BI Sebut Virus Corona Gagalkan Pemulihan Ekonomi Global

Kesepakatan tahap 1 perundingan perdagangan Amerika Serikat-Tiongkok sempat menurunkan ketidakpastian global

oleh Liputan6.com diperbarui 20 Feb 2020, 17:15 WIB
Diterbitkan 20 Feb 2020, 17:15 WIB
BI Kembali Pertahankan Suku Bunga Acuan di 5 Persen
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo (tengah) menyampaikan hasil Rapat Dewan Gubernur (RGD) Bank Indonesia di Jakarta, Kamis (19/12/2019). RDG tersebut, BI memutuskan untuk tetap mempertahankan suku bunga acuan 7 Days Reverse Repo Rate (7DRRR) sebesar 5 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Kesepakatan tahap 1 perundingan perdagangan Amerika Serikat-Tiongkok sempat menurunkan ketidakpastian global. Begitu juga dengan peningkatkan optimisme pelaku ekonomi terhadap prospek pemulihan ekonomi global.

Sejumlah indikator dini ekonomi global seperti keyakinan pelaku ekonomi, Purchasing Manager Index (PMI) dan pesanan ekspor menunjukan perbaikan pada Desember 2019-Januari 2020.

Sayangnya optimisme berubah setelah terjadinya Covid-19 atau merebaknya virus corona di Wuhan, China. Akibatnya, diprakirakan terjadi penekanan perekonomian di China yang berdampak pada keberlanjutan pemulihan ekonomi global.

"Setidaknya ini terjadi pada triwulan I tahun 2020," kata Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, di Gedung Bank Indonesia, Jakarta, Kamis (20/1/2020).

Bank Indonesia lantas menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global tahun 2020. Semula diproyeksikan akan tumbuh 3,1 persen menjadi 3,0 persen. Kemudian meningkat menjadi 3,4 persen dari prakiraan semula 3,2 persen pada tahun 2021.

Di pasar keuangan global, terjadinya Covid-19 telah meningkatkan risiko. Sehingga mendorong penyesuaian aliran dana global dari negara berkembang kepada aset keuangan dan komoditas yang dianggap aman. Terjadi pula pekanan kepada mata uang negara berkembang.

 

Dampak Virus Corona Terus Dipantau

BI Kembali Pertahankan Suku Bunga Acuan di 5 Persen
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo bersiap menyampaikan hasil Rapat Dewan Gubernur (RGD) Bank Indonesia di Jakarta, Kamis (19/12/2019). RDG tersebut, BI memutuskan untuk tetap mempertahankan suku bunga acuan 7 Days Reverse Repo Rate (7DRRR) sebesar 5 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Ke depan, upaya penanggulangan Covid-19 perlu terus dicermati karena dapat memengaruhi prospek pertumbuhan ekonomi, volume perdagangan, dan harga komoditas dunia, serta pergerakan aliran modal ke negara berkembang, termasuk Indonesia.

Dampak dari virus corona di Indonesia harus diantisipasi dengan mendorong pertumbuhan ekonomi. Sehingga tetap bertahan ditengah tertundanya prospek pemulihan perekonomian dunia.

Bank Indonesia memprakirakan pertumbuhan ekonomi 2020 akan lebih rendah. Berkisar di angka yaitu menjadi 5,0 persen- 5,4 persen. Semula prakiraan Bank Indonesia 5,1 persen - 5,5 persen, dan kemudian meningkat pada tahun 2021 menjadi 5,2 persen - 5,6 persen.

"Revisi prakiraan ini terutama karena pengaruh jangka pendek tertahannya prospek pemulihan ekonomi dunia pasca meluasnya Covid-19," kata Perry menjelaskan.

Virus corona hingga kini memengaruhi perekonomian Indonesia di berbagai sektor. Seperti pariwisata, perdagangan, dan investasi.

Untuk itu, Bank Indonesia akan terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan Otoritas terkait. Tujuannya demi memperkuat sumber, struktur, dan kecepatan pertumbuhan ekonomi.

"Termasuk mendorong investasi melalui proyek infrastruktur dan implementasi RUU Cipta Kerja dan Perpajakan," kata Perry.

 

Ekonomi 2019

Target Pertumbuhan Ekonomi
Suasana gedung-gedung bertingkat yang diselimuti asap polusi di Jakarta, Selasa (30/7/2019). Badan Anggaran (Banggar) DPR bersama dengan pemerintah menyetujui target pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di kisaran angka 5,2% pada 2019 atau melesat dari target awal 5,3%. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, pada tahun 2019, pertumbuhan ekonomi berada di angka 5,02 persen. Lebih rendah dari capaian tahun 2018 sebesar 5,17 persen.

Pertumbuhan ekonomi tersebut ditopang permintaan domestik yang terjaga. Sedangkan kinerja ekspor menurun sejalan pengaruh perlambatan permintaan global dan penurunan harga komoditas.

Secara spasial, permintaan domestik yang tetap baik ditopang oleh meningkatnya perdagangan antardaerah seperti di wilayah Sumatera. Selain itu, pertumbuhan ekonomi Kalimantan dan Bali-Nusa Tenggara tetap terjaga didukung oleh perbaikan ekspor komoditas primer.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya