Punya Banyak Unicorn, Apa Untungnya ke Ekonomi Indonesia?

Indonesia saat ini menjadi salah satu negara paling banyak menghasilkan unicorn di kawasan

oleh Bawono Yadika diperbarui 15 Okt 2019, 13:30 WIB
Diterbitkan 15 Okt 2019, 13:30 WIB
Banner Infografis 4 Unicorn di Indonesia
Banner Infografis 4 Unicorn di Indonesia. (Liputan6.com/Abdillah)

Liputan6.com, Jakarta - Perkembangan ekonomi digital Indonesia yang cepat menumbuhkan iklim bagi perusahaan digital di tanah air yang kian subur.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati bahkan menyebutkan pertumbuhan ekonomi digital RI merupakan salah satu yang tercepat di dunia.

Di tanah air, banyak perusahaan digital yang telah lebih dulu menyandang status unicorn (valuasi di atas Rp14 triliun atau USD1 miliar). Itu seperti Gojek, Tokopedia, Traveloka, dan Bukalapak.

Selain mereka, baru-baru ini OVO juga resmi menjadi startup anak bangsa yang berhasil menggaet label unicorn (startup unicorn).

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira menyebutkan, belum ada riset khusus yang menjabarkan kontribusi unicorn ke perekonomian Indonesia.

Tetapi, satu yang jelas, dari sisi ketenagakerjaan, sumbangsih perusahaan unicorn sangat besar dan tak dapat dielakan.

"Dari sisi ketenagakerjaan dampaknya pun cukup besar. Jumlah pengemudi Ojek Online tembus 2 juta orang dan puluhan juta lainnya bekerja di sektor e-commerce baik sebagai produsen atau distributor," tuturnya kepada Liputan6.com, Selasa (15/10/2019).

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Hambatan Investasi di Indonesia

Penerapan Growth Mindset dalam Menghadapi Revolusi Industri 4.0 ala Tokopedia
Senior Software Engineer (Fintech-Investment and Insurance), Tokopedia, Antonius.

Lantas, apa yang menghambat sejumlah unicorn ini tak mau menjadi perusahaan terbuka atau mencatatkan sahamnya di pasar modal?

Dengan saham yang ditawarkan terlalu besar, melantainya decacorn RI dikhawatirkan akan sulit diserap sahamnya oleh investor domestik.

Karenanya, Bhima menilai, decacorn Indonesia akan lebih melirik bursa saham luar ketimbang harus IPO di dalam negeri.

"Kedua, pendalaman pasar keuangan di Indonesia dangkal. Kalaupun mereka IPO akan dilakukan di bursa New York atau di singapura," tegasnya.

 


Menunda IPO

Gojek
Logo baru Gojek (Foto: Andina Librianty/Liputan6.com)

Di sisi lain, Ekonom Centre of Reform on Economics (CORE) Piter Abdullah mengatakan sejumlah decacorn cenderung menunda untuk IPO karena telah memperoleh pendanaan langsung dari investor.

"Banyak startup yang belum mau listing karena mereka masih memiliki opsi mendapatkan pendanaan langsung dari investor. Tentunya pilihan ini lebih sederhana tanpa persiapan yg terlalu kompleks," kata dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya