Rupiah Kembali Tertekan, Sempat Sentuh 14.125 per Dolar AS

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 14.091 per dolar AS hingga 14.125 per dolar AS.

oleh Arthur Gideon diperbarui 24 Apr 2019, 11:00 WIB
Diterbitkan 24 Apr 2019, 11:00 WIB
Nilai Tukar Rupiah Menguat Atas Dolar
Teller tengah menghitung mata uang rupiah di penukaran uang di Jakarta, Junat (23/11). Nilai tukar dolar AS terpantau terus melemah terhadap rupiah hingga ke level Rp 14.504. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah pada perdagangan Rabu ini. Pelemahan ini seiring perlambatan permintaan domestik.

Mengutip Bloomberg, Rabu (24/4/2019), rupiah dibuka di angka 14.091 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 14.080 per dolar AS. Menjelang siang, rupiah terus melemah ke 14.120 per dolar AS.

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 14.091 per dolar AS hingga 14.125 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah masih menguat 1,88 persen.

Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 14.112 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan patokan sehari sebelumnya yang ada di angka 14.080 per dolar AS.

Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih mengatakan, perlambatan penerimaan pajak pada kuartal I 2019 dinilai sebagai indikasi penurunan permintaan dalam negeri.

"Perlambatan penerimaan pajak ini perlu diwaspadai adanya potensi melambatnya permintaan domestik," ujar Lana.

Pada realisasi APBN kuartal I 2019, tercatat penerimaan pajak sebesar Rp 248,09 triliun atau tumbuh 1,8 persen (tahun ke tahun/yoy) dibandingkan kuartal I 2018 yang tumbuh sebesar 9,9 persen (yoy). Perlambatan di antaranya karena melambatnya penerimaan pajak penghasilan (PPh) nonmigas.

Pada kuartal I 2019 ini PPh nonmigas mencapai Rp 142,81 triliun atau tumbuh 7,5 persen (yoy), melambat dibandingkan kuartal I 2018 yang mencapai 8,3 persen (yoy).

Sementara PPh Pasal 21 tumbuh 15,48 persen, turun dalam dibandingkan kuartal I 2018 yang tumbuh 35,1 persen (yoy), dan PPh final hanya tumbuh 0,1 persen (yoy), turun tajam dari 26,4 persen (yoy) pada kuartal I 2018.

Sedangkan penerimaan PPN tumbuh 15,05 persen (yoy), juga turun tajam dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang tumbuh 47 persen (yoy).

"Perlambatan penerimaan pajak ini ditengarai efek dari restitusi pajak dan laju impor yang melambat. Pada kuartal I 2019, tercatat restitusi sebesar Rp 50,65 triliun atau tumbuh 47,83 persen," kata Lana.

Lana memprediksi rupiah hari ini akan bergerak melemah menuju kisaran antara 14.080 per dolar AS hingga 14.100 per dolar AS.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Rupiah Bakal Sentuh 13.940 per Dolar AS

Nilai Tukar Rupiah Menguat Atas Dolar
Teller tengah menghitung mata uang dolar di penukaran uang di Jakarta, Junat (23/11). Nilai tukar dolar AS terpantau terus melemah terhadap rupiah hingga ke level Rp 14.504. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, hasil perhitungan cepat (quick count) sementara dimenangkan oleh pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 01 Joko Widodo (Jokowi)-Ma'ruf Amin.

Hasil hitung cepat ini mendapat sambutan positif dari investor. Bahkan, investor asing tercatat masuk ke pasar modal RI disebabkan proses Pemilu yang terbilang lancar. Ekonom pun memperkirakan rupiah bakal menguat selama sepekan ini.

"Tren bakal bertahan sepekan bahkan rupiah bisa tembus menguat di kisaran Rp 13.940-13.970. Selain Jokowi effect, sentimen global juga positif paska rilis data pertumbuhan ekonomi China di atas ekspektasi yakni 6.4 persen," tutur Ekonom Insitute For Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira kepada Liputan6.com, Kamis (18/4/2019). 

Dia membenarkan, investor asing masuk ke dalam negeri merespons positif atas aksi Pilpres yang berlangsung aman dan lancar.

"Dana asing mulai beralih ke pasar negara berkembang. Sampai siang ini nett buy atau pembelian bersih saham oleh asing di IHSG tercatat Rp 1,14 triliun atau Rp 14.9 triliun akumulatif dari awal tahun," ujarnya.

Namun, menurut Ekonom Centre of Reform on Economics (CORE) Piter Abdullah, penguatan rupiah kemungkinan hanya berlaku seminggu ini saja.

"Mungkin tidak berlanjut sampai minggu depan. Ada beberapa alasan, pertama kemenangan ini masih berdasarkan quick count, belum resmi. Paslon nomor 2 bahkan malam ini masih mengklaim kemenangan," ucapnya.

"Sedangkan kedua, walaupun nanti hasil resmi KPU menetapkan jokowi sebagai pemenang, potensi gangguan masih tetap ada kalau paslon nomor 02 tetap tdk menerima," tambahnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya