Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta menginginkan keberadaan LRT Jakarta dapat mengurangi kemacetan di ibu kota. Apalagi, kedepannya LRT Jakarta dipastikan dapat terintegrasi dengan 2 moda lain yakni MRT Jakarta dan TransJakarta.
Direktur Administrasi dan Keuangan PT LRT Jakarta Solihin Djaelani menuturkan, integrasi ketiga moda transportasi itu harus dapat mengurangi polusi udara di DKI. Lantaran, mengubah kebiasaan warga Jakarta dari kendaraan pribadi menuju ke kendaraan umum.
Advertisement
Baca Juga
"Keinginannya Pemprov DKI itu dengan dibangunya fasilitas dan moda transportasi bisa menyelesaikan kemacetan, namun bukan hanya kemacetan saja tetapi bagaimana dapat mengurangi polusi supaya bisa menciptakan kehidupan wiraswasta kita lebih efektif dan efisien," ujarnya kepada Liputan6.com seperti ditulis Rabu (20/3/2019).
Dia mengungkapkan, efektif di era sekarang menjadi penting mengingat kepentingan bisnis di ibu kota sangatlah tinggi.
"Coba anda bayangkan misalnya sehari di Jakarta ini kita bisa melakukan rapat hanya sebanyak 2 kali, saking macetnya. Namun karena moda transportasi yang terintegrasi, kita bisa 3 atau 4 kali meeting karena lebih efisien," ungkapnya.
Dia pun berharap keberadaan LRT Jakarta dapat diimbangi dengan kesadaran warganya dalam merawat fasilitas pemerintah ini.
"Jadi kita doakan semuanya bisa berjalan dengan lancar kedepannya," pungkas dia.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Pemprov DKI Usulkan Tarif MRT Rp 10 Ribu dan LRT Rp 6.000
Sebelumnya, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengusulkan kepada DPRD DKI tarif sebesar Rp 10.000 untuk moda raya terpadu (MRT) Jakarta, rute Lebak Bulus-Bundaran Hotel Indonesia (HI).
Sementara untuk light rail transit (LRT) rute Kelapa Gading-Velodrome, Pemprov DKI mengusulkan tarif Rp 6.000.
BACA JUGA
"Usulan Pemprov melalui suratnya Pak Gubernur, untuk MRT tarifnya sebesar Rp 10.000 dan LRT sebesar Rp 6.000, rata-rata," ujar Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Biro Perekonomian DKI Jakarta, M Abas dalam rapat bersama Komisi C Bidang Keuangan DPRD DKI Jakarta, Rabu (6/3/2019).
Abas menjelaskan, tarif keekonomian untuk MRT Jakarta sebenarnya Rp 31.659 per penumpang, sementara tarif keekonomian untuk LRT Jakarta yakni Rp 41.655. Oleh karena itu, Pemprov DKI menggelontorkan subsidi dari APBD agar tarif dapat diturunkan.
Abas menyebut jumlah subsidi untuk MRT Jakarta yakni Rp 21.659 per penumpang. Sementara subsidi per penumpang untuk LRT Jakarta yakni Rp 35.655.
Sementara estimasi jumlah penumpang pada 2019 untuk MRT Jakarta adalag 65.000 per hari, dan untuk LRT Jakarta yakni 14.255 penumpang per hari. Dengan demikian, jumlah subsidi yang dibutuhkan yakni Rp 572 miliar untuk MRT dan Rp 327 miliar untuk LRT.
Advertisement