Liputan6.com, Jakarta Budaya pembayaran tunai dalam proses transaksi sehari-hari kini telah bergeser menjadi budaya nontunai (cashless). Hal ini juga terlihat dari terus tumbuhnya transaksi nontunai yang dilakukan masyarakat.
Bank Indonesia (BI) mencatat pertumbuhan pembayaran nontunai sebesar 5,71 persen per Agustus 2019.
Advertisement
Baca Juga
"Kelancaran sistem pembayaran tetap terjaga baik tunai maupun nontunai," ujar Gubernur BI Perry Warjiyo, di Gedung BI, Jakarta, Kamis (24/10/2019).
Dia menuturkan, pertumbuhan Uang Tunai Yang Diedarkan (UYD) pada September 2019 tercatat 4,57 persen (yoy),
Transaksi pembayaran nontunai tersebut menggunakan ATM-Debit, Kartu Kredit, dan Uang Elektronik (UE) posisi Agustus 2019 tumbuh 5,71 persen yang didominasi instrumen ATM-Debit dengan pangsa 93,78 persen.
"Pertumbuhan transaksi UE Agustus 2019 tetap tinggi mencapai 230,25 persen (yoy) sejalan dengan preferensi masyarakat terhadap penggunaan uang digital yang terus menguat," ujarnya.
Pertumbuhan ini juga didorong oleh adanya integrasi UE dalam ekosistem digital yang meluas.
Ke depannya, Bank Sentral dikatakan akan terus meningkatkan kelancaran Sistem Pembayaran dalam mendukung pengembangan ekonomi dan keuangan digital.
Bank Indonesia juga mendorong percepatan dan perluasan program elektronifikasi khususnya untuk transaksi Pemerintah Daerah dan mendorong transformasi digital di sektor keuangan dengan berbagai inisiatif," tutupnya.
Reporter: Yayu Agustini Rahayu
Sumber: Merdeka.com
BI: Rupiah Menguat 1,18 Persen Selama Oktober 2019
Bank Indonesia (BI) mencatat nilai tukar rupiah mengalami apresisi atau menguat terhadap dolar Amerika Serikat (USD). Sepanjang Oktober 2019, rupiah mengalami apresiasi sebesar 1,18 persen.
Gubernur BI, Perry Warjiyo menyebutkan penguatan rupiah tersebut sejalan dengan kinerja Neraca Pembayaran Indonesia yang tetap baik.
"Pada Oktober 2019, rupiah mencatat apresiasi 1,18 persen secara point to point dibandingkan dengan level akhir September 2019," kata dia, di Gedung BI, Jakarta, Kamis (24/10).
Baca Juga
Sementara itu, sejak awal tahun 2019 atau year to date (ytd) rupiah tercatat telah menguat sebesar 2,50 persen.
Perry menjelaskan penguatan Rupiah didukung oleh aliran masuk modal asing yang tetap berlanjut dan bekerjanya mekanisme permintaan dan pasokan valas (valuta asing) dari para pelaku usaha.
Selain itu, ketidakpastian pasar keuangan global yang sedikit menurun turut memberikan sentimen positif terhadap rupiah.
"Ke depan, Bank Indonesia memandang nilai tukar rupiah tetap stabil sesuai dengan fundamentalnya dan mekanisme pasar yang terjaga," ujarnya.
Optimisme tersebut ditopang oleh prospek aliran masuk modal asing ke Indonesia yang tetap terjaga seiring dengan prospek ekonomi domestik yang baik dan imbal hasil yang menarik, serta dampak positif kebijakan moneter longgar di negara maju.
"Untuk mendukung efektivitas kebijakan nilai tukar dan memperkuat pembiayaan domestik, Bank Indonesia terus mengakselerasi pendalaman pasar keuangan, baik pasar uang maupun pasar valas," tutupnya.
Â
Reporter:Â Yayu Agustini Rahayu
Sumber: Merdeka.com
Advertisement