Reorientasi Komoditas Jadi Kunci Dorong Kinerja Ekspor Indonesia

Dengan reorientasi Indonesia akan menawarkan produk-produk yang tidak dapat diproduksi di negara tujuan.

oleh Liputan6.com diperbarui 02 Mei 2021, 00:28 WIB
Diterbitkan 16 Agu 2019, 20:05 WIB
Gaya Mendag Enggartiasto Lukita Saat Pemotretan
Mendag Enggartiasto Lukita saat pemotretan dalam kunjungannya ke Kantor Liputan6 di SCTV Tower, Jakarta (4/5). Enggartiasto tercatat pernah memegang jabatan antara lain Ketum Real Estate Indonesia (REI), periode 1992-1995. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengatakan reorientasi komoditas ekspor. Hal ini merupakan salah satu langkah yang tengah dilakukan untuk mendorong kinerja ekspor.

"Sekarang ini kita reorientasi kembali komoditas ekspor harus lebih spesifik," kata dia, di Kompleks Parlemen, Jakarta, Jumat (16/8/2019).

Lebih lanjut, dia mengatakan dengan reorientasi Indonesia akan menawarkan produk-produk yang tidak dapat diproduksi di negara tujuan. Sebagai contoh dia menggambarkan relasi dagang dengan China.

"Kita misalnya ke Cina harus sesuatu yang tidak diproduksi oleh mereka, komplementer, buah tropis, sarang burung walet dan berbagai lagi, sawit sudah pasti, batu bara sudah pasti, yang tidak ada di sana," ujar dia.

Enggartiasto mengatakan upaya itu mendapatkan respons positif dari negara tujuan ekspor seperti China. China kata dia, akan membuka pasar untuk produk dari Indonesia, khususnya produk buah-buahan.

"Tingkatkanlah ekspor mereka karena hasil kunjungan saya ke China, mereka akan membuka aksesnya, mereka akan memberi percepatan dalam proses verifikasi untuk nanas, manggis kita, saya sudah minta juga Mangga, Durian, Alpukat dan sebagainya. Karena itu nggak ada di sana," imbuhnya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Saingan Indonesia

Skema Imbal Beli Sukhoi SU-35
Mendag Enggartiasto Lukita memberikan ketererangan saat konferensi pers di Kementerian Pertahanan, Jakarta, Selasa (22/8). Pemerintah Indonesia berkeinginan untuk membeli Pesawat SU-35 dari Rusia dengan nilai USD 1,14 Miliar. (Liputan6.com/Helmi Afandi)

Saat ini yang menjadi saingan Indonesia dalam beberapa komoditas, adalah Vietnam dan Thailand. Namun Indonesia memiliki sejumlah keunggulan, sebagai contoh, produsen sarang walet terbesar di dunia.

"Saingan kita adalah Vietnam dan Thailand, Manggis itu Thailand itunya berbeda. Sarang burung walet Indonesia terbesar di dunia, saingan beberapa negara, itu pun selundupan dari kita. Satu kg itu Rp 40 juta. Kita 1.700 ton produksi kita," jelas Enggar.

"Sekarang ini ekspor (sarang walet) kita 70 ton. Kalau kita bisa tingkatkan saja 10 kali lipat sudah berapa. Sebenarnya itu mengkonversi dari penyelundupan menjadi resmi. Hal-hal ini yang menjadi prioritas," tandasnya.

Reporter: Wilfridus Setu Embu

Sumber: Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya