Penerbitan Global Bond USD 4,3 Miliar Belum Terlalu Membahayakan

Untuk menangani krisis ekonomi akibat wabah Corona Covid-19, pemerintah Indonesia menerbitkan utang senilai USD 4,3 miliar.

oleh Liputan6.com diperbarui 20 Apr 2020, 18:30 WIB
Diterbitkan 20 Apr 2020, 18:30 WIB
Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan, Febrio Kacaribu
Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan, Febrio Kacaribu (Kanan). (Liputan6.com/Fery Pradolo)

Liputan6.com, Jakarta - Untuk menangani krisis ekonomi akibat wabah Corona Covid-19, pemerintah Indonesia menerbitkan utang senilai USD 4,3 miliar. Penerbitan Global bond ini merupakan penerbitan terbesar dalam sejarah Indonesia. 

Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Febrio Kacaribu, mengatakan bahwa dengan adanya penerbitan tersebut, utang Indonesia masih terbilang aman. Sebab jumlahnya masih 30 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Jauh dari batas maksimal utang yakni 60 persen PDB.

"GDP ratio kita masih 30 persen. Kita bukan berada di posisi yang susah banget," kata Febrio dalam diskusi virtual bertajuk 'Macroeconomic Update 2020', Jakarta, Senin, (20/4/2020).

Namun hal ini bukan bermakna pemerintah masih boleh menambah utang luar negeri. Sebab jika kenaikan utang terus terjadi dan cepat dalam kurun waktu 2 tahun, ini bakal menimbulkan resiko yang berat.

"Kita memang dalam kondisinya nyaman, tetapi kita enggak bisa ceroboh dalam menaikkan ini dengan tiba-tiba," kata dia.

Pembayaran utang luar negeri di tengah ekonomi sulit ini memang banyak mengundang pertanyaan tentang cara pembayarannya. Salah satu yang bakal dilakukan mengatasi ini yakni lewat pembiayaan melalui penarikan surat utang dengan prinsip kehati-hatian.

Selain itu juga diperlukan koordinasi antara pemerintah dan para regulator. Koordinasi yang baik bakal menghasilkan kebijakan yang baik.

Pemberian stimulus harus diiringi dengan stabilitas makro ekonomi. Sebab bila ini terganggu, akan berdampak negatif pula. Semisal nilai tukar rupiah tidak stabil dan inflasi jadi tinggi.

"Jadi ini semua harus dilihat dalam konteks lengkap," tuturnya.

Untuk itu antara pemerintah dan regulator harus memiliki langkah yang sama dalam menangani krisis pandemi ini. Sektor lain seperti perbankan juga harus memiliki likuiditas yang terjaga.

Pemberian relaksasi dari bank tidak diartikan sebagai diskon bunga. Pengusaha juga harus ambil bagian menanggung beban yang sama.

"Jadi enggak semua bebannya sama pemerintah," kata dia mengakhiri.

Reporter: Anisyah Al Faqir

Sumber: Merdeka.com

Terbesar dalam Sejarah, Indonesia Terbitkan Global Bonds USD 4,3 Miliar

Sri Mulyani Mencatat, Defisit APBN pada Januari 2019 Capai Rp 45,8 T
Menteri Keuangan Sri Mulyani saat konferensi pers APBN KiTa Edisi Feb 2019 di Jakarta, Rabu (20/2). APBN 2019, penerimaan negara tumbuh 6,2 persen dan belanja negara tumbuh 10,3 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Pemerintah berhasil melakukan transaksi penjualan tiga seri Surat Utang Negara (SUN) atau global bonds dalam denominasi US Dollar (USD Bonds) dengan total nominal sebesar USD4,3 miliar.

Penerbitan Global Bonds kali ini akan digunakan untuk memenuhi pembiayaan APBN secara umum, termasuk biaya untuk upaya penanganan dan pemulihan Covid-19.

Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati menyamapaikan, dari dari ketiga surat utang negara tersebut terdiri dari masing-masing RI1030 sebesar USD 1,65 miliar untuk tenor 10,5 tahun, RI1050 sebesar USD 1,65 miliar untuk tenor 30,5 tahun, dan RI0470 mencapai sebesar USD 1 miliar untuk tenor 50 tahun.

"Di tengah kondisi pasar luar biasa gejolak, pemerintah RI berhasil terbitkan global bonds USD4,3 miliar. Ini adalah satu window sangat kecil karena ketidakpastian di pasa global akan bergerak cukup dinamis dan tidak pasti," kata Sri Mulyani dalam video conference di Jakarta, Selasa (7/4).

"Ini jua penerbitan terbesar di dalam sejarah penerbitan USD bonds oleh pemerintah RI. Ini juga merupakan negara pertama di Asia yang menerbitkan sovereign bonds sejak covid-19 terjadi," sambung dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya