Presiden China Xi Jinping Minta Warganya Kembali Bekerja

Sejak akhir Januari, negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia itu telah menutup pabrik, bisnis dan sekolah sebagai upaya untuk membatasi penyebaran virus Corona.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 24 Feb 2020, 20:31 WIB
Diterbitkan 24 Feb 2020, 20:31 WIB
Situasi Wuhan Saat Diisolasi Akibat Virus Corona
Polisi menggunakan termometer digital untuk mengukur suhu pengemudi mobil di sebuah pos pemeriksaan gerbang tol di Wuhan, Provinsi Hubei, China, Kamis (23/1/2020). Pemerintah China mengisolasi Kota Wuhan yang berpenduduk sekitar 11 juta jiwa untuk menahan penyebaran virus corona. (Chinatopix via AP)

Liputan6.com, Jakarta Presiden China Xi Jinpingmeminta kepada warganya untuk kembali bekerja. Seruan tersebut dikeluarkan saat negara terus berjuang dengan wabah virus Corona.

“Ini adalah krisis sekaligus ujian besar bagi kami,” kata Xi Jinping seperti dikutip dari CNBC, Senin (24/2/2020).

Xi Jinping mengatakan, pemerintah China terus berupaya untuk kesembuhan warga yang terjangkit Corona, mengurangi angka kematian, menjaga stabilitas sosial, dan memperkuat pasokan medis China dan kebutuhan sehari-hari.

Sejak akhir Januari, negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia itu telah menutup pabrik, bisnis dan sekolah sebagai upaya untuk membatasi penyebaran virus Corona, yang telah menewaskan hampir 2.600 jiwa.

Xi Jinping juga mengungkapkan dampak epidemi pada pembangunan ekonomi dan sosial China bersifat sementara dan umumnya dapat dikelola, namun hal tersebut tetap akan memukul perekonomian China secara signifikan dalam jangka pendek.

Dalam pidatonya, Xi Jinping membuat seruan agar bisnis kembali berjalan dan menekankan pada kelanjutan yang tertib, dengan masing-masing daerah mengadopsi “pendekatan yang tepat” berdasarkan risiko kesehatan setempat.

Pejabat Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional China mengatakan pada hari Senin (24/02/2020), bahwa dampak virus corona terhadap ekonomi cukup besar dan dampaknya terhadap lapangan kerja juga tidak kecil.

China juga akan meluncurkan kebijakan fiskal dan moneter proaktif, serta langkah-langkah yang ditargetkan untuk dapat membantu perusahaan.

People’s Bank of China mengatakan Jumat (21/02/2020) lalu, bahwa pihaknya dapat menyesuaikan suku bunga deposito acuan, hal tersebut tidak lain adalah sebagai upaya untuk mendukung perekonomian China.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Gara-gara Virus Corona, China Kehilangan Rp 2.685 Triliun dalam 2 Bulan

Orang-orang berjalan melewati Stasiun Kereta Api Hankou yang ditutup di Wuhan, Provinsi Hubei, China, Kamis (23/1/2020). Pemerintah China mengisolasi Kota Wuhan yang berpenduduk sekitar 11 juta jiwa untuk menahan penyebaran virus corona.
Orang-orang berjalan melewati Stasiun Kereta Api Hankou yang ditutup di Wuhan, Provinsi Hubei, China, Kamis (23/1/2020). Pemerintah China mengisolasi Kota Wuhan yang berpenduduk sekitar 11 juta jiwa untuk menahan penyebaran virus corona. (Chinatopix via AP)

Covid-19 atau Virus Corona membuat China kehilangan lebih dari 1,3 triliun yuan (USD 196 miliar setara Rp 2.685 triliun) dalam dua bulan pertama 2020. Kondisi ini akibat penurunan besar pada sektor konsumsi dan pariwisata, menurut mantan Eksekutif Senior IMF.

Melansir South China Morning Post, Senin (24/2/2020), Deputi Managing Director IMF periode 2011 sampai 2016, Zhu Min, mengatakan Covid-19 membuat industri pariwisata kehilangan sekitar 900 miliar yuan (USD 128 miliar setara Rp 1.753 triliun) pada bulan Januari dan Februari dibandingkan dengan tahun lalu. 

Sementara pengeluaran konsumen pada makanan dan minuman turun sekitar 420 miliar yuan (USD 59,7 miliar setara Rp 817,8 triliun.

Dari sinilah, total kehilangan China dari sisi ekonomi imbas Virus Corona selama dua bulan diprediksi mencapai 1,3 triliun yuan atau setara Rp 2.685 triliun.

Berdasarkan angka dari Biro Statistik Nasional China, nilai tersebut mewakili sekitar 3,3 persen dari total penjualan retail negara Tirai Bambu sepanjang 2019.

Meski belanja online terutama untuk layanan pendidikan dan masih bisa mengimbangi kerugian tersebut. 

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya