Liputan6.com, Jakarta - Untuk memenuhi kebutuhan energi, Norwegia mulai meninggalkan minyak bumi dan beralih menginvestasikan dana ke tenaga angin dan surya. Dana tersebut diraup negara berkat surplus minyak dan dikenal sebagai Oil Fund (dana minyak) yang sering digunakan untuk investasi di bermacam sektor.
Dikutip dari The Guardian, Sabtu (6/4/2019), total Oil Fund adalah sebesar USD 1 triliun atau Rp 14.117 triliun (USD 1 = Rp 14.117). Investasi untuk energi terbarukan diperkirakan mencapai USD 14 miliar (Rp 197,6 triliun).
Advertisement
Baca Juga
Ini dipandang sebagai bukti bahwa negara yang kaya berkat minyak bumi pun bisa melepas ketergantungan dari komoditas itu menuju energi hijau alias terbarukan. "Bahkan dana yang dibentuk berkat minyak menyadari bahwa masa depan itu hijau," CEO Storebrand Asset Management Jan Erik Saugestad.
Pemerintah Norwegia resmi memberikan lampu hijau pada Jumat, 5 April 2019, agar dana tersebut berinvestasi pada perusahaan energi terbarukan yang tidak listing di bursa saham. Pasalnya, dua per tiga dari pasar infrastruktur terbarukan memang tidak listing. Pengamat pun menganggap perusahaan-perusahaan tersebut menjanjikan karena sedang berkembang.
Negara itu juga mengumumkan divestasi pada lebih banyak perusahaan batu bara. Ini kelanjutan dari kebijakan tahun 2015 lalu ketika Norwegia mengivestasikan USD 6,5 miliar saham terkait batu bara.
Â
Greenpeace Sambut Baik
Bulan Maret lalu, pengelola dana minyak itu juga menyebut akan melakukan divestasi pada 134 perusahaan yang melakukan eksplorasi minyak dan gas. Tetapi saham di Shell dan BP masih dipertahankan karena keduanya memiliki divisi energi terbarukan.
Organisasi pecinta lingkungan Greenpeace UK menyambut baik langkah ini dan berharap negara lain melakukan hal yang serupa. Sebelumnya, negara jazirah juga melakukan investasi ke energi terbarukan, tetapi tidak mengikuti langkah Norwegia yang mulai tegas beralih dari minyak.
Advertisement