Juli 2019, Ekspor Indonesia Naik 31,02 Persen

BPS mencatat ekspor Indonesia pada Juli 2019 mencapai USD 15,45 miliar

oleh Liputan6.com diperbarui 15 Agu 2019, 12:30 WIB
Diterbitkan 15 Agu 2019, 12:30 WIB
Pertumbuhan Ekspor Kuartal III 2018 Menurun
Kapal mengangkut peti kemas dari JICT, Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (6/11). Berdasarkan data BPS, pertumbuhan ekspor kuartal III/2018 mencapai 7,7 persen, berbanding jauh dengan kuartal III/2017 sebesar 17,26 persen. (Merdeka.com/ Iqbal S. Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekspor Indonesia pada Juli 2019 mencapai USD 15,45 miliar. Nilai ekspor tersebut naik sebesar 31,02 persen dibandingkan Juni 2019 namun turun sekitar 5,12 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

"Nilai ekspor kita adalah sebesar USD 15,45 miliar. Kalau kita bandingkan dengan posisi pada bulan Juni 2019 bulan yang lalu bisa dilihat bahwa kenaikannya signifikan naik sebesar 31,02 persen," ujar Kepala BPS Suhariyanto di Kantornya, Jakarta, Kamis (15/8/2019).

Suhariyanto mengatakan, sektor nonmigas menyumbang sekitar USD 13,84 miliar sedangkan sektor migas menyumbang sekitar USD 1,61 miliar. Kenaikan ekspor bulan Juli salah satunya disebabkan oleh masa kerja industri yang sudah mulai normal pasca adanya libur panjang Ramadan.

"Kita bisa memahami kenapa kenaikannya sangat signifikan karena pada bulan Juni itu merupakan Ramadan dan kita mempunyai libur panjang cuti bersama. Sampai dengan tanggal 9 sehingga hampir sepertiga hari kerja di bulan Juni itu hilang, yang sekarang situasinya kembali normal sehingga kenaikan nya jadi kenaikan ekspor Juli sebesar 31,02 persen," jelasnya.

Ekspor Indonesia, BPS mencatat masih dipengaruhi oleh berbagai situasi global termasuk perundingan perang dagang antara china dan Amerika Serikat. Perang dagang tidak hanya memperngaruhi ekspor Indonesia tetapi juga negara negara lain di dunia.

"Jadi perlambatan ekonomi masih terjadi, perang dagang Amerika China juga masih terjadi. Sudah ada perundingan-perundingan yang memberikan harapan tetapi masih belum ada kesepakatan di sisi lain harga-harga komoditas masih fluktuatif sekali," tandasnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Neraca Dagang Indonesia Defisit USD 63,5 Juta di Juli 2019

20161025-Bea-Cukai-Kembangkan-ISRM-untuk-Pangkas-Dwelling-Time-Jakarta-IA
Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (25/10). Kebijakan ISRM diharapkan dapat meningkatkan efisiensi pelayanan dan efektifitas pengawasan dalam proses ekspor-impor. (Liputan6.com/Immaniel Antonius)

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia pada Juli 2019 defisit sebesar USD 63,5 juta. Defisit tersebut disumbang oleh defisit sektor migas sebesar USD 142,4 juta sedangkan sektor nonmigas surplus USD 78,9 juta.

"Dengan ekspor sebesar USD 15,45 miliar dan impor USD 15,51 miliar, maka defisit sekitar USD 0,06 miliar atau USD 63,5 juta," ujar Kepala BPS Suhariyanto di Kantor Pusat BPS, Jakarta, Kamis (15/8/2019).

Suhariyanto mengatakan, sepanjang Januari hingga Juli neraca perdagangan Indonesia mengalami defisit sebesar USD 1,9 miliar. Sementara jika dibandingkan tahun lalu defisit menurun karena tahun lalu defisit necara perdagangan Indonesia lebih besar sekitar USD 3,2 miliar.

"Kalau dibandingkan dengan defisit Januari sampai Juli ini masih mengecil jika dibandingkan dengan 2018 menipis dibanding tahun lalu penyebab utamanya hasil minyak dan minyak mentah," jelas Kepala BPS.

 


Masih Surplus dengan AS

Pertumbuhan Ekspor Kuartal III 2018 Menurun
Sebuah Perahu nelayan melintas di dekat kapal yang mengangkut peti kemas di Jakarta International Container Terminal (JICT), Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (6/11). (Merdeka.com/ Iqbal S. Nugroho)

Adapun neraca perdagangan Indonesia masih surplus terhadap Amerika Serikat sebesar USD 5,1 miliar serta kepada India dan juga belanda. Untuk Tiongkok neraca perdagangan Indonesia defisit cukup besar sekitar 11,05 miliar.

"Neraca perdagangan non migas indo masih suprlus ke berbagai negara terhadap AS masih tinggi 5,1 miliar semoga ini tidak diperhatikan Presidennya. Kemudian juga India dan Belanda. Ada juga negara neraca perdagangan kita defisit seperti Australia, Thailand. Tiongkok jadi lebih dalam sekali USD 11,05 miliar dari tahun lalu USD 10,33 miliar," tandasnya.

Reporter: Anggun P. Situmorang

Sumber: Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya