Perhatikan 8 Hal Ini Jika akan Buka Kembali Bisnis di New Normal

Pelaku bisnis perlu menyiapkan perencanaan yang detail untuk membuka kembali bisnisnya di era new normal.

oleh Arthur Gideon diperbarui 14 Jun 2020, 06:00 WIB
Diterbitkan 14 Jun 2020, 06:00 WIB
Pedoman New Normal, Pedagang Pasar Wajib Gunakan Face Shield
Salah satu pedagang menggunakan face shield dan sarung tangan saat melayani pembeli di Pasar Senen, Jakarta, Senin (1/6/2020). Saat era new normal, para pedagang di pasar rakyat diwajibkan menggunakan masker, face shield, dan sarung tangan selama beraktivitas. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tengah menjalankan masa transisi Pembatasan Sosial berskala Besar (PSBB). Dalam masa transisi ini beberapa sektor mulai dibuka kembali dengan panduan new normal.

New normal menjadi era di mana kita mempersiapkan dan menjalani normal yang lebih baik di tengah krisis Corona. Berdasarkan rekomendasi McKinsey, berikut 8 hal yang harus diperhatikan ketika membuka kembali bisnis di new normal, seperti dikutip dari Swara Tunaiku:

1. Membuat peta perencanaan

Perlu dicatat dari awal, dalam kondisi normal yang baru nanti, keadaan sudah tidak seperti normal yang dahulu. Saat ini, rencana dan target bisnis 2020 bisa jadi telah berubah drastis, tetapi untuk mempertahankannya, bisnis tetap harus berjalan di tengah situasi yang tidak pasti,

Maka dari itu, pelaku bisnis perlu menyiapkan perencanaan yang detail untuk membuka kembali bisnisnya.

Kita dapat membuat pemetaan strategi dan target bisnis setelah new normal diberlakukan. Pemetaan ini nantinya akan memandu kita dalam hal produksi, pemasaran, penjualan, menentukan waktu pemulihan, dan melihat kembali investasi dan prospek bisnis ke depan.

Bagaimana cara membuat peta ini?

Simpelnya, terutama untuk bisnis UMKM, peta kita buat seperti timeline. Dalam 1 tahun ada 4 kuartal. Saat ini, kita berada di pertengahan kuartal II tahun 2020. Masih ada kuartal III dan IV ke depannya.

Rencanakanlah target per kuartal! Lalu, buatlah strategi per bulan agar mencapai target per kuartal tersebut. Dengan begini, kita dapat melihat secara keseluruhan bagaimana bisnis akan berjalan setidaknya sampai 2020 ini.

 

2. Menjaga kualitas produk atau jasa

Pedoman New Normal, Pedagang Pasar Wajib Gunakan Face Shield
Salah satu pedagang menggunakan face shield dan sarung tangan saat melayani pembeli di Pasar Senen, Jakarta, Senin (1/6/2020). Kementerian Perdagangan menyiapkan pedoman bagi penyelenggara kegiatan perdagangan untuk diterapkan pada saat kenormalan baru (new normal). (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Yang tidak boleh kelewatan adalah meyakinkan pelanggan tentang keamanan dan kualitas produk atau jasa kita. Caranya, dengan mematuhi protokol yang ditetapkan pemerintah dan tidak menutup kemungkinan untuk menambah disiplin-disiplin tertentu yang dapat lebih meyakinkan pelanggan.

Contoh-contohnya antara lain: pengukuran suhu saat pelanggan memasuki toko, menyediakan hand sanitizer, menyiapkan layanan pembayaran tanpa bertransaksi langsung, dan sebagainya.

Pelaku bisnis juga dapat memberi tahu pelanggan perihal langkah-langkah di balik layar yang diambil perusahaan untuk menjamin keamanan produk atau jasanya.

 

3. Menjaga kesehatan dan keselamatan karyawan

Pedoman New Normal, Pedagang Pasar Wajib Gunakan Face Shield
Salah satu pedagang menggunakan face shield dan sarung tangan saat melayani pembeli di Pasar Senen, Jakarta, Senin (1/6/2020). Saat era new normal, para pedagang di pasar rakyat diwajibkan menggunakan masker, face shield, dan sarung tangan selama beraktivitas. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Karyawan merupakan aset perusahaan. Maka dari itu, pelaku bisnis juga perlu memperhatikan kesehatan dan keselamatan karyawan. Banyak dari karyawan yang ingin kembali bekerja di new normal namun masih khawatir dengan keselamatan mereka. Perusahaan perlu menemukan cara yang menjamin hal tersebut sehingga memotivasi mereka dalam bekerja kembali.

Tidak hanya kepada customer, perusahaan juga harus menekankan kepedulian terhadap kesejahteraan para pekerja. Beberapa caranya antara lain: meningkatkan pengujian kesehatan karyawan, menerapkan pekerjaan jarak jauh untuk beberapa karyawan, dan juga mendesain ulang ruang kerja yang memperhatikan jarak sosial.

Poin ini juga berkesinambungan dengan hal penting lain yang disebutkan sebelumnya, menjaga kualitas produk atau jasa. Terutama untuk bisnismu yang berhubungan langsung dengan customer. Tentunya, kebersihan dan kesehatan karyawan menjadi cerminan yang meyakinkan customer untuk membeli produk atau jasa kita.

 

4. Membangkitkan kembali permintaan customer

Pedoman New Normal, Pedagang Pasar Wajib Gunakan Face Shield
Salah satu pedagang menggunakan face shield dan sarung tangan saat melayani pembeli di Pasar Senen, Jakarta, Senin (1/6/2020). Kementerian Perdagangan menyiapkan pedoman bagi penyelenggara kegiatan perdagangan untuk diterapkan pada saat kenormalan baru (new normal). (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Menurut data yang dipaparkan McKinsey, yang terjadi di pasar selama pandemi adalah angka permintaan turun lebih signifikan daripada penawaran yang turun akibat gangguan rantai suplai. Dengan mengetahui hal tersebut, pelaku bisnis diharapkan dapat menjalin hubungan kembali dengan customer yang dapat memicu permintaan.

Hal ini menjadi bagian dalam strategi pemasaran ketika membuka kembali bisnis di new normal. Yang paling utama caranya adalah kenali kembali customer kita. Perubahan perilaku customer dapat dipastikan telah terjadi selama pandemi ini.

Untuk itu, kita perlu mencari tahu dan memahami customer kita saat ini. Dengan begitu, kita bisa menerapkan strategi bisnis berdasarkan cerminan kebutuhan customer dan konteks sosialnya saat ini.

 

5. Sistem operasional yang fleksibel

Pedoman New Normal, Pedagang Pasar Wajib Gunakan Face Shield
Salah satu pedagang menggunakan face shield dan sarung tangan saat melayani pembeli di Pasar Senen, Jakarta, Senin (1/6/2020). Saat era new normal, para pedagang di pasar rakyat diwajibkan menggunakan masker, face shield, dan sarung tangan selama beraktivitas. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

New normal bukan berarti kembali beroperasi semaksimal mungkin. Memulai kembali operasional bisnis harus disesuaikan juga dengan permintaan dan ketersediaan suplai untuk memproduksi barang atau jasa. Sistem operasional harus lebih fleksibel dengan menyesuaikan produksi sesuai dengan kondisi yang berlangsung dan selalu ditinjau secara berkala.

Cara untuk mengetahui langkah-langkah operasional yang tepat juga dapat berkaca pada perencanaan kita. Ketika mempunyai peta perencanaan seperti di poin no. 1, kita menjadi tahu strategi apa saja yang perlu diambil saat ini. Apakah kita perlu mengeluarkan sumber daya tertentu semaksimal mungkin atau tidak perlu melakukan hal itu dulu saat ini.

