Ekonomi Digital Jadi Senjata Tarik Investor Asing ke Indonesia

Tumbuhnya ekonomi digital di Indonesia bisa menjadi peluang tersendiri bagi investor untuk menanamkan modalnya ke Indonesia

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 13 Okt 2019, 11:00 WIB
Diterbitkan 13 Okt 2019, 11:00 WIB
Ilustrasi Fintech
Ilustrasi Fintech. Dok: edgeverve.com

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara turut senang dengan perkembangan ekonomi digital di Tanah Air saat ini. Menurutnya, hal tersebut bisa menjadi senjata guna memancing investor asing agar mau menanamkan modalnya di Indonesia.

Dia menyampaikan, laporan menunjukan bahwa ekonomi digital Indonesia setiap tahunnya terus upgrade. Itu turut mendongkrak keyakinan dari para investor, baik lokal maupun internasional, untuk mau berinvestasi di pasar dalam negeri di tengah situasi perekonomian global yang tidak menentu.

"Ini penting. Kenapa? Ekonomi Indonesia ini dan dunia secara umum itu mulai kontraksi. Karena pertumbuhannya diproyeksikan tidak mencapai sesuai yang diharapkan dari semula," seru dia di Jakarta, seperti dikutip Minggu (13/10/2019).

"Justru ekonomi digital yang kita dorong untuk kemudahan investasi. Confidence dari investor internasional terutama itu meningkat di ekonomi digital. Despite kita secara ekonomi keseluruhan masuk ke era kontraksi," sambungnya.

Rudiantara juga turut senang dengan pencapaian 5 startup lokal yang kini telah berstatus sebagai unicorn, yakni Tokopedia, Traveloka, Bukalapak, Ovo, dan Gojek.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Ada 1 Unicorn Lagi

ecommerce-01
Tren eCommerce

Dia lantas berharap, bakal ada perusahaan startup lainnya yang memiliki nilai valuasi diatas USD 1 miliar pada akhir tahun nanti.

"Artinya proyeksi yang dibuat dulu oleh pemerintah beserta teman-teman ekosistem untuk 5 unicorn Alhamdulillah sudah tercapai. Harapannya akhir tahun nambah lagi. Bahkan bonusnya sudah ada decacorn satu (Gojek)," ujar dia.

Keberhasilan lima perusahaan itu disebutnya terbantu oleh peran serta investor, yang menilai pasar persaingan startup di Indonesia berjalan kondusif serta punya potensi besar.

"Mereka merasa bahwa ekosistemnya sangat kondusif, sangat menunjang. Kemudian juga kompetisinya bagus. Pasar Indonesia dengan 270 juta masyarakat tidak bisa dilayani sepenuhnya hanya oleh segelintir atau sedikit sistem pembayaran yang ada sekarang," tuturnya.

Pertumbuhan Ekonomi Digital Indonesia Tertinggi di ASEAN

Fintech
Ilustrasi fintech. Dok: sbs.ox.ac.uk

Indonesia terpantau menjadi lokasi yang seksi bagi pertumbuhan ekonomi digital. Berdasarkan laporan Temasek, ekonomi digital Indonesia tahun ini mencetak USD 40 miliar atau Rp 556,6 triliun (USD 1 = Rp 14.166).

Angka pertumbuhan ekonomi digital merupakan yang tertinggi di Asia Tenggara tahun ini, mengalahkan Thailand (USD 16 miliar), Singapura (USD 12 miliar), Vietnam (Rp 12 miliar), Malaysia (USD 11 miliar), dan Filipina (USD 7 miliar).

Pada tahun 2025, ekonomi digital Indonesia pun akan terus meroket hingga USD 133 miliar. Angka itu jauh di atas runner-up di ASEAN, yakni Thailand dengan ekonomi digital sebesar USD 50 miliar di tahun 2025.

"Kami melihat banyak potensi dalam ekonomi digital Indonesia. Populasi anak muda digital native yang sangat aktif menjadi faktor kunci dalam perkembangan ekonomi mereka," ujar Rohit Sipahimalani, Joint Head, Investment Group, Temasek di Google Indonesia, Jakarta, Senin (7/10/2019).

Pertumbuhan sektor ekonomi digital Indonesia ditopang oleh e-commerce yang dalam empat tahun tumbuh 12,3 kali lipat menjadi USD 21 miliar. Pada tahun 2025 pertumbuhannya bisa mencapai USD 82 miliar.

Pertumbuhan pesat juga ada di sektor ride-hailing yang pada tahun 2015 nilainya masih USD 900 juta tetapi tahun ini mencapai USD 6 miliar. Pada tahun 2025 diprediksi akan menjadi USD 18 miliar.

"E-commerce dan ride-hailing terutama memberikan daya yang kuat, ditambah dengan adanya kompetisi antara pemain Indonesia dan regional. Semua sektor juga mendapat untung dari tumbuhnya adopsi pembayaran digital," tulis laporan e-Conomy SEA 2019 yang disusun Google, Temasek, dan Bain & Company.

Pertumbuhan signifikan lain adalah online travel yang tumbuh dua kali lipat pada empat tahun terakhir menjadi USD 10 miliar. Online travel juga diprediksi tumbuh 2,5 kali lipat menjadi USD 25 miliar.

Online media di Indonesia juga akan makin kuat, yakni mencakup iklan digital, game, serta langganan musik dan video. Tahun ini online media tumbuh menjadi USD 10 miliar dan akan makin kuat menjadi USD 25 miliar pada tahun 2025.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya