Rupiah Menguat ke 14.002 per Dolar AS Usai Pilpres 2019

Nilai tukar rupiah dibuka menguat ke posisi 14.002 per dolar AS pada perdagangan Kamis Pekan ini.

oleh Agustina Melani diperbarui 18 Apr 2019, 08:22 WIB
Diterbitkan 18 Apr 2019, 08:22 WIB
Rupiah-Melemah-Tipis-Atas-Dolar
Petugas Bank tengah menghitung uang rupiah di Bank BRI Syariah, Jakarta, Selasa (28/2). Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah tipis pada perdagangan Selasa pekan ini. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Laju nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat pada perdagangan Kamis (18/4/2019). Penguatan rupiah itu terjadi usai pelaksanaan pemilihan umum (Pemilu) pada Rabu, 17 April 2019.

Berdasarkan data RTI, dolar Amerika Serikat (AS) melempem terhadap rupiah ke posisi 14.005 pada pukul 08.12 WIB.

Demikian juga data Bloomberg yang menunjukkan rupiah menguat terhadap dolar AS pada perdagangan Kamis pekan ini. Rupiah dibuka menguat 83 poin atau 0,58 persen ke posisi 14.002 per dolar AS dari penutupan Selasa di kisaran 14.085 per dolar AS.

Kepala Riset PT Samuel Internasional, Harry Su menuturkan, aliran dana investor asing berpotensi masuk ke Indonesia usai pemilihan umum. Sentimen ini juga berpengaruhi positif untuk pergerakan rupiah.

Selain itu, hasil hitung cepat Pilpres 2019, Harry menilai ada pengaruhnya terhadap pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. "Ya pasti ada," ujar dia lewat pesan singkat yang diterima Liputan6.com

Sebelumnya Ekonom PT Bank Permata Tbk, Josua Pardede prediksi, rupiah berpeluang menguat pada perdagangan Kamis pekan ini. Rupiah dapat berada di kisaran 14.000 per dolar AS.

Ia menuturkan, di pasar luar negeri, rupiah menguat kemarin. Hal itu hasil penghitungan sementara oleh sejumlah lembaga survei untuk Pemilu 2019 menjadi katalis positif untuk pergerakan nilai tukar rupiah di pasar NDF.

"Quick count menunjukkan incumbent memimpin suara sementara. Itu sesuai ekspektasi pasar," ujar Josua saat dihubungi Liputan6.com.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Perdagangan Selasa

IHSG Berakhir Bertahan di Zona Hijau
Petugas menata tumpukan uang kertas di Cash Center Bank BNI di Jakarta, Kamis (6/7). Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) pada sesi I perdagangan hari ini masih tumbang di kisaran level Rp13.380/USD. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak stabil pada perdagangan Selasa ini. Analis memperkirakan rupiah bakal menguat pada perdagangan hari ini.

Mengutip Bloomberg, Selasa, 16 April 2019, rupiah dibuka di angka 14.060 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 14.062 per dolar AS.

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 14.060 per dolar AS hingga 14.070 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah menguat 2,26 persen.

Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di di angka 14.066 per dolar AS, tak berbeda jauh dengan patokan sehari sebelumnya yang ada di angka 14.067 per dolar AS.

Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih mengatakan, rupiah berpotensi bergerak positif didorong sentimen domestik yaitu suplusnya neraca perdagangan Maret 2019 yang dirilis Senin kemarin.

"Surplus neraca perdagangan mestinya bisa menjadi sentimen positif penguatan rupiah," ujar Lana, dikutip dari Antara.

Neraca perdagangan Indonesia pada Maret 2019 mengalami surplus USD 540 juta atau lebih tinggi dari posisi surplus Februari 2019 sebesar USD 330 juta. Surplus neraca perdagangan dipicu oleh menurunnya jumlah impor, terutama impor bahan baku dan penolong.

Namun pada periode Januari-Maret 2019, neraca perdagangan Indonesia masih mengalami defisit USD 190 juta. Defisit tersebut karena neraca perdagangan nonmigas mengalami surplus, sedangkan neraca perdagangan migasnya defisit.

Dari eksternal, sentimen datang dari neraca perdagangan China pada Maret 2019 yang tercatat surplus. Surplus tersebut dipicu optimisme global yang membaik, ditambah sentimen positif dari potensi kesepakatan perang dagang dengan AS dan berakhirnya faktor musiman Tahun Baru China (Lunar New Year).

"Kemungkinan ekspor China khususnya ke Amerika Serikat (AS) kembali membaik seiring dengan kesepakatan dagang yang mendekati final," kata Lana.

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya