Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak naik pada penutupan perdagangan hari Senin (Selasa pagi waktu Jakarta). Kenaikan harga minyak ini terjadi karena banyak negara mulai melonggarkan lockdown dan adanya pemotongan produksi minyak mentah.
Namun memang, ketegangan baru antara Amerika Serikat (AS) dengan China soal asal muasal virus Corona menahan kenaikan harga minyak ke level yang lebih tinggi.
Baca Juga
Permintaan bahan bakar di seluruh dunia turun sekitar 30 persen pada April karena adanya perintah tetap berada di rumah. Pelemahan konsumsi juga menggerogoti pasar minyak mentah selama berbulan-bulan, bahkan ketika negara-negara dan perusahaan penghasil minyak utama dunia dengan cepat mengurangi produksi.
Advertisement
Namun, para analis mengatakan bahwa tindakan cepat dari pihak-pihak tersebut dapat membantu mengurangi kelebihan pasokan minyak di dunia.
Mengutip CNBC, Selasa (5/5/2020), harga minyak mentah Brent naik 28 sen atau 1,1 persen menjadi USD 26,72 per barel. Sementara harga minyak mentah West Texas Intermediate melonjak 61 sen atau 3,08 persen menjadi USD 20,39 per barel.
"Gambaran yang lebih besar meskipun tidak hebat ketika negara-negara di seluruh dunia mulai membuka kembali dan itu akan meningkatkan permintaan minyak. Pada saat yang sama OPEC dan kawan-kawan mengurangi produksi," kata analis Lipow Oil Associates di Houston, Andy Lipow.
Italia, Finlandia dan beberapa negara bagian AS mulai membuka diri kembali dari lockdown. Langkah ini untuk menghidupkan kembali ekonomi mereka.
Namun para pejabat memperingatkan agar tidak bergerak terlalu cepat karena secara global, kasus virus corona melewati 3,5 juta dan kematian mendekati seperempat juta.
Selain itu, pemotongan produksi yang dilakukan oleh OPEC bersama dengan sekutunya seperti Rusia juga mendorong kenaikan harga minyak. Diperkirakan produksi minyak dunia akan turun di kuartal II ini.
Goldman Sachs memperkirakan kenaikan harga minyak bakal terjadi tahun depan karena produksi minyak mentah yang lebih rendah dan pemulihan parsial dalam permintaan minyak.
Menlu AS Klaim Ada Bukti Signifikan Virus Corona Berasal dari Laboratorium di Wuhan
Namun kenaikan harga minyak ini tertahan karena adanya ketegangan baru antara AS dengan China. Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Mike Pompeo mengungkap adanya "sejumlah bukti signifikan" yang menunjukkan Virus Corona COVID-19 berasal dari laboratorium di Wuhan, China. Meski begitu, ia tidak mempermasalahkan kesimpulan badan intelijen AS bahwa virus itu bukan buatan manusia.
"Terdapat sejumlah bukti signifikan bahwa ini bersumber dari laboratorium di Wuhan," kata Pompeo dalam program This Week di ABC, merujuk pada virus yang muncul akhir 2019 di China dan telah menelan sekitar 240.000 korban jiwa di seluruh dunia, termasuk 67.000 lebih di Amerika Serikat.
Pompeo lantas membantah pernyataan yang dirilis agen senior intelijen AS pekan ini yang mengatakan, Virus Corona jenis baru ini tampaknya bukan buatan manusia atau dimodifikasi secara genetik. Pernyataan itu melemahkan teori konspirasi, yang digaungkan pegiat anti-China dan sejumlah pendukung Presiden Donald Trump, yang menyatakan virus itu dikembangkan di laboratorium senjata biologis pemerintah China.
"Para pakar terbaik sejauh ini tampaknya berpikir bahwa itu buatan manusia. Saya tak punya alasan untuk tidak percaya pada hal itu," kata Pompeo, seperti dilansir Antara, Senin (4/5/2020). Meski begitu, ia mengatakan, "Saya telah melihat apa yang dikatakan oleh komunitas intelijen. Saya tak punya alasan untuk percaya bahwa itu salah."
Laporan dari Kantor Direktur Intelijen Nasional, sebelumnya, menyebutkan pihaknya sepakat dengan "konsensus ilmiah luas" bahwa penyakit itu bukan buatan manusia.
Pejabat AS yang akrab dengan pelaporan dan analisis intelijen mengatakan, selama beberapa pekan mereka tidak yakin ilmuwan China mengembangkan Virus Corona jenis baru di laboratorium senjata biologis pemerintah, yang kemudian bocor.
Sebaliknya, mereka meyakini virus itu masuk melalui kontak manusia dengan satwa liar di pasar daging di pusat kota Wuhan, atau bisa saja bocor dari salah satu laboratorium milik pemerintah Wuhan, yang diyakini sedang melakukan penelitian sipil tenang kemungkinan bahaya biologis.
Pompeo pada Kamis 30 April juga sempat mengatakan dirinya tidak tahu apakah virus itu bersumber dari Institut Virologi Wuhan, pasar daging atau tempat lainnya. Namun, Presiden AS Donald Trump pada hari yang sama mengatakan dirinya yakin bahwa virus itu mungkin bersumber dari laboratorium virologi China, namun menolak menjelaskan buktinya.
Meski begitu, tudingan bahwa Virus Corona jenis baru tercipta di laboratorium Wuhan telah dibantah pemerintah China.Â
Advertisement