Jurus Pemkot Surabaya Ciptakan Startup Baru di Era Digital

Pemkot Surabaya membuat program inovasi CAngKrukan entrepreneur MUda Surabaya (CAK eMus) yang telah melahirkan sebanyak 77 startup berstatus residen.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 29 Agu 2019, 10:38 WIB
Diterbitkan 29 Agu 2019, 10:38 WIB
(Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini (Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya melaporkan, inovasi CAngKrukan entrepreneur MUda Surabaya (CAK eMus) yang mereka rintis telah berhasil melahirkan sebanyak 77 bisnis rintisan (startup) berstatus residen. Selain itu, jumlah visitor (non-residen) per hari rata-rata mencapai 253 orang.

Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengatakan, inovasi tersebut memiliki co-working space bernama Koridor untuk membuka lapangan pekerjaan bagi mereka yang selalu bersentuhan dengan dunia digital.

"Ini bisa lahirkan wiraswasta baru, dimana ruang sudah bukan jadi batasan lagi. Semua bisa ditempuh dengan menggunakan industri 4.0," ujar dia dalam sebuah keterangan tertulis, Kamis (29/8/2019).

Wanita yang akrab disapa Risma itu menyampaikan, CAK eMus juga mengisi Koridor dengan berbagai event, workshop, dan seminar bagi para entrepreneur secara gratis. Memanfaatkan mal milik Pemkot Surabaya, lanjutnya, Cak eMus menyediakan fasilitas internet lengkap, suasana nyaman, serta atmosfer kreatif yang kondusif bagi para pemuda untuk bisa bertukar pikiran.

Dengan susana seperti itu, sambungnya, mereka bisa berkarya secara optimal dengan perangkat komputer dan akses internet yang sudah disiapkan. Ruang bagi para entrepreneur milenial ini disebutnya telah banyak mencetak usaha baru berbasis digital.

"Sekarang hasilnya alhamdulillah luar biasa. Terus terang di luar bayangan saya, mereka sekarang sudah bisa bergerak, bahkan bisa mengelola uang sampai Rp 1 triliun," ungkap Risma.

Sejak diresmikan November 2017 lalu, CAK eMus memang dibuat untuk memiliki area co-working yang nyaman, bebas biaya, secara lokasi strategis, serta memungkinkan wirausaha muda mendapatkan partner kerja yang kompeten.

Risma meneruskan, lahirnya inovasi itu didasarkan pada maraknya pencari kerja dan pesatnya perkembangan teknologi komunikasi informasi di Kota Surabaya. Dia berharap, CAK eMus bisa menciptakan lapangan kerja baru, terutama yang berhubungan dengan era revolusi industri 4.0.

"Harapan saya mungkin ini bisa untuk anak-anak Surabaya yang lain untuk bisa jadi wiraswasta baru," tutup Risma.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Menteri PANRB Dorong Kegiatan Wirausaha di Lingkungan Masji

Gandeng UI, Kementerian PANRB Lakukan Reformasi Birokrasi
(Foto: dok Humas MenpanRB)

Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB) Syafruddin coba memotivasi pemuda muslim di Indonesia untuk dapat menggerakan ekonomi dengan menjadi entrepreneur atau wirausahawan, terutama di lingkungan masjid.

‘"Alangkah baiknya jika dimulai dengan entrepreneur yang mengembangkan ekonomi umat di seluruh masjid di Indonesia," imbau Syafruddin dalam sebuah keterangan tertulis, Minggu (19/5/2019).

Pria yang juga berlaku sebagai Wakil Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia (DMI) ini juga mengatakan, masjid telah difungsikan untuk berbagai macam kegiatan sejak zaman Rasulullah SAW. Mulai dari berdakwah, memutuskan keputusan strategis pemerintah, termasuk perputaran roda ekonomi. 

"Indonesia yang memiliki sekitar 800 ribu masjid dapat memanfaatkan kesempatan ini apabila dikelola dengan baik dan dapat menjadi kesempatan baik bagi pemuda Islam untuk belajar mengelola usaha," ujar dia.

Menurutnya, salah satu manfaat dari pengembangan kegiatan wirausaha di wilayah masjid tak lain untuk menyongsong kebangkitan Islam yang saat ini sedang berkembang dengan pesat. Dengan begitu, gerakan ini dapat menjadi pedoman dalam menyongsong kebangkitan Islam dan dapat bermanfaat bagi kemaslahatan umat.

Mantan Wakapolri ini juga kembali mengingatkan para pemuda agar fokus terlebih dahulu dalam mengembangkan aspek wirausaha dan jangan terjun terlebih dahulu ke dalam dunia politik.

"Walaupun tidak dilarang dalam ajaran Islam untuk berpolitik, tetapi pengalaman di dalam dunia entrepreneur dapat menjadi bekal yang bermanfaat bagi yang ingin terjun ke dalam dunia politik nantinya," tutur dia.  

Sambut Indonesia Emas 2045, Pemerintah Fokus ke Sektor SDM

Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB) Syafruddin. (Dok Kementerian PANRB)
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB) Syafruddin. (Dok Kementerian PANRB)

Dalam kesempatan lain, Menpan RB Syafruddin mengatakan fokus pemerintah ke depan adalah membangun Sumber Daya Manusia (SDM). Tentu saja ini tidak terlepas untuk dapat menapaki Indonesia emas di tahun 2045.

"Prioritas pemerintah pada tahun mendatang pada pembangunan SDM yang tangguh, berdaya saing, dan berkeativitas tinggi, sehingga mampu bersaing di tingkat internasional, tidak tertinggal oleh disrupsi teknologi, tidak luntur oleh globalisasi, bahkan mendorong pertumbuhan negara," katanya saat menghadiri peringatan perayaan Hari Raya Waisak di Wihara Ekayana Arama, Jakarta Barat, Minggu (19/5/2019). 

Syafruddin mengatakan terlepas dari itu semua Indonesia tengah dihadapkan dan segera menyongsong fase bonus demografi beberapa tahun ke depan. Ini menjadi tantangan apakah siap lepas landas menuju negara maju atau justru sebaliknya, tertimpa bencana demografi yang bisa terjadi jika kualitas SDM tak disiapkan.

Bonus demografi merupakan kondisi di mana populasi usia produktif lebih banyak dari usia nonproduktif. Indonesia sendiri diprediksi mengalami puncak bonus demografi pada 2030.

"Banyak prediksi Indoinesia mampu menduduki posisi negara terbesar kelima di dunia, melihat peluang bonus demografi 67 persen generasi usia produktif. Kita yakin masyarakat Indonesia akan sejahtera. Tentu tergantung kepada kita semua," katanya.

Untuk dapat memasuki ke fase tersebut, tentu saja tidak mudah. Sebab, kata dia keterlibatan seluruh pemangku kepentingan baik pemerintah maupun yang lainnya harus turut andil dalam membangun SDM yang mampuni.

"Usaha ini harus dilakukan bersama-sama, tidak bisa parsial, tidak bisa ego sektoral, bukan dengan primordialisme sempit, bukan dengan chauvinisme yang negatif. Sebaliknya butuh modal persatuan, wawasan kebangsaan, jiwa nasionalisme dalam membangun paradigma perilaku sosial yang konstruktif," jelasnya. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya