Liputan6.com, Jakarta Hong Kong kembali menyandang kota termahal di dunia bagi pekerja asing (ekspatriat) tinggal dan bekerja. Ini terkuak dari laporan terbaru bertajuk, Survei Cost of Living Mercer 2020.
Melansir laman CNBC, Kamis (11/6/2020), laporan tersebut menyoroti dampak ekonomi pandemi Virus Corona terhadap ekspatriat.
Penelitian, yang memeringkat 209 kota di seluruh dunia, dilakukan pada Maret 2020, ketika pandemi ini menyebar terjadi secara global.
Advertisement
Dari daftar tersebut juga masuk Ibukota Indonesia, Jakarta. Ternyata, Jakarta naik 19 peringkat pada tahun ini ke posisi 86 dibandingkan 2019. Ini juga terjadi pada Manila, Filipina yang naik 29 peringkat ke posisi 80 di 2020.
Fluktuasi mata uang uang masih menjadi pemicu mahalnya kota-kota tersebut. Pelemahan mata uang bersanding dengan Dolar AS dan kenaikan harga barang serta jasa membuat kota-kota Asia Tenggara menjadi mahal.
Meski Dolar mulai melemah dalam beberapa pekan terakhir, setelah terjadi intervensi moneter dari bank sentral yang bertujuan menopang perekonomian global.
Selain Hong Kong, Ashgabat, Turkmenistan masuk ke posisi kedua. Melompat lima peringkat dari tahun sebelumnya.
Ibukota Jepang, Tokyo menempati urutan ketiga dalam daftar 10 besar. Daftar didominasi kota-kota di Asia.
Ini termasuk Singapura (posisi ke-5) dan kota-kota besar Cina seperti Shanghai (posisi ke-7) dan Beijing (posisi ke-10).
Sementara itu, Eropa diwakili 3 kota Swiss yang berada pada posisi teratas. Zurich (posisi 4); Bern (posisi 8); dan Jenewa (posisi 9). Kota New York adalah satu-satunya kota di AS yang muncul dalam daftar 10 besar.
Pandemi Bebani Perusahaan
Survei Biaya Hidup tahunan ke-26 Mercer, mengukur biaya akomodasi dan harga barang dan jasa secara lokal, dirancang untuk membantu perusahaan dan pemerintah menentukan paket pembayaran bagi karyawan asing.
Pandemi dikatakan telah sangat membebani strategi perekrutan dan penempatan pekerja di perusahaan pada tahun ini
Kepala Praktik Mobilitas Global, Perusahaan konsultan untuk UK dan Irlandia, Kate Fitzpatrick, mengaku yakin penugasan internasional akan dilanjutkan ketika negara-negara dibuka kembali.
“Jika melihat ke depan ketika akses perjalanan dibuka, ada harapan bahwa pekerja asing yang keluar dari posisinya akan kembali ke lokasi semula, dan penugasan baru akan dimulai sesuai rencana semula,” jelas dia.
Namun, dengan kejatuhan ekonomi yang diperkirakan akan berlangsung selama beberapa bulan ke depan, Fitzpatrick mengatakan bahwa pengusaha dan karyawan akan memastikan paket yang ditawarkan mencerminkan keadaan baru mereka.
Advertisement