Mimpi Oksarlidady Arifin, Bawa Barata Indonesia Jadi Perusahaan Besar

Dirut PT Barata Indonesia percaya perseroan yang ia pimpin bisa sebesar BUMN lain yang sudah besar.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 03 Agu 2019, 12:40 WIB
Diterbitkan 03 Agu 2019, 12:40 WIB
Dirut PT Barata Indonesia (Persero) Oksarlidady Arifin dan tim meninjau divisi di Cilegon.
Dirut PT Barata Indonesia (Persero) Oksarlidady Arifin dan tim meninjau divisi di Cilegon. Dok: Tommy Kurnia/Liputan6.com

Liputan6.com, Cilegon - PT Barata Indonesia (Persero) baru-baru ini kedatangan direktur utama baru, yakni Oksarlidady Arifin yang pernah 28 tahun mengabdi di PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. Sang dirut pun yakin Barata bisa menjadi sebesar Wika.

Dady, demikian akrab disapa, berkata Barata memiliki keunikan tersendiri karena punya divisi pembangkit sekaligus pabrik untuk memanufaktur komponen bagi divisi tersebut. Divisi pembangkit Barata berada di Cilegon dan baru saja mengakuisisi Siemens.

"Someday, Barata juga bakal sebesar Wika, Adhi, cuman menunggu timing saja. Itu cita-cita saya. Barata punya keunikan dan kekuatan sendiri, Barata punya manufaktur daripada komponen-komponen pembangkit," jelas Dady kepada Liputan6.com, Selasa (30/7/2019) di Cilegon.

Meski demikian, Dady lebih mengutamakan sinergi antar BUMN ketimbang persaingan. Kultur sinergi itu menurutnya sedang dibangun dan menjadi tolok ukur kesuksesan performa sebuah BUMN.

Sinergi yang dilakukan Barata Indonesia antara lain bersama PT Krakatau Steel yang mana perseroan baja itu turut menyediakan komponen yang diperlukan Barata. Selain itu, Barata juga mengajak Pindad untuk membantu apabila mendapatkan proyek.

Untuk diketahui, divisi komponen turbin di Cilegon hanyalah satu dari unit Barata. Mereka juga memiliki divisi migas, gula dan agro, sumber daya air, dan permesinan di Gresik.

Target revenue Barata Indonesia secara keseluruhan tahun ini adalah Rp 3 triliun. Angka tersebut naik dari sales Barata tahun lalu yang sebesar Rp 2,1 triliun. 

Masalah perang dagang yang terjadi juga dinilai tidak terlalu berpengaruh ke Barata Indonesia. Dady menilai kebijakan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump bisa menjadi bumerang dan membuat investor resah, namun kondisi ekonomi Indonesia yang umumnya stabil memberi dampak positif pula bagi industri Barata.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Merangkul Berbagai Pihak

Pekerja di pabrik PT Barata Indonesia (Persero) di Cilegon.
Pekerja di pabrik PT Barata Indonesia (Persero) di Cilegon. Dok: Tommy Kurnia/Liputan6.com

Ketika ada banyak pesanan kepada Barata, Lukman berkata pihaknya seau mendayakan pabrik-pabrik di sekitar Cilegon. Di luar Cilegon, Barata juga turut mengajak BPPT dan Pindad.

"Itu kita pakai pabrik-pabrik sekitar kayak Multifab punya Pak Arifin Panigoro itu kita pakai, bahkan Pindad sendiri kita kasih pekerjaan, bahkan mesin yang menganggur di BPPT itu kita jalanin di Puspitek, Serpong. Enggak ada operator, kita bawa operator, mesinnya bagus kok. Jadi jika mereka kasih ke Barata, orang sekitar dapat bagian," ungkap General Manager PT Barata Indonesia (Persero) Divisi Power Plant, Lukman Jamaludin.

Sejauh ini, Barata memakai sekitar 30 persen komponen lokal. Lukman berkata pembangunan komponen turbin masih butuh bahan impor, sementara Krakatau Steel kebanyakan memproduksi carbon steel biasa. Tetapi, ia berkata Barata memaksimalkan komponen lokal.

"Kita selalu maksimalkan. Selagi itu memang speknya ada di lokal, kita pakai lokal," ujar Lukman.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya