Olahraga Berat Dapat Menyebabkan BAB Berdarah

Fakta: Olahraga normal, bahkan yang intens, tidak secara langsung menyebabkan BAB berdarah. Namun, dehidrasi ekstrem atau trauma fisik pada area perut selama olahraga berat dalam jangka panjang mungkin berkontribusi pada masalah pencernaan yang dapat menyebabkan perdarahan.

Mitos 9: Stres Selalu Menyebabkan BAB Berdarah

Fakta: Meskipun stres dapat memperburuk beberapa kondisi pencernaan seperti sindrom iritasi usus besar (IBS) atau penyakit radang usus (IBD), stres sendiri jarang menjadi penyebab langsung BAB berdarah. Namun, mengelola stres tetap penting untuk kesehatan pencernaan secara keseluruhan.

Mitos 10: BAB Berdarah Selalu Berarti Anda Harus ke Rumah Sakit

Fakta: Tidak semua kasus BAB berdarah memerlukan perawatan rumah sakit segera. Banyak kasus dapat dievaluasi dan ditangani melalui kunjungan ke dokter umum atau spesialis pencernaan. Namun, jika perdarahan berat atau disertai gejala serius seperti pusing hebat atau nyeri perut yang parah, perawatan darurat mungkin diperlukan.

Pertanyaan Seputar BAB Berdarah

Berikut adalah beberapa pertanyaan yang sering diajukan seputar BAB berdarah beserta jawabannya:

1. Apakah BAB berdarah selalu berbahaya?

Tidak selalu. Banyak kasus BAB berdarah disebabkan oleh kondisi yang relatif ringan seperti wasir atau fisura ani. Namun, karena ada kemungkinan penyebab yang lebih serius, penting untuk berkonsultasi dengan dokter untuk evaluasi lebih lanjut.

2. Berapa lama BAB berdarah biasanya berlangsung?

Durasi BAB berdarah sangat bervariasi tergantung pada penyebabnya. Beberapa kasus mungkin hanya berlangsung satu atau dua kali BAB, sementara yang lain bisa berlangsung beberapa hari atau bahkan minggu jika tidak ditangani. Jika perdarahan berlanjut lebih dari beberapa hari, sebaiknya segera konsultasi dengan dokter.

3. Apakah BAB berdarah bisa disebabkan oleh makanan tertentu?

Beberapa makanan seperti bit, makanan dengan pewarna merah, atau makanan yang sangat pedas dapat menyebabkan feses berwarna kemerahan atau mengiritasi saluran pencernaan. Namun, ini berbeda dengan BAB berdarah yang sebenarnya. Jika Anda ragu, sebaiknya berkonsultasi dengan dokter.

4. Bagaimana cara membedakan darah dari wasir dan darah dari kondisi yang lebih serius?

Darah dari wasir biasanya berwarna merah terang dan terlihat di permukaan feses atau kertas toilet. Darah ini biasanya tidak bercampur dengan feses. Sementara itu, darah dari kondisi yang lebih serius seperti kanker usus besar mungkin berwarna lebih gelap dan tercampur dengan feses. Namun, diagnosis pasti hanya bisa dilakukan oleh dokter melalui pemeriksaan lebih lanjut.

5. Apakah BAB berdarah bisa dicegah?

Beberapa kasus BAB berdarah dapat dicegah dengan menerapkan gaya hidup sehat seperti makan makanan tinggi serat, minum cukup air, berolahraga teratur, dan menghindari mengejan saat BAB. Namun, beberapa penyebab BAB berdarah mungkin tidak dapat dicegah sepenuhnya.

6. Apakah BAB berdarah bisa menular?

BAB berdarah sendiri tidak menular. Namun, jika penyebabnya adalah infeksi seperti disentri, maka infeksi tersebut mungkin dapat menular melalui kontak dengan feses yang terkontaminasi.

7. Apakah ada obat yang bisa menghentikan BAB berdarah?

Pengobatan BAB berdarah tergantung pada penyebab utamanya. Tidak ada obat universal yang dapat menghentikan semua jenis BAB berdarah. Beberapa kondisi mungkin memerlukan obat-obatan tertentu, sementara yang lain mungkin membutuhkan prosedur medis atau bahkan operasi.

8. Apakah BAB berdarah bisa menyebabkan anemia?

Ya, jika perdarahan berlangsung dalam jangka waktu yang lama atau dalam jumlah yang signifikan, hal ini dapat menyebabkan anemia atau kekurangan sel darah merah. Inilah salah satu alasan mengapa BAB berdarah yang persisten harus dievaluasi oleh dokter.