 

6. Mengadaptasi pemanfaatan teknologi

Pedoman New Normal, Pedagang Pasar Wajib Gunakan Face Shield
Salah satu pedagang menggunakan face shield dan sarung tangan saat melayani pembeli di Pasar Senen, Jakarta, Senin (1/6/2020). Kementerian Perdagangan menyiapkan pedoman bagi penyelenggara kegiatan perdagangan untuk diterapkan pada saat kenormalan baru (new normal). (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Pandemi Covid-19 mengajarkan pentingnya mengadaptasi teknologi dalam waktu singkat. Pelaku bisnis harus dapat bergerak cepat. Untuk kamu yang belum terbiasa dengan pemanfaatan digital, luangkan waktu 10-15 menit sehari untuk mempelajari setidaknya strategi digital marketing yang dapat membantumu mengikuti perkembangan teknologi.

Transformasi digital dalam bisnismu harus dapat melayani kebutuhan customer, supplier, dan juga karyawan. Contoh: penerapan absensi jarak jauh, meningkatkan layanan online delivery, dan sebagainya.

Penggunaan teknologi juga harus relevan dengan kondisi saat ini, tidak perlu dipaksakan bila memang belum ada kebutuhan, tapi jangan sampai tidak diperhatikan juga pentingnya beralih ke digital. Perlahan tapi pasti saja dulu. Kuncinya, sesuaikan dengan kebutuhan customer, supplier, dan karyawan.

Namun, selain menyerap penggunaan teknologi, kita juga harus memperhatikan keamanan data para customer dan perusahaan. Untuk belajar lebih jauh soal apa itu keamanan data, Swara sudah menyiapkan satu artikel yang bisa kamu baca lebih lanjut di 5 cara jaga keamanan dan kerahasiaan data pribadi, termasuk online banking selama Covid-19.

 

7. Memulai kembali dengan #PastiLebihSiap

Kesiapan Mal di Jakarta Jelang Penerapan New Normal
Petugas melihat alat pendeteksi suhu tubuh di Mal Central Park, Jakarta, Rabu (3/6/2020). Selain menerapkan protokol kesehatan ketat, pusat perbelanjaan juga menyediakan fasilitas pendukung 'physical distancing' sebagai persiapan operasional di era normal baru. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Setelah semua perencanaan matang, ambil waktu sejenak untuk melihat semuanya dari kejauhan. Sebagai pebisnis kita perlu memperhatikan dan melihat secara keseluruhan setidaknya bagian-bagian penting ini operasional, pemasaran, keuangan, manajemen krisis, dan tenaga kerja.

Ketika memulai kembali bisnis di new normal tentunya perlu kehati-hatian karena kondisi yang tidak menentu. Dengan melihat dari kejauhan, kita dapat lebih bijak mengambil keputusan. 

8. Belajar dari dampak krisis pandemi terhadap bisnis

Kesiapan Mal di Jakarta Jelang Penerapan New Normal
Karyawan mencoba tombol lift dengan sensor tanpa sentuh di Mal Central Park, Jakarta, Rabu (3/6/2020). Selain menerapkan protokol kesehatan, pusat perbelanjaan juga menyediakan fasilitas pendukung 'physical distancing' sebagai persiapan operasional di era normal baru. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Jadikan pelajaran tersebut sebagai bekal di masa depan. Perubahan-perubahan yang terjadi selama Covid-19 yang membuat perusahaan harus menyesuaikan berbagai hal dalam waktu singkat tidak sepenuhnya menjadi hal yang buruk. Ada beberapa hal yang bisa kita ambil sebagai pelajaran agar #PastiLebihSiap di masa mendatang.

Sebagian besar bisnis mungkin dapat melanjutkan operasional dari jarak jauh di era new normal nanti. Tapi, ada pula perusahaan yang mungkin harus menyesuaikan kembali model atau strategi bisnisnya. Ada pebisnis yang dapat berinovasi di tengah pandemi. Ada pula yang menemukan cara efektif dalam berhubungan dengan customer dan supplier.

Apa pun hal yang menjadi perubahan positif bagi perusahaan dapat kita pertahankan. Sementara yang tidak memberi dampak baik dapat kita pelajari agar normal menjadi lebih baik nantinya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya