IMF: Dana untuk Lawan Corona Jauh Lebih Besar Dibandingkan Krisis 2008

Kondisi ekonomi global bahkan tidak sepenuhnya pulih hingga akir tahun 2021.

oleh Liputan6.com diperbarui 17 Apr 2020, 15:00 WIB
Diterbitkan 17 Apr 2020, 15:00 WIB
Logo IMF
(Foto: aim.org)

Liputan6.com, Jakarta - Kondisi ekonomi global sangat tertekan setelah berbagai negara memberlakukan aturan lockdown atau karantina wilayah untuk mencegah penyebaran virus corona. Aturan ini membuat seluruh aktivitas ekonomi diberbagai dunia terhenti diawal tahun 2020.

Kepala Ekonom IMF, Gita Gopinath, memprediksi kondisi ekonomi global bahkan tidak sepenuhnya pulih hingga akir tahun 2021. Sebab, pekan ini pertumbuhan ekonomi global diperkirakan hanya 3 persen pada 2020, sebelum melonjak naik 5,8 persen di tahun 2021.

"Kami memperkirakan pemulihan pada 2021 dari pertumbuhan 5,8%, tapi itu adalah pemulihan parsial," kata Gopinath dilansir CNBC, Jumat (17/4).

Menurutnya hal ini disebabkan oleh sifat penyebaran virus covid-19 yang begitu cepat, yakni lebih dari 2 juta orang di dunia terinfeksi virus asal kota Wuhan. Ini menyebabkan berbagai negara meliburkan kegiatan sekolah dan membatasi operasional bisnis.

Untuk itu pemerintah dan bank sentral di seluruh dunia telah mengambil langkah penting untuk membantu kelangsungan hidup rumah tangga dan pelaku bisnis ditengah wabah corona. Namun, dampak ekonomi dari wabah tersebut tetap tidak bisa dihindarkan oleh masyarakat dunia.

Bahkan menurutnya jika dibandingkan dengan krisis global yang terjadi di tahun 2008, dana yang digelontorkan untuk melawan corona jauh lebih besar. IMF menghimpun besarannya hingga mencapai USD 8 triliun secara global, USD 7 triliun disumbang oleh negara anggota G-20.

Gopinath pun mengkhawatirkan permasalahan ekonomi yang dialami oleh negara berkembang, karena dianggap mempunyai kebijakan fiskal yang tidak efektif dan hutang luar negeri akan semakin meningkat jika pandemi covid-19 terus berlanjut.

"Dan saya pikir mereka berada dalam posisi yang lebih sulit," tegasnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


IMF: Separuh Negara di Dunia Meminta Bantuan Pinjaman

Nilai Tukar Rupiah
Aktivitas penukaran uang dolar AS di gerai penukaran mata uang asing PT Ayu Masagung, Jakarta, Kamis (19/3/2020). Nilai tukar Rupiah pada Kamis (19/3) sore ini bergerak melemah menjadi 15.912 per dolar Amerika Serikat, menyentuh level terlemah sejak krisis 1998. (merdeka.com/Imam Buhori)

Separuh negara di dunia diketahui meminta bantuan Dana Moneter Internasional (IMF) terkait pinjaman darurat guna mengatasi krisis keuangan yang dipicu pandemi global Virus Corona.

Ini diungkapkan Kristalina Georgieva, Direktur Pelaksana IMF, mengatakan dalam pertemuan para menteri keuangan G20 dan gubernur bank sentral yang berlangsung Rabu, 16 April 2020.

Seperti melansir laman CNN, Jumat (17/4/2020), dia mengatakan IMF siap untuk menggunakan kapasitas dana pinjamannya yang mencapai USD 1 triliun.

Sejauh ini, 10 negara telah menerima dana darurat, dan setengah dari negara-negara yang tersisa baru bisa menerimanya pada akhir April.

Komentar Georgieva datang setelah lembaga ini mengeluarkan peringatan keras bahwa ekonomi global berada di jalur penurunan terdalam sejak 1930-an. Pemerintah dan pejabat kesehatan harus bekerja sama untuk mencegah hasil yang lebih buruk dari kondisi yang ada.

Dia mengatakan berbagai langkah bisa diambil.  Dia pun mendorong bank sentral untuk menghabiskan banyak upaya yang dibisa, namun dengan memperhatikan perhitungan yang jelas. "Kami tidak ingin akuntabilitas dan transparansi dilupakan dalam krisis ini," kata dia.

Dalam sebuah wawancara dengan CNBC, Georgieva mengakui lembaganya memiliki reputasi memaksakan kondisi sulit pada negara-negara yang mencari dana talangan.

Tetapi kali ini, dia menegaskan jika pihaknya hanya meminta satu hal. "Tolong bayar dokter dan perawat Anda, pastikan sistem kesehatan Anda berfungsi, dan bahwa orang-orang yang rentan dan [responden] pertama dilindungi," tegas dia.

IMF sebelumnya mengatakan GDP global akan berkontraksi sebesar 3 persen pada tahun 2020. Terjadi resesi yang jauh lebih buruk daripada krisis keuangan global tahun 2008.

Kondisi ini 180 derajat berbeda dari perkiraan sebelumnya pada Januari ketika pertumbuhan diprediksi mencapai 3,3 persen tahun ini.

IMF juga meliat adanya risiko resesi meluas hingga 2021 jika pembuat kebijakan gagal mengoordinasikan respons global terhadap virus.    

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya