Liputan6.com, Jakarta - Penyaluran kompensasi dampak tumpahan minyak dari Pertamina Hulu Energi (PHE) ke masyarakat molor dari target. Hal ini disebabkan pendataan penerima yang belum selesai.
Ketua Tim I Dampak Pengendalian Eksternal Pertamina Rifky Effendi mengakui, penyaluran kompensasi molor dari yang direncanakan pada pekan lalu. Namun pihaknya akan melakukan percepatan agar kompensasi segera dilakukan, dengan kesiapan saat ini sudah 90 persen.
"Kami minta maaf harus mundur, tim kami sudah kerja siang dan malam. Bisa dikatakan 90 persen siap," kata Rifky, di Kantor PHE Jakarta, Senin (26/8/2019).
Advertisement
Menurutnya, penyaluran kompensasi molor dari target karena wilayah yang terdampak luas berada 7 kabupaten kota, sehingga perlu melakukan pencocokan data dan identitas calon penerima, hal ini untuk memastikan penyaluran kompensasi tepat sasari,
Baca Juga
"kita perlu mendetailkan by name dan by addres ini kan sebuah proses ini membuat kemuduran," tuturnya.
Agar kompensasi tumpahan minyak yang diterima para korban yang terdampak sesuai dengan besaran yang ditetap penyalurannya dilakukan secara nontunai, sehingga perlu dibuatkan rekening bank. Hal ini juga menjadi salah satu penyebab penyaluran kompensasi molor.
"Ini juga perlu proses. Teman-teman Himbara (Himpunan Bank Negara) perlu waktu bukan karena mengingkari janji," jelasnya.
Dia mengungkapkan, untuk menghitung besaran kompensasi, Pertamina akan mengacu sesuai Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 7 Tahun 2014.
Dia memastikan, besaran kompensasi berbeda sesuai dengan profesi penerima. Selain kompensasi Pertamina juga akan mengganti rugi peralatan nelayan yang rusak akibat tumpahan minyak.
"Berapa persen bantuan permen LHK 7 2014 ini semua sudah dihitung tentu nelayan, buruh ABK tentu semua berbeda, juga pengantian alat,kami juga bantuan sembako ini butuh kordinasi," tandasnya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Pertamina Libatkan Pekerja Asing Buat Tangkap Tumpahan Minyak
PT Pertamina Hulu energi mengakui melibatkan Tenaga Kerja Asing (TKA) dalam penanganan tumpahan minyak di Pantai Utara Jawa, akibat kebocoran gas di Sumur YYA-1 Blok North West Java (ONWJ).
Insident Commander Proyek YYA-1 Taufik Adityawarman mengatakan, berbagai cara ditempuh Pertamina untuk mempercepat penanganan tumpahan minyak. Salah satunya adalah menggunakan tenaga kerja asing.
"Sebagaimana pernah kita sampaikan bahwa segala daya upaya kita akan kerahkan untuk bisa percepat proses spill combating atau recovery. Adanya resource luar negeri benar ada," kata Taufik, di Kantor PHE ONWJ, Jakarta, Senin (26/8/2019).
BACA JUGA
Menurut Taufik, tenaga kerja asing dilibatkan karena sumber daya manusia dalam negeri sudah tidak tersedia untuk menanganinya, hal ini sudah dilaporkan ke Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas).
"Kita komunikasikan di SKK Migas dan Hubla, kita mendapatkan kalau saya tidak bisa bilang izin tapi upaya yang kita buat," tuturnya.
Taufik mengungkapkan, tangkapan minyak diusahakan semakin dipercepat, saat ini tangkapan minyak semakin bertambah. "Saya dengan tim bahwa apapun yang kita bisa lakukan percepat spill combating. Alhamdulillah semakin ke sini kita bisa recover offshore crude makin banyak," tandasnya.
Advertisement