Rupiah Melemah Terseret Sentimen Regional

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 14.071 per dolar AS hingga 14.085 per dolar AS.

oleh Arthur Gideon diperbarui 23 Apr 2019, 11:31 WIB
Diterbitkan 23 Apr 2019, 11:31 WIB
Tukar Uang Rusak di Bank Indonesia Gratis, Ini Syaratnya
Karyawan menghitung uang kertas rupiah yang rusak di tempat penukaran uang rusak di Gedung Bank Indonessia, Jakarta (4/4). Selain itu BI juga meminta masyarakat agar menukarkan uang yang sudah tidak layar edar. (Merdeka.com/Arie Basuki)

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah pada perdagangan Selasa pekan ini. Pelemahan ini terimbas faktor regional.

Mengutip Bloomberg, Selasa (23/4/2019), rupiah dibuka di angka 14.071 per dolar AS menguat jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 14.078 per dolar AS. Namun menjelang siang, rupiah melemah ke 14.082 per dolar AS.

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 14.071 per dolar AS hingga 14.085 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah masih menguat 2,14 persen.

Sedangkan berdasarkan Kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 14.080 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan patokan sebelumnya yang ada di angka 14.056 per dolar AS.

"Pagi ini mata uang kuat Asia, yen Jepang, dolar Hong Kong, dan dolar Singapura, dibuka melemah terhadap dolar AS, yang bisa menjadi sentimen pelemahan rupiah," kata ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih seperti dikuitp dari Antara.

Lana memprediksi rupiah hari ini akan bergerak melanjutkan pelemahan menuju kisaran antara 14.080 per dolar AS hingga 14.100 per dolar AS.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Sektor Perumahan AS

Ilustrasi Properti London
Meskipun Brexit, miliarder Amerika, Ken Griffin tetap membeli rumah termahal yang pernah dijual di London.

Dari eksternal, data sektor perumahan AS mulai melambat, terlihat dari izin mendirikan bangunan (building permits) di AS turun 1,7 persen (bulan ke bulan/mom), di bawah ekspektasi pasar naik 0,3 persen, dan merupakan yang terendah sejak Oktober 2018.

Data lain yang juga mendukung perlambatan sektor properti adalah penjualan rumah seken (previously owned house) untuk Maret 2019 turun 4,9 persen (mom).

"Sektor perumahan biasanya menjadi salah satu indikator awal melambatnya ekonomi. Namun, belum mengonfirmasi perlambatan berlanjut," ujar Lana.

Perlambatan ekonomi AS akan membuat bank sentral AS akan cenderung melakukan kebijakan moneter yang lebih longgar atau dovish dengan tidak menaikkan suku bunga acuan, atau bahkan menurunkan suku bunga acuannya.

Rupiah Bakal Sentuh 13.940 per Dolar AS

Nilai Tukar Rupiah Menguat Atas Dolar
Teller menunjukkan uang dolar dan rupiah di penukaran uang di Jakarta, Junat (23/11). Nilai tukar dolar AS terpantau terus melemah terhadap rupiah hingga ke level Rp 14.504. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, hasil perhitungan cepat (quick count) sementara dimenangkan oleh pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 01 Joko Widodo (Jokowi)-Ma'ruf Amin.

Hasil hitung cepat ini mendapat sambutan positif dari investor. Bahkan, investor asing tercatat masuk ke pasar modal RI disebabkan proses Pemilu yang terbilang lancar. Ekonom pun memperkirakan rupiah bakal menguat selama sepekan ini.

"Tren bakal bertahan sepekan bahkan rupiah bisa tembus menguat di kisaran Rp 13.940-13.970. Selain Jokowi effect, sentimen global juga positif paska rilis data pertumbuhan ekonomi China di atas ekspektasi yakni 6.4 persen," tutur Ekonom Insitute For Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira kepada Liputan6.com, Kamis (18/4/2019). 

Dia membenarkan, investor asing masuk ke dalam negeri merespons positif atas aksi Pilpres yang berlangsung aman dan lancar.

"Dana asing mulai beralih ke pasar negara berkembang. Sampai siang ini nett buy atau pembelian bersih saham oleh asing di IHSG tercatat Rp 1,14 triliun atau Rp 14.9 triliun akumulatif dari awal tahun," ujarnya.

Namun, menurut Ekonom Centre of Reform on Economics (CORE) Piter Abdullah, penguatan rupiah kemungkinan hanya berlaku seminggu ini saja.

"Mungkin tidak berlanjut sampai minggu depan. Ada beberapa alasan, pertama kemenangan ini masih berdasarkan quick count, belum resmi. Paslon nomor 2 bahkan malam ini masih mengklaim kemenangan," ucapnya.

"Sedangkan kedua, walaupun nanti hasil resmi KPU menetapkan jokowi sebagai pemenang, potensi gangguan masih tetap ada kalau paslon nomor 02 tetap tdk menerima," tambahnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya