Harga Emas Menguat Imbas Ketegangan di Timur Tengah

Harga emas menguat sentuh level tertinggi dalam 14 bulan.

oleh Agustina Melani diperbarui 15 Jun 2019, 06:35 WIB
Diterbitkan 15 Jun 2019, 06:35 WIB
20151109-Ilustrasi-Logam-Mulia
Ilustrasi Logam Mulia (iStockphoto)

Liputan6.com, New York - Harga emas menguat seiring fokus pelaku pasar terhadap ekonomi China yang dapat berisiko terhadap harga komoditas.

Selain itu, ketegangan Timur Tengah juga mendorong investor beralih investasi ke aset safe haven. Harga emas sempat sentuh level tertinggi sejak April 2018.

Harga emas di pasar spot sempat naik 0,7 persen ke posisi USD 1.351,16 per ounce pada pukul 12.47 GMT usai sentuh level tertinggi sejak April 2018 di kisaran USD 1.358,04 pada awal sesi perdagangan.

Harga emas sudah menguat 0,8 persen pada pekan ini. Harga emas berjangka naik satu persen ke posisi USD 1.356,9 per ounce.

"Konsentrasi pelaku pasar terhadap makroekonomi yang suram terutama kemungkinan AS akan segera menurunkan suku bunga," kata Ross Norman, Chief Executive Sharps Pixley, seperti dikutip dari laman Reuters, Sabtu (15/6/2019).

Investor membeli emas dengan harapan bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve yang harus membalikkan kebijakan pengetatan sebelumnya sehingga menekan dolar AS dan mengangkat harga emas.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Harga Komoditas Lainnya

20151109-Ilustrasi-Logam-Mulia
Ilustrasi Logam Mulia (iStockphoto)

Pertumbuhan output industri China melambat ke level terendah dalam 17 tahun lebih dari lima persen pada Mei. Ini sinyal terbaru melemahnya permintaan di China ketika AS meningkatkan tekanan perang dagang.

Dampak perang dagang AS-China juga terlihat di pasar tenaga kerja AS. Ada peningkatan tak terduga dalam jumlah orang yang ajukan aplikasi pengangguran selama sepekan terakhir.

Rilis data ekonomi AS yang melambat ini telah meningkatkan harapan penurunan suku bunga the Fed. Selain membebani dolar AS, suku bunga lebih rendah juga memangkas biaya.

Sementara itu, bursa saham global berjuang seiring data China kembali meningkatkan kekhawatiran atas ekonomi global. Sementara itu, konfrontasi AS-Iran baru meningkat.

Iran telah menolak tuduhan dari AS atas serangan terhadap dua kapal tanker minyak di Teluk Oman dan menegaskan tanggung jawabnya atas keamanan di Selat Hormuz.

"Momentum ini dapat menarik investor baru dan kemungkinan mendorong harga emas lebih tinggi," ujar Analis BullionStar, Ronan Manly.

Ia menambahkan, hal tersebut akan membawa momentum pada harga emas dan akan memacu permintaan emas lebih lanjut. Akan tetapi bisa mendatangkan lebih banyak penjualan dari Timur.

Harga logam lainnya yaitu harga perak naik satu persen menjadi USD 15,04. Harga platinum naik 0,2 persen ke posisi USD 808,95. Harga palladium menguat 0,8 persen menjadi USD 1.455,80 setelah capai level tertinggi sejak 29 April di kisaran USD 1.466,05.

Perdagangan Kemarin

20151109-Ilustrasi-Logam-Mulia
Ilustrasi Logam Mulia (iStockphoto)

Sebelumnya, Harga emas naik ke posisi tertinggi dalam sepekan didukung ekspektasi penurunan suku bunga oleh Federal Reserve AS mengacu pada data inflasi yang rendah, meskipun kenaikan ekuitas membatasinya.

Melansir laman Reuters, Jumat, 14 Juni 2019, harga emas di pasar spot naik 0,5 persen menjadi USD 1.340,13 per ons, setelah menyentuh level tertinggi sejak 7 Juni di USD 1,344.60 pada awal sesi.

Adapun harga emas berjangka Amerika Serikat (AS) menetap 0,5 persen lebih tinggi menjadi USD 1.343,70 per ounce.

"Langkah awal pada harga yang lebih tinggi adalah karena meningkatnya ketegangan perdagangan ... Setelah itu, kekhawatiran tentang resesi atau perlambatan ekonomi AS telah membantu mendorong naiknya ekspektasi kenaikan suku bunga Fed pada Juli," kata Suki Cooper, Analis Logam Mulia di Bank Standard Chartered.

Suku bunga yang lebih rendah mengurangi peluang bagi pemegang non bullion dan membebani dolar, membuat emas lebih murah bagi investor yang memegang mata uang lainnya.

Para pembuat kebijakan Fed dijadwalkan bertemu pada 18-19 Juni. Pasar memprediksi setidaknya ada dua kali penurunan suku bunga pada akhir tahun, setelah data harga konsumen dan ketenagakerjaan dilihat sebagai indikasi melemahnya ekonomi AS.

“Itu (emas) menemukan dukungan kuat di sekitar USD 1.320 awal minggu ini dan sejak itu lebih tinggi dengan puncak sebelumnya di sekitar USD 1.350 dalam pandangannya, ”kata Craig Erlam, Analis Pasar Senior OANDA, dalam sebuah catatan.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya