Liputan6.com, Jakarta - PT Pertamina Persero terus berusaha menyediakan kebutuhan energi bagi masyarakat. Dan yang paling dibutuhkan setiap hari oleh masyarakat adalah BBM dan gas elpiji.
“Ada dua produk utama yang hari ini sangat atau menjadi kebutuhan wajib bagi masyarakat, yaitu BBM dan elpiji, yang mana dua-duanya dikelola Pertamina. Oleh karena itu, kita ingin mewujudkan program One Village One Outlet, satu desa satu outlet Pertamina,” ujar Direktur Pemasaran Retail Masud Hamid dalam acara Kick Off Petrashop PT Pertamina di Nusa Dua, Bali, Kamis (27/2/2020).
Oleh karena itu, PT Pertamina Persero pun meluncurkan Pertashop. Pertashop merupakan lembaga penyalur Pertamina dengan skala kecil untuk melayani kebutuhan BBM, gas elpiji, dan juga pelumas yang tidak atau belum terlayani oleh lembaga penyalur Pertamina lain.
Advertisement
Baca Juga
Masud menjelaskan, diluncurkannya Pertashop ini agar nantinya bisa dibangun pom bensin yang tidak membutuhkan lahan luas seperi SPBU dan juga bisa menjual produk Pertamina lainnya. Namun, kata dia, tingkat keamanannya sama dengan SPBU.
Karena, Masud menjabarkan, persyaratan pembuatan SPBU itu cukup berat, misalnya saja harus memiliki lahan yang luas dan security atau keamanannya harus pasti.
“Kita pun mencari cara bagaimana, mulai dari lahan 400 sampai 500 meter persegi bisa dibuat. Tapi yang kita jual hanya Pertamax karena saat ini motor-motor teknologi baru pakai pertamax, bensin bagus, sudah RON 92. Dan kita juga butuh investasi yang tidak terlalu besar, ada Rp 300, 400 sampai 500 juta, tidak perlu lahan besar, namun security perangkat sama dengan yang di SPBU," papar Masud.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
3 Jenis Pertashop
Dia menjelaskan, ada tiga jenis Pertashop yang bisa dibangun, yaitu Gold, Platinum, dan Diamond. Ketiganya memiliki persyaratan yang berbeda-beda.
"Kita buka opsi ada 3 jenis. Pertama, Gold, hanya butuh 144 meter persegi, selain taruh perangkat Pertamina juga buat tangki. Kapasitas penyaluran 400 liter perhari dan lokasi dari desa ke SPBU lebih dari 10 kilometer," papar Masud.
Kedua, lanjut dia, Platinum, butuh lahan 200 atau 300 meter persegi, bisa jual BBM, elpiji, dan oli. Kapasitas penyaluran 1.000 liter perhari, memiliki tangki penyimpanan 10 KL, dan lokasinya di kecamatan yang belum memiliki SPBU.
"Pilihan ketiga adalah Diamond. Untuk Diamond, selain menjual produk Pertamina, bisa juga menjual produk-produk retail dan membangun kafe dengan wifi. Kapasitas penyaluran 3.000 liter perhari, memiliki tangki timbun 10 KL, dan berlokasi di kecamatan yang belum terdapat SPBU. Jadi ini semacam modern retail baru, tapi kunci utamanya Pertamina," papar Masud.
Untuk jenis investasinya, Masud menjelaskan, bisa berasal dari desa atau Pertamina. Pada jenis investasi desa, maka seluruh investasi, baik modal sarana dan infrastrukrur maupun modal kerja disiapkan desa. Sehingga, seluruh keuntungan menjadi hak desa sepenuhnya,
Oleh karena itu, Pertamina pun menggandeng Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) agar Petrashop bisa terwujud sampai ke desa-desa sesuai dengan tujuannya.
Dengan begitu, kata Masud, Pertamina mampu menjalankan fungsinya. Pertama, kata dia, Pertamina mampu menjalankan pendistribusian energi hingga ke pelosok desa.
"Kedua melibatkan desa, jadi nantinya desa punya economy driver atau pusat ekonomi baru di samping yang sudah ada," jelas Masud.
Advertisement
Didukung Kemendagri
Sementara itu, Direktur Jenderal Bina Pemerintahan Desa Nata Irawan menuturkan, hingga saat ini, ada 500 desa yang memenuhi syarat bisa dibangun Petrashop. Jumlah itu dari 3.500-an desa yang ada di Indonesia.
"Dari 3.500 desa yang ada, kita verifikasi, ada sekitar 500 desa yang bisa memenuhi syarat dibangun Petrashop. Hal itu dilihat desa-desa tersebut pernah memenangkan lomba-lomba yang diselenggarakan Kemendagri," ucap Nata.
Meski begitu, dia menyebut, sebelum nantinya dibangun Petrashop, pihaknya akan memanggil 144 desa untuk diberikan pelatihan manajemen pemerintahan desa. Tujuannya adalah agar nanti bisa mengelola Petrashop dengan baik.
"Jangan setelah dibangun (Pertashop), jangan nanti enggak ngerti. Kita ingin (Pertashop) ini diolah karena ujungnya bisa menyejahterakan desa tersebut," terang Nata.
Dia juga meminta kepada pemerintah-pemerintah provinsi agar nantinya tidak mempersulit perizinan untuk Petrashop. Karena menurut Nata, sejatinya, Pemerintah Daerah (Pemda) seharusnya memperkuat desa guna mempercepat ekonomi desa.
Senada, Direktur Penataan dan Administrasi Pemerintahan Desa Aferi menegaskan, kerja sama dengan Pertamina ini dalam rangka pengelolaan desa.
"Mewujudkan tata kelola pengelolaan desa, bagaimana pemenuhan energi bisa terwujud di desa. Dengan momen seperti ini kita harus wujudkan. Desa bukan lagi wilayah terisolasi. Desa bisa punya kafe. Apa salahnya desa bisa maju. Desa bukan hanya bertani atau nelayan," ucap Aferi.
Oleh karena itu, ia menegaskan pentingnya sinergitas. Aferi menyebut, pembuatan Petrashop ini juga bisa menggunakan dana desa.
"Oleh karena itu, kita merumuskan regulasinya, tata kelola manajemen desa. Sampai saat ini, kita masih terus mendata desa-desa yang memenuhi syarat dari Pertamina untuk pembuatan Petrashop," pungkas Aferi.