9. Apakah stress dapat menyebabkan BAB berdarah?

Stres sendiri jarang menjadi penyebab langsung BAB berdarah. Namun, stres dapat memperburuk beberapa kondisi pencernaan yang mungkin menyebabkan BAB berdarah, seperti penyakit radang usus atau sindrom iritasi usus besar.

10. Apakah BAB berdarah bisa terjadi pada anak-anak?

Ya, BAB berdarah bisa terjadi pada anak-anak. Penyebabnya bisa beragam, mulai dari fisura ani, infeksi, hingga kondisi yang lebih serius seperti penyakit radang usus. Jika anak mengalami BAB berdarah, sebaiknya segera konsultasikan dengan dokter anak.

11. Apakah BAB berdarah bisa menjadi tanda kehamilan?

BAB berdarah bukan merupakan tanda kehamilan yang umum. Namun, beberapa wanita hamil mungkin mengalami wasir yang dapat menyebabkan sedikit perdarahan saat BAB. Jika Anda hamil dan mengalami BAB berdarah, sebaiknya berkonsultasi dengan dokter kandungan Anda.

12. Bisakah olahraga menyebabkan BAB berdarah?

Olahraga normal tidak menyebabkan BAB berdarah secara langsung. Namun, olahraga yang sangat intens atau berkepanjangan dapat menyebabkan iskemia usus sementara yang dalam kasus yang sangat jarang dapat menyebabkan perdarahan. Selain itu, dehidrasi selama olahraga dapat memperburuk kondisi seperti konstipasi yang dapat berkontribusi pada BAB berdarah.

13. Apakah BAB berdarah bisa disebabkan oleh obat-obatan tertentu?

Ya, beberapa obat-obatan dapat meningkatkan risiko BAB berdarah. Contohnya termasuk obat pengencer darah seperti warfarin atau aspirin, serta obat anti-inflamasi nonsteroid (NSAID) seperti ibuprofen. Jika Anda mengonsumsi obat-obatan ini dan mengalami BAB berdarah, segera konsultasikan dengan dokter Anda.

14. Apakah BAB berdarah selalu disertai dengan rasa sakit?

Tidak selalu. Beberapa kondisi yang menyebabkan BAB berdarah, seperti wasir internal atau polip usus, mungkin tidak menimbulkan rasa sakit. Sementara kondisi lain seperti fisura ani atau infeksi usus mungkin disertai dengan rasa nyeri saat BAB.

15. Bisakah perubahan diet menyebabkan BAB berdarah?

Perubahan diet yang drastis, terutama yang melibatkan pengurangan serat secara signifikan, dapat menyebabkan konstipasi yang kemudian dapat berkontribusi pada kondisi seperti fisura ani atau wasir. Namun, perubahan diet normal tidak seharusnya langsung menyebabkan BAB berdarah.

Kesimpulan

BAB berdarah adalah gejala yang tidak boleh diabaikan, meskipun dalam banyak kasus penyebabnya mungkin relatif ringan. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari masalah lokal seperti wasir atau fisura ani, hingga kondisi yang lebih serius seperti penyakit radang usus atau kanker kolorektal.

Penting untuk memahami bahwa warna dan karakteristik darah yang keluar saat BAB dapat memberikan petunjuk tentang lokasi dan kemungkinan penyebab perdarahan. Darah merah segar biasanya menunjukkan sumber perdarahan di bagian bawah saluran pencernaan, sementara darah yang lebih gelap atau hitam mungkin berasal dari bagian atas saluran pencernaan.

Diagnosis yang tepat sangat penting untuk penanganan yang efektif. Oleh karena itu, jika Anda mengalami BAB berdarah, terutama jika berlangsung lebih dari beberapa hari atau disertai gejala lain seperti nyeri perut, perubahan pola BAB, atau penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan, sangat disarankan untuk segera berkonsultasi dengan dokter.

Pencegahan BAB berdarah seringkali berkaitan erat dengan gaya hidup sehat. Mengonsumsi makanan tinggi serat, minum cukup air, berolahraga secara teratur, dan menghindari kebiasaan buruk seperti mengejan berlebihan saat BAB dapat membantu menjaga kesehatan saluran pencernaan.

Akhirnya, penting untuk diingat bahwa meskipun BAB berdarah dapat menimbulkan kecemasan, sebagian besar kasus dapat ditangani dengan baik jika didiagnosis dan diobati secara tepat. Dengan pemahaman yang baik tentang kondisi ini, kewaspadaan terhadap gejala, dan konsultasi medis yang tepat waktu, kita dapat mengelola BAB berdarah dengan lebih efektif dan menjaga kesehatan saluran pencernaan secara keseluruhan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya