Sri Mulyani Sebut Dampak Virus Corona ke Ekonomi Lebih Besar dari Perang Dagang

Dalam pertemuan G20 hari ini, negara-negara G20 menyampaikan simpati kepada masyarakat dan negara yang terdampak Virus Corona

oleh Athika Rahma diperbarui 23 Feb 2020, 15:50 WIB
Diterbitkan 23 Feb 2020, 15:50 WIB
Pemerintah dan DPR Bahas Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan
Menkeu Sri Mulyani. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyebut jika penyebaran Virus Corona (Covid-19) akan memberikan dampak ekonomi yang lebih besar dibandingkan dengan ketegangan perdagangan global. Itu karena virus asal Wuhan, China itu menghantam berbagai lini ekonomi, baik dari sisi industri, perdagangan, investasi dan pariwisata.

Ini diungkapkan Sri Mulyani dalam akun Facebook resminya, seperti dikutip Minggu (23/2/2020). "Pertumbuhan ekonomi global yang diperkirakan mengalami peningkatan karena perbaikan kondisi keuangan global dan berkurangnya ketegangan perdagangan, dibayangi oleh risiko ketegangan geopolitik, ketidakpastian kebijakan dan Covid-19 (Virus Corona)," tulis dia.

Dia mengungkapkan, dalam pertemuan G20 hari ini, negara-negara G20 menyampaikan simpati kepada masyarakat dan negara yang terdampak Virus Corona, khususnya China. Negara-negara ini juga menyepakati perlunya komitmen global untuk mengatasi dampak Virus Corona, baik dalam pencegahan penyebarannya maupun munculnya virus serupa di masa depan.

Dia menyebut, negara-negara G20 berkomitmen untuk menggunakan semua alat kebijakan guna mencapai pertumbuhan yang kuat, berkelanjutan, seimbang dan inklusif, serta tahan terhadap downsize risk.

Sementara di Indonesia, reformasi struktural juga terus dilanjutkan untuk meningkatkan potensi pertumbuhan. Kebijakan fiskal harus fleksibel dan ramah pertumbuhan, sementara kebijakan moneter harus terus mendukung kegiatan ekonomi dan mampu memastikan stabilitas harga, konsisten dengan mandat bank sentral.

"Perdagangan internasional dan investasi juga harus ditingkatkan karena merupakan mesin penting pertumbuhan, produktivitas, inovasi, penciptaan lapangan kerja dan pembangunan," jelas dia.

Siri Mulyani memastikan jika kebijakan global dalam menangani risiko turunnya ekonomi global juga menjadi perhatian utama Indonesia.

Pemerintah menggunakan berbagai instrumen untuk menjaga daya beli masyarakat antara lain dengan bauran kebijakan ekonomi dan fiskal.

"Kementerian Keuangan mendorong percepatan belanja efektif dan tepat sasaran serta berbagai insentif sebagai stimulus khususnya di sektor pariwisata yang terkena dampak besar dari virus corona," tandas dia.

Tonton Video Ini

BI Sebut Virus Corona Gagalkan Pemulihan Ekonomi Global

Tukar Uang Rusak di Bank Indonesia Gratis, Ini Syaratnya
Karyawan menghitung uang kertas rupiah yang rusak di tempat penukaran uang rusak di Gedung Bank Indonessia, Jakarta. (Merdeka.com/Arie Basuki)

Kesepakatan tahap 1 perundingan perdagangan Amerika Serikat-Tiongkok sempat menurunkan ketidakpastian global. Begitu juga dengan peningkatkan optimisme pelaku ekonomi terhadap prospek pemulihan ekonomi global.

Sejumlah indikator dini ekonomi global seperti keyakinan pelaku ekonomi, Purchasing Manager Index (PMI) dan pesanan ekspor menunjukan perbaikan pada Desember 2019-Januari 2020.

Sayangnya optimisme berubah setelah terjadinya Covid-19 atau merebaknya virus corona di Wuhan, China. Akibatnya, diprakirakan terjadi penekanan perekonomian di China yang berdampak pada keberlanjutan pemulihan ekonomi global.

"Setidaknya ini terjadi pada triwulan I tahun 2020," kata Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, di Gedung Bank Indonesia, Jakarta, Kamis (20/1/2020).

Bank Indonesia lantas menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global tahun 2020. Semula diproyeksikan akan tumbuh 3,1 persen menjadi 3,0 persen. Kemudian meningkat menjadi 3,4 persen dari prakiraan semula 3,2 persen pada tahun 2021.

Di pasar keuangan global, terjadinya Covid-19 telah meningkatkan risiko. Sehingga mendorong penyesuaian aliran dana global dari negara berkembang kepada aset keuangan dan komoditas yang dianggap aman. Terjadi pula pekanan kepada mata uang negara berkembang.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya